Di sini hujan setiap hari.
Aku mager banget buat ngapa2in.
Enaknya rebahan tapi apalah daya, kerjaan rumah menunggu.
Eh curcol 🙏🙏
Happy reading ya ❤️
.
.
.
.
.
Mata sembab Liana mengalihkan perhatian Leon dari makanannya. Kaki yang terbalut sepatu pantofel hitam itu melangkah kian cepat menghampiri Liana.
"Hey," Leon menarik lengan Liana sehingga wanita itu membentur dada Leon. "Hey, kenapa?" jemari Leon mengangkat dagu Liana dan terpampanglah mata merah Liana yang masih berair.
"Nangis?" sambung Leon.
Liana mengangguk pelan dan melingkari pinggang Leon dengan tangannya. Wajahnya di usapkan ke bahu Leon dan menciumi bahu Leon yang masih terbalut dengan kemeja batik.
"Mau keluar? Nanti aku bilangin Andi." tawar Leon.
"Gak usah, gak apa-apa."
Leon mengerutkan dahinya mendengar penuturan Liana. Tapi lelaki tampan itu tetap menuruti permintaan Liana.
Leon mengangguk. Jemarinya menggenggam jemari Liana erat dan tersenyum manis.
"Aku sayang kamu." ucap Leon.
Liana hanya tersenyum, bibirnya terlalu kelu mengucapkan kalimat seperti yang Leon inginkan walaupun ia ingin. Tangan Liana yang bebas ia gunakan untuk mengusap bibir Leon, mengusap kumis tipis yang telah tumbuh. Rupanya Leon lupa bercukur.
Jempolnya berhenti di bibir Leon dan Liana mencium singkat bibir Leon yang jelas terhalang oleh jempol Liana. Dasar Liana.
~~~
"Terimakasih ya, Bu Liana atas kerjasamanya. Saya senang karena pelayanan restoran Ibu sangat bagus."
Tangan Liana berguncang pelan karena lelaki berambut putih itu mengguncang tangannya dalam genggaman.
Liana tersenyum sesaat sebelum senyumannya memudar melihat sosok yang mendekati bapak tua di depannya itu.
Pandangan mereka bertubrukan meninggalkan kesan tidak suka dari hati Liana.
"Selamat ya Pak Jonathan," ucap seorang wanita tua yang menghampiri kliennya "semoga selalu sukses. Oh ya, ini cucu saya Pak." Wanita tua itu menunjuk pria di sebelahnya dengan jempol tangannya.
"Airlangga Abimanyu."
"Saya sangat suka sekali anak muda seperti kalian sudah sukses. Semoga generasi ke depannya bertambah maju." Pak Jonathan menatap Liana dan juga Abimanyu membuat mereka pun mengerti.
Mereka berdua bersalaman. Tangan Liana sungguh sedikit gemetar, apalagi tatapan oma Abimanyu sungguh mengintimidasi.
"Bu Raya," Pak Jonathan menoleh ke arah oma dan ke arah Liana, "Bu Liana ini hebat loh. Dia sukses memiliki beberapa restoran yang tersebar di Indonesia dan juga si cantik ini direktur utama di perusahaan El Corporate loh."
Bu Raya sebagai Oma Abimanyu sedikit terhenyak dari kenyataan. Matanya masih menatap Liana dengan tatapan 'oh ya'.
"Berarti, Anda adalah anak dari Pak Hardjo?" tanya Bu Raya.
Liana menganggukkan kepalanya seraya tersenyum singkat. Jika tidak ada Pak Jonathan di depannya saat ini, sungguh sangat ingin dia mengangkat kaki dari sini.
"Li," suara lembut itu membuat Liana dan yang lainnya menetapkan pandangan mereka ke seorang lelaki berkemeja batik.
"Pak Jo." Leon berjabat tangan dengan Pak Jonathan juga dengan Bu Raya dan Abimanyu tanpa emosi.
"Wahhh Mas Leon, makin ganteng ya." puji Pak Jonathan.
Leon memeluk pinggang Liana dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya bergerak bebas, "Iya. Maaf ya Pak Jo, Liana-nya saya culik dulu soalnya Mama dan Papa sudah menunggu di rumah."
