Chereads / Cross The Line / Chapter 4 - Kebenaran Yang Terungkap

Chapter 4 - Kebenaran Yang Terungkap

Langit yang terlihat gelap gulita di karenakan cuaca yang mendung mengundang rintik hujan yang membuat keadaan semakin terasa mencekam. bukan karena sedang membuat film horor, akan tetapi memang situasi semacam ini membuat semua orang pasti terasa mencekam bak di film horor.

Ku lihat beberapa kali layar ponsel ku, perasaan campur aduk menjadi satu. tak bisa terbayang apapun di dalam pikiran ku. yang ku bayangkan adalah bagaimana bisa setelah sekian lama tidak ada pertemuan yang terjadi tiba - tiba orang itu bisa menghubungi ku. ya dialah ibu ku. beberapa kali ponsel ku berdering dan ku lihat nomor yang tidak ku kenal menghubungi ku. dan setelah ku angkat suara itu sangat tak asing di telingaku. benar saja itu adalah suara ibu ku. suara yang sudah lama aku tidak mendengar nya lagi sekarang aku mendengar nya kembali.

" Halo Clara. mengapa kau menutup telepon ku dan baru kau jawab sekarang setelah beberapa kali aku mencoba menghubungi mu kembali?. " tanya ibu nya di telepon.

" Mengapa kau baru menghubungi ku? setelah selama ini tak pernah sekalipun kau mencari ku. " jawab Clara dengan ketus.

" Aku perlu bertemu dengan mu dan membicarakan sesuatu yang penting. " sahut ibu nya lagi.

" Sepertinya tidak ada yang perlu di bicarakan lagi di antara kita. aku akan menutup telepon nya. " jawab Clara lagi dengan nada ketus.

" Tunggu Clara! ini sangat penting! karena mengenai ayah mu. " jawab ibu nya dengan nada yang terdengar khawatir.

" Baik lah aku akan meluangkan waktu sejenak. aku harap ini yang terakhir kali nya ibu mengganggu ku setelah sekian lama ibu diam saja dan tidak berusaha mencari ku ataupun menemui ku. " pungkas Clara.

" Ibu akan menunggu kamu di rumah besok setelah kamu selesai bekerja. " jawab ibu nya Clara dan kemudian mematikan telepon nya.

Clara cukup terkejut karena tiba - tiba saja ibu nya memutuskan pembicaraan nya begitu saja. seolah - olah ibu nya sedang memerintah nya. Clara pun kembali kesal dan mulai mengumpat.

" Bahkan aku belum menjawab nya! dan dia sudah mematikan telepon nya. woah luar biasa wanita itu. oke baik lah akan ku temui besok dan mengakhiri segalanya." ucap Clara sambil bergumam sendiri.

Waktu telah menunjukkan pukul 18.00 sudah saat nya Clara selesai bekerja. akan tetapi keadaan kantor saat itu masih sibuk seperti biasanya. akan tetapi Clara terlihat gelisah dan memandang terus menerus ke arah jam yang berada di sudut ruangan.

Dalam hati nya Clara pun berkata, " harus kah aku kembali ke rumah itu dan menemui mereka lagi? apa yang sebenar nya yang ingin dia bicarakan padaku? mengapa membicarakan soal ayah harus dengan cara menemui nya? apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan kepada ku sih! harus kah ku mengulur waktu? argkh, mengapa aku merasa terganggu dengan kata - katanya? "

Akhirnya Clara memutus kan untuk ke rumah orangtua nya dan menemui ibunya. sesampai nya di depan gerbang rumah nya, Clara terdiam sejenak memandang rumah nya yang begitu besar. ia mendapati kilas balik pada saat dirinya dulu tinggal di rumah itu dan sampai akhirnya dia meninggal kan rumah itu. menurut Clara rumah itu masih tampak sama tidak berubah sedikit pun. akhirnya Clara memberanikan diri untuk memencet bel. dengan tangan agak gemetar ia menekan bel rumah itu. tak lama setelah itu salah satu pelayan yang membuka pintu dan mempersilahkan Clara untuk masuk. Clara pun masuk. lalu pelayan tersebut segera memanggil majikan nya yaitu ibu nya Clara.

