Chereads / I LOVE YOU, MBAK / Chapter 16 - Chapter 16

Chapter 16 - Chapter 16

Selamat malam

Selamat membaca

Jangan lupa vote

Jangan lupa komen

~~~

Seorang wanita terduduk menyamping di atas motor matic berwarna hitam dengan helm berwana merah menyala tengah sibuk menggigit tempe mendoan di tangannya. Sesekali matanya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Wanita itu menyesap kopi botolan yang dia genggam sedari tadi. Tangan berminyaknya ia bersihkan menggunakan tisu basah yang terletak di dalam tasnya.

Suara rusuh anak-anak sekolah memenuhi gendang telinganya.

Terlihat seorang gadis kecil, menghampirinya dengan wajah cemberut dan kaki yang menghentak tanah membuat wanita itu mengangkat sebelah alisnya.

Amelia.

Amel mengambil helm yang menggantung di tangan Mamanya. Tanpa ba bi bu, gadis kecil itu menaiki motor mamanya dengan sedikit kasar.

"Amel? Ingat apa yang Mama omongin?," wanita bernama Liana itu menjalankan motornya dengan pelan sembari bibirnya memberi wejangan terhadap Amel, "harus sopan Amel. Ingat tata krama. Jangan buat kung sama uti malu."

"Amel bete mah. Tadi ada om-om rese' banget." Amel berkata dengan ketusnya. Ingatannya masih menerawang ke beberapa jam lalu saat seorang lelaki yang menurutnya tua tak sengaja bertabrakan dengan dirinya hingga membuat bekal yang di buat oleh Liana untuknya terjatuh dan berhemburan di lantai koridor sekolah.

"Om-om rese?"

Liana melihat Amelia menganggukkan kepalanya dari spion motor. Tangan Liana mengepaskan lagi spion motor itu agar bisa jelas melihat raut wajah Amel.

Amel pun bercerita tengang adegan bekal makanan yang jatuh dan juga lelaki itu malah memberinya beberapa lembar uang menggantikan bekal makanannya. Tetapi bukan uang yang Amel butuhkan, jika hanya uang Mamanya bisa memberikan lebih banyak dari itu.

Liana tertawa pelan saat mendengar penuturan Amelia yang menginjak kaki lelaki itu dan berjalan secara sengaja menyenggol tubuh lelaki 'tua' itu dengan keras.

"Astaga Amelia. Kok begitu sih?" walaupun bertanya tetapi Liana tertawa saat itu. Membuat Amel bertambah jengkel.

Liana memarkirkan motornya di halaman rumah orangtuanya yang asri. Terlihat Leon-sang adik angkat tengah duduk di sebuah kursi kayu jati di teras sambil memainkan ponsel pintarnya.

Liana dan Amelia bergegas memasuki rumah. Amelia segera memasuki kamarnya yang di desain dengan wallpaper Thor dan Black Panther serta Captain America.

Liana memasuki kamarnya yang berada di lantai atas, mengganti pakaiannya dengan blazer berwarna navy dengan dalaman berenda berwarna putih serta rok hitam di atas lutut yang melekat sempurna di tubuhnya.

Hari ini, Liana dan Leon akan menghadiri rapat bulanan bersama para pegawai di kantor milik ayah mereka. El Corporate.

Leon memacu mobil kuningnya dengan kecepatan sedang.

Bumblebee, begitu Amelia menyebutnya. Warna kuningnya mirip dengan mobil di dalam film Transformers tersebut.

Pukul 14.30 rapat akan di mulai. Masih ada setengah jam waktu untuk Liana dan Leon bersantai.

Sepatu heels Liana menggema di setiap sudut kantor. Setelan Liana terlihat biasa saja sama dengan pekerja wanita yang lain. Yang membedakan hanyalah aura Liana dan juga wajah cantiknya. Senyum tipis Liana hadiahkan kepada para pegawainya yang menyapanya.

Sedangkan Leon, memasang wajah dingin dan kaku tanpa senyum.

Kalo kata Amelia mah, sok cool.

"Siapkan satu mocha sama piccolo ya Mit." Liana menepuk pelan meja sekretaris di depan ruangan CEO. Sekretaris yang bernama Mita itu segera menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis.

Liana mengintip ke dalam ruangan dan terlihat Leon sedang bersama Devan, "Oh Mit," Mita menghentikan langkahnya dan menoleh mendapati bosnya sedang tersenyum menahan tawa, "Piccolonya tambah satu lagi. Didalam ada Devan dan jangan lupa risoles di kedai nya Bu Rita yaaa."

Mita cemberut, tetapi tetap ia laksanakan tugas dari Liana walaupun hanya membeli kopi dan gorengan. Pernah suatu hari Mita bertanya, kenapa gak nyuruh OB aja.

Jawaban Liana adalah, kalo kamu yang beli rasanya beda.

Tak masuk di akal. Sungguh.

