Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Me And My Sugar Daddy ( Bahasa Indonesia)

🇮🇩An_Rye
--
chs / week
--
NOT RATINGS
18.8k
Views
Synopsis
Aku tidak tahu atas alasan apa Orang tua ku menjodohkan ku dengan seorang pria berusia lebih tua dari ku, usianya sekitar 30 tahunan. Dan Aku masih 20 tahun. Dia pria kaya tapi Aku tak pernah sekalipun di sentuhnya karena Kami berdua memang tidak pernah Akur sejak pertama kali bertemu, hingga akhirnya kami bersatu karena kesamaan.
VIEW MORE

Chapter 1 - First Work

" Ibu! Apa ibu melihat tas hitam ku?" Tanya Ku panik sambil meng-ubrak-abrik isi lemari. Hari ini adalah hari pertamaku bekerja, di hari pertama masuk kerja seharusnya Aku lebih semangat. Tapi bodohnya, kenapa Aku tidak menyiapkan nya tadi malam?

"Ashhh" Aku mendengus frustasi, Aku sudah lelah mencarinya sejak tadi, tapi belum juga menemukan nya. Baiklah, Aku menyerah.

"Ahh, tidak-tidak! tidak boleh menyerah" Aku kembali menyemangati diri sendiri.

"Sudah ketemu tasnya?" Tanya Ibuku sambil menyesap teh hangat. Berdiri di depan pintu kamar Ku.

"Belum!" Jawab Ku frustasi, semakin frustasi.

"Apa belum terlambat? kenapa tidak memakai tas lain saja?" Tanya Ibuku beruntun.

"Aku baru membelinya Bu, lagian kan harus pakai tas hitam" Jawab Ku mulai kesal.

"Bukannya kamu punya banyak tas hitam?" Tanya Ibuku tenang, sangat tenang.

"Tapi Aku ingin memakai yang baru" Jawab Ku kecewa.

"Pakai saja apa yang ada dulu, nanti kamu terlambat masuk kerja. Kebiasaan dulu di ulang lagi!" Nada bicara ibu mulai keras, dan Aku tau ibu akan marah.

Dengan malas Aku membuka lemari koleksi tas ku, dan mengambil salah satu tas hitam dari banyaknya tas hitam lainya. Aku tidak memilihnya, hanya asal ambil. Aku berjalan tergesa-gesa menuju lantai bawah, menuruni anak tangga sambil berlari. Aku mengambil sepasang sepatu hitam yang baru ku beli minggu lalu. Setelah selesai mengenakan sepatu, Aku berlari sambil menenteng tas hitam lama ku, Aku menuju terminal bus dan semoga saja masih ada bus.

°°°°°

Dua puluh menit sudah berlalu, Dan Aku masih duduk resah di terminal. Aku melirik Arloji, Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh, itu artinya tiga puluh menit lagi jam kerja akan di mulai. Apabila diam dan menunggu saja, sepertinya Aku akan terlambat kerja. Baiklah Aku memutuskan untuk order ojek online.

"Ah tidak! Aku harus menunggu lagi?" Aku bergumam, sepertinya tidak mungkin harus menunggu ojek online datang menjemput Ku. Sama saja membuang waktu.

" Ah benar!" Aku berjalan menuju tempat ojek pengkolan. Benar saja masih banyak bapak tukang ojek yang mangkal.

"Pak, tolong antar saya ke kantor" Ucap ku tergesa-gesa.

"Bisa neng, bisa" Ucap salah satu Bapak yang berbaju biru, Bapak itu mengambil motornya dan menyalakan mesinnya. Suara gaduh motor menderu.

"Ayo neng, ini helmnya" Ucap bapak tukang ojek sambil menyodorkan helm berwarna hitam.

Aku naik ke atas motor dengan pelan, sialnya aku memakai rok pendek selutut.

"Duduk miring aja Neng, Eneng-nya pakai rok pendek tuh" Tegur Pak tukang ojek itu, baik juga nih Bapak.

"Iya Pak, makasih sudah mengingatkan"Jawab Ku.

"udah neng?" Tanyanya.

"udah" Jawabku singkat, motor melaju dan hatiku sedikit lega sekarang.

Motor berhenti di parkiran, dan Aku turun tergesa-gesa menuju pintu utama kantor.

"Neng!" Panggil Bapak tukang ojek.

"Eh iya lupa! maaf Pak" Jawabku sambil berbalik dan memberikan ongkos ojek serta helmnya.

"kebanyakan neng!" Protes Bapak tukang ojek.

"Sudah biar Aja" jawab Ku singkat dan berlari kencang menuju pintu utama kantor. Pintu kantor terbuka otomatis dan lagi-lagi Aku berlari.

