π π π
Esok paginya, Ziva tengah bersiap-siap untuk berangkat ke ke sekolah. Gadis itu sedang membereskan buku-bukunya dan memasukannya kedalam tas.
"Siap!" ucap Ziva ketika semuanya sudah selesai, gadis itu bersiap turun ke bawah untuk sarapan.
Sesampainya di bawah Ziva melihat semuanya sudah berkumpul, Ziva berjalan mendekati mereka semua.
"Pagi!" Sapanya kepada semua keluarganya.
"Pagi!" Balas mereka, Ziva duduk di kursinya dan mengambil 2 potong roti dan mengolesinya dengan selai lalu melahapnya.
Selesai melahap rotinya, Ziva meminum segelas susu hangat yang sudah beradaada di depannya.
"Alhamdulillah!" ucap Ziva ketika selesai sarapan, Ziva mengambil tissue dan mengelap sudut bibirnya.
"Ayo berangkat Bang!" ucap Ziva.
"Bentaran," ucap Zayan yang sedang meneguk susunya.
"Yuk!" ucap Zayan.
"Ma, Zii berangkat dulu." ucap Ziva menyalimi tangan Elina, Alif, Adrian dan Aruna begitu pula dengan Zayan.
"Iya hati-hati," ucap Elina.
"Iya Ma," ucap Ziva.
"Kak, kita duluan ya." ucap Ziva kepada Eleana dan mengecup pipinya.
"Iya hati-hati Zii, Zaa." ucap Eleana, Ziva dan Zayan mengangguk.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" Ziva dan Zayan berjalan meninggalkan meja makan.
Sementara di kediaman Vano.
Keluarga Vano tengah sarapan pagi, sarapan mereka berlangsung dengan khidmat.
Selesai sarapan, Vano memakai sepatunya dan memakai tasnya.
"Bun, Yah Vano berangkat." ucap Vano menyalimi tangan kedua orangtuanya.
"Iya hati-hati," ucap Vina, Vano mengangguk dan mengecup pipi Vina.
"Hati-hati bawa motornya Van," ucap Reno-- Ayahnya.
"Iya Pa," ucap Vano.
"Lisa berangkatnya sama siapa?" ucap Alisa Rania-- Adik dari Vano.
"Sama Papa aja," ucap Reno.
"Ya udah," ucap Lisa, Vano mengecup pipi adiknya itu.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" Vano berjalan keluar dari rumahnya.
Vano mengeluarkan motornya dari garasi dan mulai menyalakannya lalu melajukannya menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah, Vano memakirkan motornya. Vano berbalik hendak berjalan menuju kelas, namun terhenti kala melihat Ziva yang baru saja memasuki pagar sekolah.
"Hay!" Sapa Vano, Ziva menoleh dan mendapati Vano yang sedang berdiri menatapnya.
"Eh Hay!" Balas Ziva tersenyum. Vano berjalan mendekati Ziva dan berdiri di depannya.
"Masih inget gue?" Tanya Vano, Ziva menelisik wajah Vano.
"Ah ya, lo yang gue tabrak di koridor kan?" ucap Ziva.
"Ralat, gue yang nabrak lo." ucap Vano, Ziva mengangguk kepalanya.
"Mau ke kelas?" Tanya Vano.
"Mmm iya," ucap Ziva.
"Mau bareng?" Tawar Vano, karena memang kelas mereka saling bersebelahan.
"Boleh," ucap Ziva, setelah itu mereka berjalan berdampingan menuju kelas. Terdengar suara pekikan melihat pemandangan pagi ini, namun kedua remaja itu tidak memperdulikannya.
Sesampainya di depan kelas Ziva, Ziva hendak masuk kedalam namun terhenti karena panggilan Vano.
"Eh Ziv!" Panggil Vano, Ziva berbalik dan menatap Vano.
"Iya?"
"Kita belum kenalan," ucap Vano, ZivaΒ menepuk jidatnya.
"Gue lupa, Zivana." ucap Ziva mengulurkan tangannya di depan Vano, dengan senang hati Vano menerimanya.
"Alvano," ucap Vano, lelaki itu melepaskan tangan mereka.
"Ya udah gue masuk dulu," ucap Ziva, Vano mengangguk. Setelah itu Ziva masuk kedalam kelasnya, Vano pun melanjutkan langkahnya menuju kelasnya juga.
Sementara di dalam kelas, baru saja Ziva mendudukkan bokongnya Dinda sudah menggodanya.
"Cie cie Ziva, udah PDKT aja nih sama Vano." goda Dinda menoel-noel pipi Ziva.
"Apaan sih," ucap Ziva, sementara Dinda hanya menutup mulutnya menahan tawa.
