Chereads / Dori Love Story / Chapter 3 - Eps 3: Pertandingan Olahraga

Chapter 3 - Eps 3: Pertandingan Olahraga

[2nd Story]

Sudah 2 minggu  sejak Siswa baru Brandy Cipta Kusuma datang ke sekolah Kami.

Dari Tampang, memang Ren memiliki wajah ganteng dan penampilan menarik. Perawakannya sangat atletis.

Dia sangat menonjol di setiap pelajaran khususnya Matematika dan bahasa Inggris. Dia juga jago di bagian Olahraga terutama yang berhubungan dengan bola.

Selain itu, Ren sangat ramah terhadap guru dan tak seperti tampangnya yang cuek, Ia mudah sekali bergaul dengan teman-teman yang lain.

Meskipun begitu, seperti ada dinding tebal disekelilingnya yang membuat Ren tak terlalu suka terlihat kumpul-kumpul bersama teman-teman yang lain.

Dia hanya akan mengobrol jika ditanya. Dan tak pernah terlihat tertarik dengan suatu hal.

"Dori. Lagi ngelamunin apa si???" Tanya Rina yang tiba-tiba muncul di hadapanku.

"Dari tadi udah di panggilin. Tapi ga nengok-nengok." ucap Susan yang sudah duduk di samping ku.

"Aku lagi ngeliat temen-temen yang pinter olahraga. Ko aku susah banget yah." Ucap ku, membenamkan setengah wajahku di pangkuan, sambil melihat teman-teman yg lain.

Saat ini, pelajaran Olahraga sedang di lakukan di lapangan. Ada gabungan kelas antara kelas IPA 1 dan IPS 1.

Di tim kelas kami ada Ren yang masuk tim Basket dan Andrew yang masuk tim sepak bola.

Pertandingan pertama yang mulai dan kami tonton adalah pertandingan basket laki-laki.

IPS 1 terkenal dengan siswa-siswa yang sangat berprestasi dalam atletic, memimpin sejak awal pertandingan.

Tapi yang mengejutkannya, adalah pemain baru di kelas kami,  Ren yang terus menekan pihak lawan sehingga terus memperkecil selisih poin.

Penonton agak terkejut dengan hasil poin sementara. Karena bertahun-tahun IPA 1 terkenal lemah di bagian olahraga.

Dan yang sangat mencuri perhatian saat itu adalah siswa baru yang tidak dikenal sebelumnya.

Keringatnya membasahi tubuhnya yang berwarna agak kecoklatan. Ren terlihat  sangat bersinar.

Sisa beberapa menit lagi. Perbedaan poin tipis.

Tanpa kusadari, perasaanku terpengaruh dengan semangat Ren.

"Semangat IPA 1. Go Rendi!!" Teriak ku bangkit dari tempat dudukku.

Teman-teman ku terkejut. Aku tak merasa ada yang aneh dengan kalimatku sampai kemudian Aku sadar Ren melihat ku dari lapangan, rona wajahku jadi memerah.

Aku langsung duduk kembali. Dengan emosi yang masih bercampur, aku mencoba mengintip pertandingan kembali.

Pola permainan Ren berubah. Semakin tajam dan cepat. Terlihat jelas lawan-lawan itu bukan tandingannya.

Peluit tanda berakhirnya permainan pun berbunyi. Dan kelas kami menang.

Ekspresi wajah Ren sangat girang. Dan terlihat jelas dia menikmatinya. Teman-teman satu tim nya segera menyerbunya.

Meskipun aku masih ingin melihatnya, tapi ada hal lain yang perlu ku lakukan.

Menyemangati tim sepak bola.

Aku, Rina,  dan Susan pun pindah ke lapangan sepak bola. Susan mengeluarkan bendera yang cukup besar dengan tulisan Go Go IPA 1.

Kemudian Rina yang tenaganya paling kuat diantara kami, mengayunkan tongkat bendera yang berkibar itu ke kanan dan kiri.

Dan hasil pertandingan hari ini menjadi salah satu peristiwa menakjubkan sejarah IPA 1 di bidang olahraga.

Saat melihat pertandingan badminton, tiba-tiba perutku sakit. Aku berpamitan dengan Rina dan Susan.

Namun, karena khawatir. Mereka menemaniku.

Kami  berjalan ke kelas.

"Ku ambilkan obat magh dan pengurang nyeri." Ucap susan. Rina duduk di sampingku.

Kemudian, Susan datang dengan membawa obat-obat dan air minum.

Aku mengambil obat magh itu dan meminumnya.

"Makasih yah Susan Rina. Aku baik-baik saja ko. Sekarang kalian bisa balik lagi ke lapangan. Bentar lagi kan pertandingan kalian mulai." Ucap ku

Masih terdapat ke khawatiran di raut wajah mereka. Kuyakini bahwa aku baik-baik saja. Setelah itu mereka menuruti permintaan ku dan memintaku untuk menghubungi kalau keadaanku masih belum membaik.