Aku melirik ke beberapa poster yang di tempel di dinding koridor, sekilas Aku membaca salah satunya. Kurasa itu bukan poster, melainkan larangan. Tulisannya 'JANGAN BERLARI DI KORIDOR' mendadak Aku menghentikan langkah seribu ku, berubah berjalan anggun yang di buat-buat, Karena Aku berpapasan dengan seorang karyawan pria. Seandainya tidak berpapasan, Aku tetap saja lari. Aku menoleh ke belakang, memastikan pria itu sudah jauh dan tidak melihat ku, benar saja Pria itu sudah tidak terlihat. Aku berniat berlari dan;

'Brruukk'

Aku jatuh terduduk, Sepatuku terlepas dan kaki terasa sedikit Nyeri. Aku bangkit dari jatuh ku dan kembali memasang sepatu ku yang tergeletak di lantai. Aku merapikan rambut dan menepis rok pendek ku, siapa tahu ada debu yang menempel.

"Perhatikan jalan Mu" Ucap seorang pria berwajah sedikit tirus, matanya tajam tidak punya kumis maupun jenggot. Celana hitamnya sedikit ketat, di lengkapi kemeja putih berjas hitam. Di lehernya tergantung sebuah dasi panjang berwarna biru bermotif garis-garis biru muda. Sepatunya mengkilap saking bersihnya, di lengan kirinya tersangkut jam tangan seharga jutaan. Mungkin.

"Maafkan saya" Jawab Ku sedikit menunduk.

"Kamu karyawan baru? atau ingin melamar pekerjaan?" Tanyanya menyelidik.

"Saya karyawan baru" Jawabku gugup.

"Bagus kamu terlambat, terima hukuman Mu"

"Memangnya Kamu ini siapa!?" Tanyaku mulai emosi, kenapa Orang ini seenak jidat mengatakan kalau Aku akan di hukum. Padahal Aku belum bertemu CEO, jadi Aku ingin menemuinya karena Aku belum tahu posisiku di kantor ini. Kenapa ada saja orang seperti Dia di dunia ini, menyebalkan.

"Maaf CEO, perempuan ini karyawan baru" Ucap seorang perempuan datang menghampiri Pria di depan ku tadi, kurasa dia seorang sekretaris. Menyadari perempuan itu menyebutnya dengan sebutan CEO, tentu saja Aku terkejut dan jantung ku berdetak kencang karena takut.

"Maafkan Saya" Ucapku sambil menunduk dan takut.

"Aku sudah tau, Sekretaris tolong Kamu beri tahu idiot ini" Jawab CEO itu sambil berlalu meninggalkan Aku dan sekretaris pribadinya.

"Ikutlah denganku" Ucap sekretaris itu singkat sambil berbalik, kakinya melangkah cepat. High heels yang di kenakan nya bersuara gaduh dan memantul di ruang koridor. Aku mengikutinya dari belakang, melangkah cepat tapi tidak memberi suara. Sekretaris itu berparas cantik, tapi angkuh dan pelit senyuman. Aku tidak suka orang ini.

"Ini ruang kerja Mu" Ucapnya tepat berhenti di depan pintu. Aku hanya mengangguk mengiyakan.

" untuk besok, Ku harap Kamu tidak terlambat lagi, hukuman yang ada di perusahaan ini adalah sehari kamu terlambat, maka satu skor di catatan hadir mu dan kamu akan di cap karyawan terburuk di perusahaan ini. Selain itu, Kamu akan di ban bekerja selam tiga hari" Jelasnya panjang lebar, terkesan angkuh dan semakin menyebalkan.

"Ketika makan siang berlangsung, seluruh karyawan akan pergi menuju lantai tiga. Disana ada kafe milik perusahaan, khusus untuk karyawannya. Jadi kamu tidak perlu keluar untuk mencari makanan" Lanjutnya menjelaskan.

"Baiklah terima kasih sudah membantuku" Jawabku sopan.

"No problem" Jawabnya singkat, dan melangkah angkuh meninggal kan Ku yang masih berdiri di depan pintu.

°°°°°

Aku duduk di kursi putar, Mataku nyaris melotot di depan layar komputer. Jari-jari ku serasa mengeriting, dan pantatku kesemutan. Kenapa banyak sekali pekerjaan untuk karyawan baru? Apa semua orang juga pernah mengalami nya? Ingin rasanya Aku bertanya-tanya pada seluruh karyawan di perusahaan ini. Tapi tidak ada yang mengenal Ku dan tidak ada yang Ku kenal.

Sekarang sudah waktunya makan siang, seluruh karyawan keluar dari ruangannya masing-masing. Ada yang berjalan bergerombol sambil berbincang-bincang menuju kafe milik perusahaan dan beberapa yang menyendiri, Kurasa mereka juga karyawan baru. Salah satunya seorang wanita berambut sebahu yang ada di depan ku. Aku memberikan diri untuk menyentuh bahunya, perempuan itu menoleh ke belakang tepat ke arah Ku.