Tak jauh dari sana, seorang lelaki terus memperhatikan mereka.
"Gila, langsung GerCep aja si Vano." ucap lelaki itu yang tak lain adalah Arian Mahesa. Ian sedari tadi memperhatikan Ziva dari awal masuk kelas sampai gadis itu duduk.
Ian duduk di samping tembok yang atasnya adalah kaca, karena Ian kepo ia ingin melihat siapa yang mengantar Ziva, dan ternyata adalah Vano-- Temannya.
Kriiing
Bel masuk berbunyi, tak lama kemudian Bu Denok guru Matematika yang terkenal garang pun masuk ke dalam kelas.
"Sebelum belajar mari kita berdoa, berdoa di mulai!" ucap Bu Denok, setelah itu para murid berdoa menurut kepercayaan masing-masing.
"Berdoa selesai!" ucap Bu Denok, guru itu menelisik murid yang ada di dalam kelas.
"Siapa kamu?" Tunjuk Bu Denok pada Ziva.
"Saya?" Tunjuk Ziva pada dirinya sendiri.
"Iya kamu, kenapa ada di sini?" ucap Bu Denok.
"Saya murid baru Bu," ucap Ziva.
"Kapan kamu masuk?"
"Kemarin Bu,"
"Oh baiklah," ucap Bu Denok.
"Sekarang kita lanjutkan materi belajar kemarin," ucap Bu Denok.
"Iya Bu!"
Bu Denok mulai menjelaskan tentang materi-materi pelajaran Matematika, sementara para murid hanya mendengarkan saja entah mereka paham atau tidak.
Sementara di kelas XII IPS 1 kini kelas itu sedang JamKos, para murid di dalamnya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang lagi tiduran, tiktok kan, nyanyi-nyanyi gak jelas, dan masih banyak lagi.
Kini Vano sedang duduk di bangkunya sambil menopang dagunya, entah apa yang dipikirkannya Zayan yang berada di sampingnya menjadi bingung.
Zayan mencolek Farrel yang duduk di depannya, Farrel menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.
Zayan mengode agar Farrel mendekat ke arahnya.
"Apaan?" Tanya Farrel dengan suara pelan.
"Si Vano kenapa ya?" Farrel menoleh ke arah Vano, dan benar saja Vano sedang senyum-senyum tak jelas.
"Kesurupan kali," ucap Farrel, Zayan menabok kepala Farrel.
"Sembarang ae lo," ucap Zayan, Farrel berdecak sambil mengusap kepalanya.
"Jangan di tabok juga kali!" ucap Farrel kesal, sementara Zayan hanya acuh saja.
Farrel mengambil air minum milik gadis cupu di sebelah mejanya.
"Minta dikit ya," ucap Farrel, sementara gadis itu hanya mengangguk saja.
Farrel mencipratkan air pada wajah Vano, setelah itu Farrel meletakkan tangannya di atas kepala Vano.
"Bismillahhirrohmannirrohim Allahu-" Belum juga Farrel membaca doanya namun Vano sudah menghempaskan tangan Farrel dari kepalanya.
"Apaan si lo!" ucap Vano menatap tajam Farrel, sedangkan Farrel hanya menyengir membuat Zayan mati-matian menahan tawanya.
"Lo apaan sih?!" ucap Vano menatap Farrel, Farrel menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Maap Van, gue pikir lo kesurupan." ucap Farrel, Zayan menutup mulutnya menahan tawanya.
"Gila kali lo ya, gak mungkin lah gue kesurupan." ucap Vano.
"Ya maap," ucap Farrel menggaruk kepalanya, Vano mengambil tissue yang entah punya siapa dan mengelap wajahnya yang basah.
"Lagian, lo kenapa sih ngelamun terus senyum-senyum sendiri gitu?" ucap Zayan membuat Vano mendelik.
"Kepo aja lo!" ucap Vano kesal, Zayan mengusap dadanya. Ingatkan Zayan bahwa Vano adalah sahabatnya, jika tidak sudah Zayan tendang keluar dari sekolah.
"Sabar Zayan, orang sabar makin ganteng." Gumam Zayan mengusap dadanya.
"Dahlah minggir gue mau keluar!" ucap Vano, Zayan menyingkir memberi Vano jalan keluar.
Vano pergi hendak keluar dari kelas, Zayan dan Farrel yang melihat hal itu kompak saling pandang.
"Mau kemana Van?!" Tanya Farrel sedikit berteriak karena Vano sudah berada di ambang pintu.
"Kantin!" ucap Vano tanpa menatap keduanya.
"Ikut!" ucap Zayan.
"Ayo!" Vano melanjutkan langkahnya, Zayan dan Farrel pergi mengikuti Vano.
π π π
Jangan lupa Vote dan komennya:)