πππ
Seorang cowok baru saja memasuki rumahnya tanpa mengucapkan salam, ia pikir tidak ada orang di rumahnya namun...
"Bagus ya, masuk rumah gak ucap salam. Mau belajar jadi kambing kamu Van?" Cowok itu baru saja ingin menaiki tangga, namun terhenti karena mendengar suara itu.
Cowok itu berbalik dan mendapati seorang wanita paruh baya yang sedang menatapnya tajam sambil bersedekap dada, cowok itu menyengir dan melangkah menghampiri wanita itu.
"Assalamualaikum Bunda cantik!" ucap cowok itu menyalimi tangan Bundanya.
"Waalaikumsalam!"
"Vano pikir gak ada orang tadi," ucap cowok itu, Alvano Diratama menggaruk tengkuknya.
"Walaupun gak ada orang tapi tetap salam Vano!" ucap Vina-- Bunda Vano.
"Ya maap," ucap Vano.
"Eh Bun!"
"Apa?"
"Sini deh, Vano mau cerita sesuatu." ucap Vano menarik tangan Vina untuk duduk di sofa ruang keluarga.
"Kenapa?" Tanya Vina bingung, sementara Vano hanya senyum senyum membuat Vina semakin bingung.
"Kenapa sih Bang?" Tanya Vina lagi.
"Vano abis ketemu bidadari Bun," ucap Vano membuat Vina tertawa.
"Aneh-aneh aja kamu Bang," ucap Vina tertawa, Vano mendengus.
"Iihh beneran Bun, Vano ketemu dia di sekolah." ucap Vano.
"Udahlah jangan aneh-aneh sana ganti baju kamu bau," ucap Vina menutup hidungnya.
"Tapi Bunda percayakan sama Vano?"
"Iya-iya percaya, ya udah sana ganti baju." ucap Vina, Vano mengangguk dan langsung berlari ke kamarnya.
Sementara Vina hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Putra sulungnya itu.
π π π
Kediaman keluarga Atmaja.
"Bagaimana hari pertama sekolah Zii?" Tanya Adrian, mereka sedang berkumpul di ruang keluarga.
"Cukup baik," ucap Ziva.
"Apakah ada masalah?"
"No, gak ada kok." Adrian mengangguk.
"El, bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Adrian pada Eleana.
"Baik-baik saja, tidak ada masalah di rumah sakit." ucap Eleana.
"Baguslah kalau begitu," ucap Adrian.
"Ma! Liat kak Ziva!" Rengek Keyla pada Elina, karena sedari tadi Ziva mengganggunya bermain.
"Ziva kamu apain adikmu?" Tanya Elina tajam, Ziva mendelik.
"Gak ngapa-ngapain, masa cuman pegang aja gak bisa sih?" ucap Ziva.
"Kakak gak boleh pegang barang Keyla," ucap Keyla.
"Emang kenapa?"
"Nanti di buang lagi ke kolam," ucap Keyla memeluk semua mainannya.
"Ya Allah dek itu kan udah lama," ucap Ziva membuat Keyla berdecak.
"Tapi Key masih ingat kak," ucap Keyla, sekarang Ziva tahu bahwa Keyla masih menyimpan dendam padanya.
"Lagian mana ada anak cewek main robot?" Tanya Ziva menaikkan sebelah alisnya kepada Keyla.
"Ada, si Dhea main robot juga kok." ucap Keyla membuat Ziva bungkam.
"Lagian, sesayang itu kamu sama robot jelek itu?" ucap Ziva menatap Keyla nyalang.
"Itu bukan robot jelek kak, iya Key sayang banget sama robot itu karena itu pemberian dari Dimas." ucap Keyla membuat Ziva tercengang. Adiknya mulai aktif ya Bundπ.
"Emang kenapa kalo dari Dimas?" Timpal Zayan.
"Abang gak tau? Key itu suka sama Dimas, terus Dimas juga suka sama Key." ucap Keyla tersenyum, Zayan dan Ziva melongo. Mereka saja masih jomblo sampai saat ini.
"Heh kamu itu masih kecil, sekolah sana yang bener jangan cowok dipikirin." ucap Ziva, Keyla menatap Ziva sinis.
"Biarin, iri bilang bos!" ucap Keyla, jika bukan adiknya sudah Ziva buang ke rawa-rawa.
"Kamu itu masih kecil, sekolah dulu yang bener." ucap Zayan.
"Emang kenapa? Si Diva aja udah pacaran sama Denis." ucap Keyla.
"Diva siapa?" Tanya Zayan.
"Diva, temen baru Key di sekolah." ucap Keyla.
