Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Looking for My Secret Admirer

🇮🇩Aila_NF
--
chs / week
--
NOT RATINGS
6.6k
Views
Synopsis
Sera bukanlah tipe cewek SMA yang banyak diceritakan dalam novel atau cerita fiksi remaja kebanyakan -cantik tapi cupu dan akhirnya punya pacar bad boy. Sera justru item, dekil, jarang keramas, tukang ngerusuh, dan terkenal karena sering buat ulah. Boro-boro pacaran sama bad boy, yang ada bad boy di sekolah aja takut sama Sera. Kok, tiba-tiba ada yang kasih Sera cokelat dan bunga setiap hari di laci mejanya? Sera yang penasaran, akhirnya berusaha mencari tahu soal secret admirernya yang setia memberikan hadiah dan juga sepucuk surat untuknya. Ia bahkan berjanji untuk menjadikan sang secret admirer sebagai pacarnya, jika pelakunya memang cowok tulen! Tetapi di tengah-tengah perjalanannya mencari sang secret admirer, Sera malah mengenal sosok Ari, cowok pentolan sekolah musuh yang pesonanya nggak bisa Sera tolak. Boleh nggak sih, kalau Sera mengingkari janjinya sendiri?

Table of contents

Latest Update2
Dua3 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Satu

Pukul enam tepat, Sera berjalan tergesa di koridor sekolahnya yang masih sangat lengang. Diacuhkannya sapaan Pak Dudung, tukang bersih-bersih sekolah yang biasanya tak pernah absen ia sapa setiap hari. Bahkan, ia tidak menjalankan kebiasaannya untuk menyapa setiap pedagang di kantin yang sedang mempersiapkan dagangan di pagi hari. Kakinya terus melangkah dengan cepat menuju ruang kelas XI IPA 3.

Gue harus tahu siapa pelakunya!

Kalimat itu terus terngiang-ngiang di benak Sera, sejak kurang lebih satu minggu yang lalu. Saat itu, sudah tiga hari berturut-turut ia menemukan sebatang cokelat kesukaannya serta setangkai mawar merah yang masih segar di laci mejanya. Anehnya, tidak ada orang yang mengaku telah menyimpan kedua benda itu di meja Sera.

Sera sih awalnya bersyukur saja. Toh, ia sangat menyukai cokelat itu dan dengan senang hati menghabiskannya. Soal bunga, ia juga tidak keberatan untuk memajangnya di sudut kamar kost yang berantakan bagaikan kapal pecah. Tapi lama-lama ia merasa ada yang janggal.

Masalahnya, ia bukan tipe-tipe cewek cantik dan famous di sekolah. Famous sih iya, tapi bukan karena paras atau prestasi, melainkan karena jabatannya sebagai wakil ketua kelompok perusuh sekolahnya. Turun langsung ke medan tawuran adalah kesukaannya. Nyolong mangga Pak Mamat di seberang sekolah adalah pekerjaannya. Nggak keramas selama seminggu adalah kebiasaannya. Kok bisa sih, ada yang berbaik hati memberikan cokelat dan bunga sama cewek macam dia?

Suasana kelasnya sepi. Belum ada seorang pun yang datang. Kali ini Sera sangat yakin bisa menangkap pelakunya. Ia akan bersembunyi di balik meja belakang dan ketika seseorang datang dan menyimpan benda itu di mejanya, dia akan...

Sera terbelalak. Cokelat dan bunga itu sudah tersimpan manis di lacinya!

"Apa-apaan nih? Kok udah ada disini lagi!?" dengan emosi, Sera membanting cokelat dan bunganya ke meja begitu saja. Saat itu juga, matanya menangkap sekelebat bayangan yang berlari di luar kelasnya.

Pasti itu orangnya! Sera cepat-cepat berlari mengejar orang itu. Tampaknya orang itu memasuki toilet laki-laki. Mau tak mau Sera harus menungguinya di luar. Kalau nggak malu sih, rasanya ia pengin masuk saja. Tapi dia takut kepergok Pak Dudung. Nanti kalau disangkanya dia mau ngapa-ngapain cowok yang di dalam, bagaimana?

Sekitar 20 menit kemudian, orang yang ditunggu Sera akhirnya keluar sambil mengelus-elus perut dan bernapas lega. Tapi alangkah kagetnya ia saat melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.

"Lho, Bian?"

Cowok yang dipanggil dengan sebutan Bian itu kelihatannya lebih terkejut daripada Sera. Matanya terbelalak lebar seakan baru saja melihat penampakan. "Sera! Ngagetin aja lo! Lo ngapain disini? Tumben dah dateng?"

"Lo..." Sera langsung menatap Bian dengan pandangan menuduh. "Lo yang nyimpen bunga sama cokelat di laci meja gue selama ini ya?"

