Loey menghentikan mobil di tepi jalan yang menghadap Sungai Han. Suasana sekitar sangat sepi meski deru kendaraan belum berhenti. Kerlap-kerlip kota Seoul masih berjaya, seakan kota ini tidak pernah tertidur. Udara musim dingin berembus ketika Loey turun dari mobil. Ia kembali mengenakan penutup wajah dan topi sebelum membukakan pintu untuk Hana.
Mereka berjalan berdampingan menuju pembatas sungai. Loey berjalan menuju tempat itu dengan senyum samar di wajahnya, entah kenapa ia ingin membawa Hana ke tempat ini, tempatnya menenangkan pikiran ketika lelah atau frustasi. Ia menyandarkan kedua lengan ke besi pembatas, lalu mengedarkan pandangan ke sekitar.
Loey menurunkan penutup wajahnya, membiarkan udara dingin menerpa wajah tampannya. Mereka saling terdiam, menikmati pemandangan yang indah malam ini. Loey sengaja mengajak Hana pergi ke tempat itu malam-malam karena tahu jarang ada pengunjung di malam hari dan jarang ada media atau fans yang berkeliaran di jam sekarang.
Sesekali pemuda itu melirik perempuan di sampingnya yang juga menikmati pemandangan sungai Han. Bola mata perempuan itu memantulkan cahaya lampu dengan indahnya, sejenak ia terpana dengan bola mata Hana. Terlihat indah, bahkan lebih indah dan bercahaya dari mutiara.
"Siapa perempuan yang bersamaku saat ini?" Suara Loey terdengar dan membuat Hana menoleh ke pemuda yang memperhatikannya, membuat pipi perempuan itu memerah.
"Kau tidak terlihat seperti Kang Hana. Apa kau malaikat yang turun untukku?" goda Loey dengan senyum nakalnya.
"Apa Kim Seung-Yeol sudah mulai belajar menggombal? Apa K oppa mengajarimu menggoda perempuan?" ledek Hana tak mau kalah. Loey tertawa mendengar ucapan Hana yang mengatakan seolah-olah dirinya lelaki yang ceria, sedangkan K lelaki yang pintar menggombal. Padahal aslinya K adalah lelaki yang pemalu, sedangkan ia lelaki yang usil dan romantis.
Loey memperhatikan wajah cemberut perempuan itu yang menurutnya lucu. Ingin sekali ia mencubit kedua pipi Hana, tapi ia sadar akan melewati batas setelah ia melakukannya. Mungkin saja ia akan terlalu gemas dan menyakiti pipi perempuan itu.
"Jadi menurutmu K itu pintar menggombal?" tanya Loey dengan senyum kecilnya. Hana mengangguk mengiyakan. "Setiap kali kalian tampil, pasti K tahu letak kamera dan tahu-tahu ia tersenyum atau mengedip dengan genit, membuat jantung kami rawan. "
"Selain K, siapa lagi member yang membuat kalian tersenyum atau bahkan menjerit histeris.?"
Hana berpikir sejenak, lalu menjawab. "Semuanya. Semua member selalu membuat jantung kami rawan dan menjerit histeris."
"Oh ya? Wahh .... Rasanya aku jadi ingin melihatmu menjerit histeris."
"Kau tidak tahu kalau setiap dekat denganmu membuat jantungku berdetak cepat," celetuk Hana membuat Loey tersenyum lebar.
Loey senang mendengar ucapan perempuan itu dan itulah yang ia harapkan. Ia mendekatkan wajahnya pada Hana, membuat perempuan itu melongo. Ia berakting seolah-olah akan mengecup bibir mungil perempuan itu. Tepat sepuluh cm sebelum bibir mereka menyatu, Loey tersenyum dan tertawa, lalu menjauhkan wajahnya dari Hana yang terdiam, mematung seperti orang bodoh.
"Hahahaha!! Ya ampun, kau tegang sekali!"
"Bagaimana tidak tegang!? Kau sangat dekat dan jantungku seolah berhenti berdetak dan otakku berhenti berpikir! Aigoo, aku hampir saja kehilangan kesadaranku barusan!" Hana memegang dadanya, mencoba untuk mengatur napasnya kembali. Tawa Loey lepas, diiringi wajah memerah Hana. JIka seandainya Loey bukanlah idolanya, mungkin Hana sudah menjadikannya telur gulung saat ini. Apalagi melihat Loey tertawa lepas membuat jantung Hana semakin berdetak cepat.
"Terima kasih," ucap Loey ketika berhenti tertawa. Ia memberikan senyumannya pada Hana yang memandangnya bingung.
"Untuk apa?" tanya Hana.
"Kau membuat hatiku lebih baik. Sungguh. Hari ini otakku terlalu banyak pikiran."
Seketika hati Hana menghangat, membuatnya tersenyum dan memandang pemuda di hadapannya ini. Pemuda yang tadinya hanya menjadi angannya semata. Pemuda yang tidak mungkin bisa diraih sebelumnya. Ia merasa semua ini ajaib. Ketika Hana mendapat beasiswa, ketika ia menyelesaikan kuliahnya dengan sangat cepat, pekerjaannya bersama Nona Jung sampai hari ini ia merasa semuanya keajaiban. Bisa berdiri berhadapan dengan idolamu bahkan tertawa dan berbicang dengannya, membuatkannya makanan, dan bertukar cerita. Ini semua keajaiban baginya dan ia takut keajaiban ini akan berakhir pada waktunya nanti.