" Akhirnya kamu datang juga Clara. " ucap ibu nya kepada Clara dengan mata nya yang berbinar - binar.

" Ya. aku datang. " sahut Clara sedikit ketus.

" Ayo kesini dan duduk lah. bagaimana kabar mu selama kamu tinggal sendiri? ibu harap kamu baik - baik saja. " kata ibu nya Clara sambil menyuruh Clara duduk.

" Tidak usah terlalu banyak basa - basi. apa yang sebenarnya ingin ibu katakan kepadaku tentang ayah. dan dimana ayah sekarang, apakah dia sedang bekerja? " kata Clara dengan nada tegas dan mulai mencari keberadaan ayah nya.

" Ayah mu...mmm..a..a..ayah mu. " dengan terbata - bata ibu nya menjawab.

" Dimana ayah?!?. " seru Clara kepada ibu nya.

Kemudian perlahan ibu nya mulai menitik kan air mata. dengan mata yang berkaca - kaca ia memandang ke arah Clara dan kemudian melontar kan kata - kata yang membuat Clara terkejut bukan main.

" Sebenarnya ayah mu sudah tiada sejak tiga bulan yang lalu, karena beliau sakit jantung. " kata ibu nya dengan berat hati.

" Apa??? " jawab Clara dengan kaget dan berteriak.

Dalam hati nya Clara hanya bisa berkata, hatiku terasa begitu hancur dan remuk. bagaikan di timpa sesuatu yang besar sehingga napas ku tertahan sejenak. perasaan tidak percaya dan ragu menjadi satu kesatuan dalam pikiran ku. seperti luka yang masih basah kemudian di siram dengan alkohol berkadar tinggi sehingga menimbulkan sensasi perih dan sakit. seperti itu lah yang ku rasakan saat ini. perlahan - lahan aku pun mulai menitik kan air mata yang sudah tidak bisa terbendung lagi dan akhirnya air mata ku mengalir membanjiri wajah ku dan menangis sekeras mungkin sampai napas ku tersengal - sengal.

" Mengapa? mengapa kau baru sekarang memberitahu ku? mengapa kau tidak langsung mencari ku? setelah sekian lama kau tidak berusaha untuk menemui ku dan kau tiba - tiba saja mengabari ku dengan berita seperti ini?! mengapa bu? apakah kau benar - benar ibu ku?. " sambil nangis tersedu - sedu Clara bertanya kepada ibu nya dan mulai menyalahkan ibu nya atas kejadian yang menimpa diri nya.

" Sebenar nya sudah lama kami mencari mu. setelah kami tahu kamu meninggalkan rumah, ayah mu mencari mu sampai akhirnya ia jatuh sakit. setelah ayahmu sakit kami memutus kan untuk berhenti mencari mu dan merawat ayah mu dengan harapan dia akan sembuh, akan tetapi takdir berkata lain. " ungkap ibu nya dan berusaha menjelaskan kepada Clara.

Clara hanya bisa terdiam terpaku mendengar penjelasan dari ibu nya. ia bahkan sudah tidak bisa berbicara sepatah kata pun. Clara sangat shock luar biasa. perlahan ia bangkit dari tempat duduk nya dan bergegas meninggalkan rumah orangtua nya. ibu nya pun membiarkan nya begitu saja. karena ia tahu bahwa Clara begitu sangat terpukul dengan kenyataan yang ia katakan kepada nya.