"Eh?" Bian tampak semakin shock. "Bunga sama cokelat? Di laci meja lo?

"Iya! Ngaku aja deh lo!" Sera melipat kedua tangannya. "Lo udah tertangkap basah!"

Bian mendenguskan tawa. "Ngaco aja lo. Nggak mungkin gue lah. Lo pikir gue kurang kerjaan?"

"Terus ngapain lo tadi lari-lari depan kelas gue pas gue dateng?!" tanya Sera sambil memicingkan mata, tidak memercayai perkataan Bian begitu saja.

Bian mengernyitkan dahinya bingung. "Gue aja nggak tahu lo datengnya kapan, yang jelas gue sakit perut banget makanya lari-lari dari kelas sampe ke sini."

"Tapi belum ada yang dateng di sekolah ini selain lo sama gue, jadi pasti elo pelakunya!"

Bian mendecakkan lidah. "Heh, Sera oon! Jadi lo bener-bener mikir gue yang nyimpen tuh barang di meja elo? Enak aja. Gue nggak tertarik sama cewek jadi-jadian kayak elo. Sorry-sorry aja ye!"

Cowok itu pun melenggang pergi menuju kelasnya, meninggalkan Sera yang masih bengong kayak orang bego di depan toilet laki-laki.

Iya juga sih, nggak mungkin Bian yang ngasih. Sera cemberut. Bian itu pentolan sekolah alias ketua kelompok perusuh SMA Karya Nusa, yang artinya atasannya Sera. Dan, ngasih cokelat diam-diam begini, memang bukan gayanya Bian banget. Bian itu tipe cowok yang to-the-point, nggak doyan basa-basi. Setiap kali naksir cewek, dia akan bilang berterus terang pada cewek yang ia sukai.

Apalagi, Sera juga tahu kalau Bian selalu naksir cewek-cewek berparas cantik dan feminin. Kemungkinannya sangat tipis kalau sampai cowok itu menyukai Sera, apalagi sampai kirim bunga dan cokelat diam-diam segala. Mereka kan sudah bersahabat dekat!

Dengan langkah gontai, Sera kembali ke kelasnya. Rasanya sangat sia-sia ia bangun lebih pagi dari biasanya dan buru-buru pergi ke sekolah. Ia tetap saja nggak bisa menangkap atau sekedar mengetahui siapa pelakunya.

Clara, teman semeja Sera, rupanya kini sudah datang. Ia tengah memandangi bunga dan cokelat yang tergeletak di meja.

"Masih dikasih beginian ya, Ser?"

"He-eh." Sera mengangguk. "Gue dateng jam 6 buat nyari tahu siapa yang naruh ni barang di meja. Tapi tetep aja cokelat dan mawar misterius ini udah nangkring duluan. Masa' gue harus dateng jam 5!?"

Clara mengedikkan bahu. Lalu menyimpan beberapa buku cetak di laci mejanya. "Sekalian aja nginep, Ser. Biar nggak capek"

Sera mencibir, kemudian benaknya menyadari sesuatu. "Jangan-jangan selama ini salah sasaran deh, Clar."

"Salah sasaran... maksud lo?"

Sera menatap teman sebangkunya lekat-lekat. "Selama ini, kayaknya tuh orang mau ngasih cokelat sama mawar ke elo! Kita kan satu bangku, dia mungkin aja keliru sama tempat duduk kita dan salah laci."

Mata Clara mengerjap beberapa kali. "Nggak mungkin lah! Orang lo udah ngumumin di toa masjid, kan? Bagi yang nyimpen cokelat dan bunga di meja lo, harus nemuin elo. Satu sekolah denger itu, Ser. Kalau emang salah sasaran, tu cokelat sama bunga pasti udah pindah ke laci gue sekarang."

"Iya juga sih...." Sera mengingat kembali kejadian 2 hari yang lalu, tepatnya pada jam istirahat pertama. Saat saking penasarannya, ia langsung berlari ke masjid sekolah dan memberi pengumuman dengan semangat.

"Ekhem, Ekhem... Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi teman-teman semua yang dirahmati Tuhan! Saya Seraphina Mutiara dari kelas sebelas IPA 3. Dengan ini, saya mencari orang yang selama beberapa hari berturut-turut menyimpan bunga dan cokelat di laci saya. Bagi yang merasa, tolong temui saya. Nggak akan saya apa-apain kok. Sumpah! Suwer takewer-kewer! Rencananya sih, kalau cowok mau saya jadiin pacar. Kalau cewek saya jadiin... temen deh. Soalnya kalau jadi saudara ntar kudu ganti kartu keluarga, ribet. Harus ke kelurahan lah, ke kecamatan lah. Belum lagi kudu ngeluarin duit biar cepet kelar. Makanya saya jadiin temen terbaik saya aja ya. Atau bagi yang kira-kira mengetahui pelakunya, bisa laporkan pada saya. Ada imbalan yang pantas dan.... AUUUUUWWW!!"