"Terima kasih juga karena berada di sampingku waktu itu. Aku pikir jika kau tidak ada di sana, mungkin aku akan menjadi seseorang yang tidak dikenal siapa pun. Mungkin aku akan sangat marah padanya dan menyakitinya lebih jauh. Aku tidak ingin itu terjadi. Sebisa mungkin aku ingin menahan diriku agar tidak menyakitinya lagi."
Darah Hana berdesir ketika mendengar Loey membicarakan tentang perempuan itu lagi, Eun-Soo. Tapi ia sadar siapa dirinya dan siapa perempuan itu. Posisinya di hati Loey tentu berbeda. Ia hanyalah fans, sedangkan Eun-Soo adalah perempuan yang pernah dicintai Loey, bahkan sampai saat ini Loey masih memiliki perasaan padanya. Ia sadar kalau dirinya tidak akan pernah mengganti posisi Eun-Soo di hati Loey.
Hana mengeluarkan kalung Loey dari tasnya dan memberikannya pada Loey. "Kau harus menjaganya. Ini benda yang penting untuk kalian," ujar Hana dengan senyumannya. Loey menerima kalung itu kembali. Kalung yang mengingatkannya pada kenangan bersama Eun-Soo. Tiba-tiba Loey melakukan hal yang tidak terduga. Ia melempar kalung itu ke sungai Han.
"Wae? Apa yang kau lakukan!?" pekik Hana histeris ketika melihat kalung itu tenggelam di sunga Han. Loey berdiri sambil tersenyum puas.
"Itulah alasanku mengajakmu ke tempat ini. Aku ingin membuang kalung itu tepat di depanmu. Aku ingin bilang kalau mulai saat ini aku ingin berubah. Aku tidak ingin menjadi Loey yang terbebani masa lalu. Aku ingin bebas dari rasa bersalah itu. Aku tidak ingin lagi terikat pada kenanganku bersamanya dan aku ingin kau menjadi saksi untuk hari ini." Loey menghadap Hana, memegang kedua bahu Hana, membuat perempuan itu menghadapnya.
"Aku ingin berubah untuk Eris, sahabatku, keluargaku dan diriku sendiri. Aku tidak ingin menyakiti Eris, dan mereka yang telah berjuang untuk sampai di titik ini. Aku tidak ingin karena keegoisanku merusak semua perjuangan yang dihadapi Eris dan teman-temanku."
Mata Hana berkaca-kaca, ingin sekali ia menangis mendengar karena kalimat Loey tadi terdengar sangat luar biasa. Siapa sangka Loey yang terlihat ceria, polos dan lucu di atas panggung bisa mengatakan hal seperti itu. Mengatakan sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan kepribadiannya di depan publik. Sebuah kalimat yang mampu menyihir perasaannya saat ini.
"Hana," panggil Loey dengan suara beratnya. Hana mendongak, mendapati pemuda itu tersenyum padanya. Telapak tangan Loey yang jauh lebih besar darinya menyentuh pucuk kepalanya, mengusapnya dengan lembut.
"Aku ingin kau membantuku untuk berubah."
Hana mengangguk dan air matanya mengalir di kedua pipi mulusnya. "Tentu saja. Aku akan tetap di sampingmu."
Loey tersenyum lebar mendengarnya. Ia memegang kedua pipi perempuan itu, menghapus air matanya. "Coba lihat dirimu, kau seperti seorang perempuan yang baru dilamar pujaan hatinya. Hahaha."
"Aku menangis karena aku tersentuh mendengar kalimatmu tadi. Kalimat itu benar-benar keren," ujar Hana sembari menyembunyikan wajahnya dari Loey yang juga sibuk mengganggu Hana.
"Keren? Apa semua yang kami lakukan terlihat keren? Maksudku adalah semua hal yang kau lihat dari kami di belakang panggung. Apa itu keren?"
"Tidak juga. Tapi kami menyukai semua dari kalian. Asal kau tahu di luar sana ada banyak sekali fans yang suka mengoleksi foto-foto jelek kalian, mengeditnya, lalu diunggah di media sosial."
"Benarkah!? Wah, sepertinya aku harus lebih berhati-hati karena aku punya penggemar yang usil dan mesum. Apa kau juga termasuk?"
"Enak saja! Aku fans normal. Aku tidak punya pikiran mesum atau semacamnya."
"Benarkah?" Loey mendekati Hana, membuat wajah Hana memerah seperti kepiting rebus. Hari ini benar-benar hari yang berat baginya dan jantungnya. Hana berjalan mundur, sedangkan Loey berjalan mndekatinya. Ditatap idolanya dengan intens, serta wajahnya yang sangat dekat, siapa fans yang bisa berkutik? Jantung berdetak cepat seperti ingin copot, itulah yang dirasakan Hana saat ini. Ingin sekali ia mengecil, lalu menghilang dari hadapan Loey.
Loey terus membuat Hana berjalan mundur. Perempuan itu merasa punggungnya menyentuh pembatas sungai, memaksanya untuk berhenti dan menahan napas. Loey mengeluarkan sesuatu dari sakunya, lalu menunjukkannya di depan Hana. Sebuah kalung yang indah.