Dengan keadaan sedikit linglung Clara meninggal kan rumah orangtua nya. ia mulai mengeluarkan telepon genggam nya dan mencoba menghubungi Gio. yang terpikir kan Clara saat itu hanyalah Gio. Clara terus mencoba menghubungi Gio, akan tetapi Gio tidak mengangkat nya. sampai pada akhirnya Clara memutuskan untuk menutup telepon nya dan kembali kerumah. Di dalam Taxi Clara hanya bisa menangis karena memikirkan perkataan Ibu nya. Sesampai nya dirumah Clara langsung membaringkan tubuh nya di tempat tidur seolah - olah tak ada lagi tenaga yang tersimpan di dalam tubuh nya.

Tiba - tiba suara dering ponsel berbunyi. Clara bangkit dari tempat tidur nya dan segera menjawab panggilan tersebut.

" Halo. " jawab Clara dengan nada lirih dan sendu.

" Halo Ra. maaf tadi aku sibuk ketemu pasien. ada apa Ra? apakah kamu sedang dalam masalah. " tanya Gio

" Tidak ada apa - apa kok Gio. maaf ya kalau aku mengganggu. " jawab Clara dengan nada sedikit sumbang karena habis menangis.

" Kamu habis menangis ya?. " tanya Gio menebaknya.

" Hmm.. sebenar nya iya. " jawab Clara lagi.

" Ada masalah serius sepertinya. baik lah kamu istirahat sekarang. apapun masalah nya kamu harus istrahat sekarang. besok kamu bisa menceritakan nya kepada ku. " ucap Gio kepada Clara dan berusaha tidak banyak bertanya.

" Ya baik lah. terimakasih ya Gi sudah membuat perasaan ku lebih baik dengan mendengar suara mu. " ucap Clara.

" Mhm. istirahat lah. " balas Gio.

Setelah menutup telepon nya Clara kemudian bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk tidur.

****

Ke esokan hari nya seperti biasanya alarm berbunyi menunjukkan sudah pukul 07.00 pagi. hari - hari yang melelahkan membuat Clara enggan bangun dari tempat tidur nya. akhirnya Clara memutus kan untuk mengambil cuti kerja. Clara memutus kan untuk bermalas - malasan dirumah. kemudian ia mengambil telepon genggam nya dan menghubungi seseorang. bukan Gio yang ia hubungi melainkan ibu nya. ia hendak menanyakan dimana mendiang ayah nya di makam kan. ibu nya pun mengirimi lokasi nya lewat pesan singkat tanpa waktu yang lama. Clara bergegas mandi lalu pergi ke makam ayah nya. ia mengenakan pakaian serba hitam karena ia sedang dalam keadaan berkabung.

Sesampai nya di pemakaman Clara tak bisa lagi membendung air matanya. sambil menangis tersedu - sedu ia memandangi batu nisan yang bertuliskan nama ayah nya itu. semakin larut ia memikirkan ayah nya semakin larut juga ia dalam tangisan nya. ponsel Clara tiba - tiba saja berdering kemudian ia berhenti menangis dan mengangkat telepon nya.

" Ha..ha..halo. kenapa Gio?. " jawab Clara dengan nada sendu.

" Ra, are you okay? kamu habis menangis ya? mengapa suara mu terdengar begitu parau? " tanya Gio penasaran.

" Aku baik - baik saja kok Gi. " sahut Clara yang masih menutupi bahwa diri nya habis menangis.

" Tidak! kamu tidak baik - baik saja." ucap Gio meyakinkan.

" Apa kau sedang sibuk? bisa kah kita bertemu Gi? ada yang mau aku ceritakan kepada mu. " tanya Clara.

" Tentu saja bisa. kita ketemu di cafe biasa ya. " jawab Gio

" Oke. sampai ketemu di sana ya. " tutup Clara

" Oke. " sahut Gio.

Clara menutup telepon nya dan mengusap air mata nya yang keluar terus - menerus sedari tadi dan segera pergi meninggal kan pemakaman. tak lupa Clara juga berpamitan kepada mendiang ayah nya dengan berbicara di depan batu nisan ayahnya.