"Hai" Sapa ku pada seorang wanita yang di depanku tadi.

"Hai, Apa Kamu karyawan baru?". Tanyanya tiba-tiba akrab.

"Ah iya! Kamu juga pasti karyawan baru!" tebak ku percaya diri.

"Tidak, Aku karyawan lama" Jawabnya sambil tersenyum geli.

"Yah, tebakan ku meleset" Jawabku sedikit malu dan memasang wajah tak tahu menahu.

"Jadi siapa namamu?" Tanyanya, Akhirnya kupikir Dia tidak mau berkenalan dengan ku. Masalahnya tadi Aku bersikap sok tau dan itu sangat bodoh.

"Namaku Aeysa" jawabku sambil berjalan mendekati nya, karena sejak tadi kami berbicara sedikit berjauhan.

"Aku Denada, senang bertemu Aesya" Jawabnya sambil tersenyum lebar ke arah ku. Sunyi beberapa saat, hanya terdengar suara tawa dari karyawan lain.

"Oh iya! Kamu makan apa?" Tanya Denada memecah ketegangan antara Aku dan dirinya.

"Aku belum tahu, Apa kamu ada saran?" tanyaku pada Denada.

"Aku akan memilihkan Mu makanan favorit ku, siapa tahu kamu juga suka" Ucap Denada lagi-lagi sambil tersenyum.

Aku dan Denada menuruni tangga, lalu berjalan santai menuju lift. Kebetulan ruang kerja kami bersebelahan dan terletak di lantai enam, jadi harus bolak-balik menggunakan lift untuk pergi ke Kafe. Denada memasuki lift diikuti beberapa karyawan wanita lainnya, Aku juga tidak ketinggalan bergabung. Karena menyadari kapasitas lift yang hanya bisa menampung empat Sampai lima orang, Denada menekan tombol lift, dan lift mulai bergerak.

"Mendekatlah" Bisik Denada padaku. Aku hanya mengangguk dan menuruti kata-kata nya, tanpa bertanya apa pun. Tiga orang wanita bersama kami di dalam lift, mereka menatap Ku dingin. Salah-satunya yang berdiri tepat di tengah, Dia menatapku angkuh bahkan mendelik. Walaupun berjarak, Tapi Aku merasa takut dan berharap lift ini cepat berhenti. Tak terlalu lama, pintu lift terbuka. Aku merasa sangat lega sekarang, Aku berjalan mengikuti Denada yang lebih dulu keluar dari lift. Agak jauh dari lift, Denada kembali berbisik padaku.

"Karyawan baru kadang di perlakukan kasar"

"Benarkah?" Tanyaku sedikit tidak percaya.

"Karena Aku pernah mengalaminya, dan melihat karyawan baru di perlakukan kasar. Beruntung nya Kamu tipe orang yang mudah akrab, kalau tidak. Errr Aku tidak bisa membayangkan" Jelas Denada bergidik, sambil duduk di sebuah kursi kosong. Sekarang kami sudah di kafe milik perusahaan.

"Siapa yang melakukanya?" Tanyaku lagi karena merasa sangat penasaran.

"Senior" Jawab Denada singkat, matanya melihat-melihat menu makanan.

"Apa karyawan baru juga dapat banyak pekerjaan?" Tanyaku lagi.

"What? Apa kamu mendapatkan banyak pekerjaan di hari pertama?" Tanya Denada terkejut.

"Ah iya, dan itu melelahkan" Jawabku meringis.

"Aku tidak tahu kalau tentang itu, dan Aku baru tahu darimu" Jawab Denada. " Nah, bagaimana kalau kita makan ini?" lanjut Denada sambil meletakkan buku menu kemeja dan memamerkan gambar makanannya.

"Jeongol?" Tanya ku heran.

"Iya, makanan ini dari Korea mungkin kamu tertarik untuk mencobanya" Jawab Denada sambil mengangguk penuh semangat.

"Baiklah Aku memutuskan untuk mencobanya" Jawabku girang, karena sudah tidak sabar.

Denada menutup buku menu itu, dan membunyikan lonceng yang tersedia di meja makan. Terkesan seperti kafe berbintang lima, Aku tidak menyesal bekerja disini. Seorang pria bercelemek datang menghampiri meja kami sambil membawa buku kecil dan pulpen.

"Jeongol dua, Minumnya air es saja" Ucap Denada sopan.

"Tunggu sebentar, pesanan akan siap" Ucap Pria bercelemek itu berbalik dan kembali mengarah dapur.

"Ternyata Kamu sangat sopan" Ucapku memujinya. Denada hanya tersenyum simpul.