"Terus kamu mau coba pacaran?" Ucap Ziva sinis.
"Kenapa engga?" Ucap Keyla tak kalah sinis.
Allahu Akbar sepertinya otak adik bungsunya ini sudah tercemar. Ziva dan Zayan memilih diam dari pada terus beradu mulut dengan Si Bungsu,Β sementara keluarganya yang lain terkekeh melihat tingkah mereka.
"Ma!" Panggil Keyla pada Elina.
"Iya?"
"Key laper," ucap Keyla menyengir, Elina tertawa pelan.
"Ya udah yuk, Mama juga laper nih." ucap Elina berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Keyla.
Zayan yang mendengar hal itu tersenyum jahil, saatnya membalas adiknya itu.
"Eh Key!" Keyla yang hendak berdiri terduduk kembali mendengar panggilan Zayan.
"Kenapa?" Tanya Keyla menatap Zayan.
"Kamu tau gak?"
"Enggak!"
"Ck! Dengerin dulu Dora!" Zayan berdecak kesal dengan adiknya itu.
"Apa? Cepetan Key laper," ucap Keyla.
"Cowok itu gak suka cewek gendut,"
"Emang iya?" Tanya Keyla polos.
"Iya,"
"Terus?"
"Kalo Key makan nanti Key jadi gendut, emang Key mau jadi gendut?" Keyla menggelengkan kepalanya, Ziva mengerti kemana arah pembicaraan ini.
"Makannya Key gak usah makan," ucap Zayan menaik turunkan alisnya.
"Tapi Key laper," ucap Keyla.
"Kalo Key makan terus jadi gendut nanti Dimas gak suka loh sama Key." ucap Zayan.
"Tapi Dimas bilang dia suka Key apa adanya," ucap Keyla.
"Itu boong Key, abang ini laki-laki jadi abang tau semuanya."
"Iya juga sih," ucap Keyla, Zayan tersenyum puas.
"Ya udah deh Ma, Key gak jadi makan," ucap Keyla menatap Elina.
"Yakin? Katanya laper?" ucap Elina.
"Gak deh, nanti Dimas gak suka lagi sama Key." ucap Keyla, Elina mengalihkan pandangannya menatap tajam Zayan.
"Zaa!" Zayan gelagapan melihat tatapan maut dari Mamanya.
"Key!"
"Iya?" Key menoleh menatap Zayan.
"Tapi boong!" Dengan seribu langkah Zayan berlari menaiki tangga meninggalkan Keyla yang wajahnya sudah berubah menjadi merah.
"ABANG!!!!" Pekik Keyla kesal, Ziva terkekeh dia tahu akhir dari semua ini.
Keluarganya juga ikut tertawa melihat kejahilan Zayan, inilah yang mereka rindukan selama ini.
Ziva berdiri dan menatap Elina, keluarganya yang melihat itu siap-siap menutup telinganya masing-masing, mereka tahu akan ada kaset rusak setelah ini.
"Mama juga jangan kebanyakan makan, Zii lihat Mama agak kendutan deh. Nanti Papa gak suka lagi loh sama Mama." Elina melototkan matanya kepada Ziva, melihat Elina menarik nafas dengan secepat kilat Ziva kabur dari sana.
"ZIVA!!! Dasar anak durhaka kamu ya!!!" Pekik Elina menggema di seluruh rumah.
Elina mengatur nafasnya yang memburu lalu menatap Alif-- Suaminya yang sedang menutup telinganya.
Merasa ditatap Alif membuka matanya, dan benar saja Elina sedang menatapnya.
"Ekhmm!" Alif berdehem menormalkan wajahnya.
"Mas! Mas gak akan tinggalin aku kan?" Tanya Elina dengan wajah sedih, Alif menahan tawanya mendengar ucapan Elina. Bisa-bisanya Elina termakan ucapan Ziva-- putrinya yang jahil itu.
"Enggak kok sayang," ucap Alif.
"Bener?" Tanya Elina memastikan.
"Iya sayang!" ucap Alif, Elina menghela nafas lega.
"Makasih Mas!" ucap Elina tersenyum.
"Iya sama-sama," ucap Alif balas tersenyum.
"Yuk kita makan Key!" Elina mengajak Keyla untuk pergi ke dapur.
Alif menatap punggung keduanya yang mulai menghilang di balik tembok.
Detik berikutnya Alif tertawa pelan, membuat Eleana ikut tertawa.
"Huss, gak boleh gitu Lif." ucap Aruna, Alif meredakan tawanya.
"Ada-ada aja Elina." ucap Alif menggelengkan kepalanya.
π π π