Pak Taufik, guru terkiller di sekolahnya, saat itu langsung datang dan menjewer telinga Sera sampai rasanya mau putus karena telah menyalahgunakan toa masjid. Jadilah pengumumannya tidak sempat diselesaikan.

Dan setelah itu, nihil. Tidak ada yang mengaku atau melaporkan apapun pada Sera. Yang ada, semua orang malah tertawa saat berpapasan dengan gadis itu karena pengumuman konyolnya lewat toa masjid. Dan itu membuat Sera jadi semakin frustasi.

"Tapi, Clar..." Sera mengulum bibir bawahnya, memikirkan berbagai kemungkinan. "Lo yakin semua orang dengerin pengumuman gue?"

"Yakin. Pake banget. Orang itu di jam istirahat." Clara berdecak. "Jam segitu tuh lagi pada ke kantin, cowok-cowok juga pada ngumpul di lapang, main bola. Pasti kedengeran. Jelas banget malah!"

"Gimana kalau orangnya ada di kelas, terus pake earphone?"

"Eh?" Clara terbelalak, tidak memikirkan kemungkinan itu sebelumnya.

Sera menjentikkan jarinya. "Bisa aja dia nggak denger. Apalagi pengumumannya dari toa masjid, bisa aja dia pikir itu pengumuman cuma buat anak remaja mesjid. Ya kan?"

Clara meringis sambil menggaruk-garuk pelipisnya yang tak gatal. "Nggak tahu deh gue."

Sera menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Kalau gitu kejadiannya, kayaknya gue harus bikin pengumuman lagi."

"Serius lo?" Clara terkekeh, benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran teman semejanya.

"Lo tahu nggak ini speaker nyambungnya ke mana?" tanya Sera sambil menunjuk speaker yang terpajang di depan kelas.

"Ruang guru. Itu kan buat ngasih pengumuman kalau ada..." Clara terdiam, menyadari apa yang akan dilakukan teman semejanya. "Ser, lo nggak akan ngelakuin apa yang gue pikirin kan?"

"Emang apa yang lo pikirin?" tanya Sera acuh tak acuh.

"Lo mau bikin pengumuman dari ruang guru, dengan speaker yang nyambung ke tiap kelas?" tanya Clara sambil meringis. "Itu sih malu-maluin banget namanya."

"Lo kan tahu gue udah nggak punya malu." balas Sera santai.

"Tapi... ya okelah kalau pengumuman masjid bisa aja orang nggak ngeh dan nggak denger pengumuman dari lo. Cuma...."

"Nah itu dia, gue khawatirnya tuh orang nggak denger karena gue kasih pengumumannya dari masjid. Bisa aja dia pikir itu info nggak terlalu penting, makanya nggak didengerin!" potong Sera cepat.

Clara mendengus, kemudian melipat kedua tangannya di perut. "Nggak Ser! Jangan lakuin itu! Lo nggak capek apa, dimarahin sama Pak Taufik? Ntar lo bakal kena hukuman yang lebih berat lagi lho."

"Bodo amat sama Pak Taufik. Gue jadi nggak bisa tidur nyenyak nih. Penasaran!" pekik Sera frustasi.

"Hmmm, tapi Ser. Jujur nih ya. Gue ikut nanggung malunya nih." Clara mencibir. "Tiap kali lo ngelakuin hal aneh, orang-orang ikut mandang gue aneh juga. Jadi please... banget. Untuk yang satu ini, jangan lo lakuin ya?"

Sera mendengus sebal, namun pada akhirnya mengangguk lemah. Dia hanya benar-benar ingin tahu, siapa cowok aneh yang setiap pagi menyimpan cokelat dan bunga di laci cewek amburadul macam dirinya. Tapi, karena Clara bicara seperti itu, dia nggak bisa memaksakan kehendaknya. Sera nggak tega kalau Clara harus ikut menanggung malu akibat perbuatannya.

"Nanti kita coba pikirin cara lain yang lebih elegan deh." Clara menepuk-nepuk bahu Sera. "Thanks ya Ser, udah ngertiin kalau gue nggak muka tembok kayak elo."

Sera cemberut, namun memilih untuk tidak menanggapi perkataan Clara. Oke. Gue bakal cari dengan cara lain. Gadis itu memikirkan berbagai strategi dalam benaknya.

Kali ini, pasti ketemu! Dan, sesuai janjinya di toa masjid, kalau pelakunya cowok, bakal dan harus dia jadiin pacar!

***