Liana dan Leon sedang mencermati penjelasan yang diberikan oleh Devan mengenai rapat nanti yang rencananya mereka akan membangun resor tepi pantai yang pastinya ramah lingkungan dan juga memperbaiki beberapa bangunan milik mereka.

"Harus gue yang kesana?" Leon bertanya sambil menatap sketsa resor yang diberikan oleh Devan.

Devan mengangguk. Matanya sesekali menoleh ke arah Liana yang sedang menunduk memperhatikan detail sketsa itu memperlihatkan belahan payudara Liana.

Anjay, kenapa Bu Liana pake baju begitu.

Devan memaki sendiri otaknya yang sedang bertraveling hingga ke Singapura.

"Van." Suara lembut itu menyadarkan Devan dari lamunannya, "Kopi." Liana menyodorkan gelas kopi berisi piccolo kesukaan Devan dan Leon.

Sedangkan Liana sendiri menyesap mocha nya hingga menimbulkan suara 'slurrppp' membuat Leon menoleh ke arah Liana. Sejenak Leon memandangi Devan yang tertegun.

Hah, selalu saja begini.

Leon menginterupsi Liana setelah ia melirik waktu di arlojinya. Mereka bertiga menuju ruang rapat yang telah diisi oleh sebagian pegawai. Para pegawai wanita, terang-terangan menatap Leon seperti mangsa. Apalagi saat mereka mengetahui bahwa bos mereka adalah seorang Dj. Mereka rela bergadang untuk menyaksikan penampilan Leon memainkan cakram dengan rambut warna-warninya. Berbeda saat berada di kantor. Ketika di dalam club, Leon bahkan bisa tersenyum tanpa alasan. Itu salah satu alasan kaum hawa di kantor elite ini menyambangi club milik Leon.

Senyuman seorang Leon Aksara Soehardjo.

Meeting pun di mulai.

Beberapa kepala divisi mulai menjelaskan keunggulan mereka bulan lalu. Beberapa juga menerangkan perbaikan yang harus mereka lakukan untuk apartemen dan juga perumahan lainnya.

Beberapa dari mereka mulai membahas sesuatu yang melenceng. Pembahasan mengenai bencana alam yang menyerang negeri mereka di awal tahun. Devan mengusulkan pengumpulan donasi dan juga beberapa barang yang dibutuhkan untuk membantu korban bencana. Liana dan Leon setuju akan rencana itu.

Devan akan mengumpulkan donasi dan barang yang di butuhkan. Nantinya, Devan akan berangkat bersama Liana serta beberapa staf yang lain. Sementara Leon akan mengurus persiapan resor terbaru mereka bersama Mita.

"Aku rasa, asisten Papa itu sengaja misahin kita." Leon membuka kulkas mini yang berada di pojok ruangan di sisi sofa besar berwarna navy itu.

Liana menjulurkan tangannya saat Leon memberikan minuman untuk mencintai usus setiap hari "Jangan lebay deh."

"Aku duluan deh," sambung Liana, "Kamu tungguin Devan terus kita pulang bareng soalnya Papa mau ngobrol sama dia. Ku tunggu di lobi." Liana menyampirkan tas rajutnya di sisi kanan bahunya. Wanita itu kemudian melangkah meninggalkan Leon.

"Bu."

Langkah Liana terhenti saat seorang resepsionis berjalan cepat menghampirinya, "Kenapa?"

"Anu Bu," resepsionis bername tag Widya itu menundukkan kepalanya sesaat sebelum kembali melihat wajah bosnya yang menunggu jawaban, "Ada yang nyari Ibu, namanya Abimanyu."

Hati Liana berdebar kencang memdengar itu. Bagaimana perjuangan seorang lelaki yang sangat sibuk itu menyempatkan datang menemui Liana di kantor.

Liana mengangguk. Kakinya melangkah kaku untuk terus berjalan. Sementara Widya mengekorinya di belakang.

Dari kejauhan, siluet dua lelaki terlihat jelas. Yang satu masih lengkap dengan setelan jas hitamnya dan yang satu lagi mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan lengan yang di gulung hingga siku. Jas hitamnya ia sampirkan di bahunya.

Itu Sam dan Abimanyu.

Liana berdiri di belakang mereka dengan jarak satu meter. Wanita cantik itu pun berdehem. Pemandangan ini tak luput dari penglihatan para pegawai yang berlalu lalang terutama resepsionis dan satpam.

Dua lelaki itu menoleh. Abimanyu tersenyum hangat sementara Sam membungkukkan badannya sedikit sembari tersenyum.

"Kenapa?" suara dingin Liana memecahkan kehangatan senyum yang di pancarkan Abi.

"Kita butuh bicara. Saya mohon Liana. Beri saya kesempatan untuk menjelaskan ini semua."

Entah sejak kapan Abi berdiri di hadapan Liana dan menggenggam kedua lengan Liana dengan lembut. Liana pun tak sadar.

Liana berpikir sejenak. Hanya mendengarkan penjelasan kan? Oke.

"Oke."

Selamat hari minggu gays...

Salam

Putri Mataram