Aku tersenyum melambaikan tanganku pada kedua sahabatku itu.

Setelah mereka pergi, Ku remas perut ku. Sakit sekali. Ku tempelkan wajah ku di meja.

Kupejamkan mata untuk mengurangi rasa nyeri yang kurasa.

Tik tok...

Suara detak jam terdengar lebih keras dari yang ku dengar terakhir.

Tap tap

Suara langkah kaki pun terdengar di mata ku yang masih terpejam dan setengah sadar.

Ada suara laki-laki. Tapi aku tak tau suara siapa.

Dia menyentuh kening ku dengan lembut. Tak beberapa lama. Aku terbangun.

Aku terduduk dalam kebingungan. Melihat sekeliling. Dan ternyata aku masih di ruang kelas.

Aku melihat ada siswi yang masuk ke ruangan. Teman sekelas ku.

Dia menghampiri ku dan kemudian bertanya apa yang terjadi.

"Perut ku saki mel.  Magh ku kambuh kayaknya mau haid juga."

"Sekarang gimana? Udah agak baikan" Tanya Imelda

"Lumayan. Udah minum obat juga si."

"Ada yang mau ku ambilin ri?"

"Aku mau air hangat. Ada ga yah?" Tanya ku.

Agak berpikir, Imelda ingat tadi ada yang bawa air panas

"Oh bentar. Tadi aku lihat ada termos."

Setelah keluar beberapa saat kemudian imelda masuk kembali membawa air hangat.

Aku minum air hangat yang diberikannya.

Ah enak sekali ke perut.

"Mel. Udah selesai semua?" Tanya ku.

"Iyah. Sekarang lagi pada penyerahan piagam. Kelas kita menang di basket pria. Futsal. Tenis. Sama renang." Jelas Imelda.

Aku senang sekali mendengarnya. Kemudian Aku teringat dengan seseorang yang masuk saat aku setengah tidur.

"Melda tadi kamu yang masuk ke kelas ini atau bukan yah?" Tanya ku.

Imelda bingung kemudian menggeleng.

"Tidak aku baru kesini ri. Itu pun karna aku baru balik dari toilet, kemudian dimintain tolong sama Ren untuk melihat mu di kelas. Katanya sepertinya Dori sakit." Jelas Imelda kembali.

Aku diam dan berpikir.

Apa itu Ren yang menemaniku saat tidur?

Lalu kenapa tidak dia bangunkan saja mengapa harus ribet-ribet mencari orang?

Memang aneh Siswa Baru yang bernama Brandy Cipta Kusuma itu.

Hari itu setelah pertandingan olahraga, aku kembali ke kelas. Mengambil tas ku. Aku terkejut. Ada Ren yang sudah berdiri di belakang meja ku.

Melihat ke arah ku, Ren bertanya keadaanku.

"Bagaimana keadaan mu?"

Ternyata dia masih kepikiran?

Manis sekali. Pikirku.

Aku hanya tertawa kecil melihat dia yang terlihat tertarik dengan sesuatu, menanyakan keadaanku.

Aku tersenyum dan berkata bahwa aku baik-baik saja. Setelah itu kami pulang bersama lagi karna memang jalan rumah kami searah.

Seperti saat itu, Ren meminta ku naik di kursi sepeda belakang. Dan dia mulai mengayuh sepedaku.

Langit sore yang kami lihat saat ini berwarna sangat indah. Matahari senja dan paduan oranye dan violet mewarnai langit sore itu

Kami sama-sama memperhatikan ke arah langit dalam diam.

Di tengah perjalanan, Ren tiba-tiba mengerem mendadak. Membuat badan ku langsung maju menempel ke arah nya.

Sebelum aku bertanya, ku lihat wajah kaget Ren yang belum pernah ku lihat sebelumnya.

Penasaran ingin kutanya dan mencari tahu apa yang membuatnya seperti itu, aku dikaget kan dengan seorang pria bertubuh besar dan bertato berbadan gemuk yang tiba-tiba menarik kerah Ren.

Booom. Suara pukulan yang keras diterima Ren yang akhirnya terjatuh dari sepeda.

Pria itu terlihat begitu menakutkan. Menengok ke arah ku dan menatapku tajam.

Masih menahan rasa sakit yang diterimanya, Ren langsung bangun dan berdiri di depan ku.

Wajah Ren menjadi begitu serius.

Tanpa berkata lagi, pria itu melihat Ren sebentar dan akhirnya pergi.

Aku yang khawatir dengan luka memar di wajah Ren, mencoba mengajaknya ke rumah untuk di obati tapi Ren menolak.

Ren berkata dia baik-baik saja, sambil tersenyum Ren pun pergi.

Aku melihat Ren dari kejauhan. Lagi. Punggung Ren dari kejauhan membuat ku merasa bahwa suatu saat dia akan pergi.