Leon tersenyum ramah sembari membungkuk sedikit. Tangannya tak lepas dari pinggang Liana untuk menetralisir marah di dalam diri Liana.
Leon dengan hati-hati membawa Liana pergi dari lingkaran setan di sana. Setidaknya untuk sementara.
"Gilakk! Aku rasa mau meledak."
Liana bergerak satu meter didepan Leon. Tangannya memegangi dadanya dramatis setelah bertemu dengan nenek lampir dan juga Abimanyu.
Leon hanya tersenyum simpul melihat wajah Liana seperti itu, "Ayo. Pulang."
~~~
Hal pertama yang di lihat oleh kedua mata Liana ketika sampai di hotel adalah keadaan kamar hotel yang 'wow' berantakan.
Seprai kasur yang kusut.
Bungkus chiki bertebaran.
Sendok makan, centong nasi, piring berada di lantai.
Ada bekas tumpahan air yang belum kering dan dress berwarna peach yang ia taruh di keranjang kotor jadi 'lap'.
Dan tanpa sengaja, telapak kaki Liana menginjak butiran nasi.
Melangkah ke arah dimana TV berada, terlihat dua batita beda usia sedang asyik mencoret spidol ke kaki dan tangan mereka.
Liana menunduk melihat lantai yang penuh kekacauan bekas cake.
Mata Liana menatap penuh harap kepada orangtuanya yang tengah cekikikan. Ya, bila dengan Mbah Kakung dan Mbah Putri semuanya boleh-semuanya hayuk.
Rasanya Liana ingin merosot ke lantai hotel yang dingin tetapi begitu melihat suara tawa Adel dan Juna, hatinya begitu tentram. Terasa semua lelah yang dia pikul lenyap seketika.
"Mamaaaaa" pekik Adel. Gadis kecil itu berlari memeluk kaki kiri Liana sedangkan Juna berjalan tertatih karena lelaki kecil itu masih kesulitan berlari. Lucu.
Liana terkekeh melihat kelakuan kedua anaknya.
Leon yang sedari tadi memperhatikan akhirnya menumpukan kedua lututnya di lantai yang penuh dengan ini dan itu. Tangannya ia rentangkan sehingga Adel tertawa cekikikan.
"Aaabaaahhh."
Tak mau kalah, Juna pun ikut berlari ke dalam pelukan Leon.
Leon mengangkat kedua batita itu kemudian membawa mereka masuk ke dalam kamar. Menggosok badan mereka dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan bekas tinta yang sengaja tercoret di kulit mereka. Mengganti baju mereka. Dan membuatkan susu sebelum Leon membawa mereka berbaring di atas kasur super besar itu.
Sementara Liana memulai aksinya dengan membereskan mainan yang tergeletak di lantai. Bekas air dan caje serta mengepel lantai itu hingga bersih.
Huft.
"Mamah sama Papah gak tidur?" Liana menatap kedua orangtuanya yang tengah bersandar di sofa sambil menonton TV. Sinetron yang memperlihatkan seorang pria bernama Aldebaran dan wanita bernama Andin itu.
"Ntar, tunggu Mas Al habis." jawab Mamah Lulu.
Liana mengangguk kemudian dia membuka pintu kamarnya dan mendapati Leon serta kedua anaknya tengah tertidur pulas. Liana mengamati wajah Leon yang begitu tampan. Jelas bahwa Leon ini bukan asli Indonesia. Pasti orangtuanya berasal dari luar Indonesia.
Liana mengambil bajunya dari dalam koper dan segera berjalan ke arah kamar mandi. Setelah selesai, wanita cantik bertubuh sintal itu menuju ke sofa dan membuka ponselnya.
0821xxxxxxxx
"Liana sampai kapan km mau diamin aku?"
"Liana?"
"P"
"P"
"Balas plis"
"Maafkan Oma ya."
Liana membaca pesan beruntun yang masuk ke dalam ponselnya saat ia menyalakan data selular. Liana kemudian mematikan data selular setelah dia menghapus pesan itu.
Kelopak matanya memberat. Wanita itu menelungkupkan tubuhnya dan memeluk sebuah boneka bermata satu bernama stuart itu.