Chapter 3 - DAY 2

Pagi

Jam 07:00

"Hoammm"

Arin melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi.

Karena nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul Arin masih saja berleha-leha dengan keadaan ini, namun setelah 5 detik, terbelalak Arin baru ngeh, "Huwaaa kesiangan!!!!!"

Teriakan Arin yang menggelegar membuat burung, ayam dan hewan-hewan lain lari terbirit-birit begitupun dengan dirinya.

~mandi, siap-siap, berangkat~

Untung saja setiap malam menjelang tidur Arin selalu menyiapkan apa saja yang akan ia bawa ke sekolah besok, jadi ini bisa sedikit mempersingkat waktu.

Seperti biasa Arin berjalan menuju halte menunggu busway, namun sudah 10 menit Arin menunggu, busway tak kunjung menampakkan diri.

"Aishh, buswaynya lama banget dah, mana lagi udah jam 7:35 bisa-bisa telat ini, mana anak-anak masuk jam 8:00, apa mending pesen grab aja ya tinggal 25 menit lagi, pesen grab aja lah ketimbang telat" gumam Arin dengan komuk paniknya.

Arin pun memesan grab lewat aplikasi diponselnya, tak lama setelah 5 menitan abang grab pun datang.

"Alhamdulillah cepet."

"Mbak Arin ya" tanya abang grab.

"Iya bener bang, ngebut ya bang saya udah terlambat soalnya" kata Arin panik sembari menancapkan helm dikepalanya.

"Oke sesuai aplikasi ya, mbaknya udah siap?" Tanya abang grab, yang dibalas anggukan Arin semangat.

"Nguenggggggggg"

Dengan motor Vario injeksinya Abang grab tancap gas pol, bener-bener bukan main Abang grab men-joki motornya dengan kecepatan kilat, Arin pun melongo dibuatnya.

"Abang grab ini titisan Valentino Rossi apa Pedrosa ya jago bener joki motornya, ah bomatlah! bagi saya Rossi atau Pedrosa gak penting sekarang, yang terpenting saya sampai di sekolah tepat waktu." Gumam Arin dengan pandangan kosong.

"Nah udah sampai nih mbak, silahkan turun"

Arin pun turun dengan badan gemeteran,

"Be_ra_pa ba_ng o_ng_kos_n_ya"

"Mabelas rebu mbak"

"In_i ba_ng, ma_ka_sih ya bang"

"Sama-sama mbak, jangan lupa kasih bintang 5" jawab Abang grab sembari puter balik dengan keahliannya dan tancap gas pol dalam hitungan detik dirinya hilang tanpa jejak.(ternyatabelokgang)

-

At class

Arin beberapa kali menarik napas panjang dan dibuangnya perlahan, setelah mengestabilkan diri Arin mulai melangkahkan kaki memasuki ruang kelas, berdiri di depan dengan penuh wibawa, namun tiba-tiba terbelalak, terlihat kelas yang begitu kacau, seperti biasa semua tak menghiraukan kedatangannya.

"sabar Rin sabar, inget! uang lebih prioritas dari pada keegoisanmu sekarang." Jerit batin Arin yang teriris sedikit perih.

Arin pun perlahan memejamkan mata mencoba menenangkan diri,

"Cling" tiba-tiba ide cemerlang terlintas dipikirannya,

"Ah, apa aku coba memainkan sedikit permainan untuk mengawali hari ini, ya sekaligus mendekatkan diri dengan anak-anak ini, siapa tau setelah ini aku dianggap dan dihormati sama anak-anak ini, tapi apa permainannya emm?"

Arin pun keluar kelas melihat sekeliling, apa ada barang atau apapun itu yang bisa iya gunakan untuk mendukung permainan ini, yass! Arin melihat sebuah kaleng warna warni yang sudah tersusun rapi didepan kelas, "apa ini bisa diambil? wah bisa ternyata, syukurlah."

Diambilah 10 kaleng tersebut oleh Arin dan dibawanya masuk kedalam kelas.

"Selamat pagi anak-anak" kata Arin menyapa semua anak-anak didiknya yang tak mendapat respon sama sekali.

"Ehem...ehem...ehemmmmm!!" masih saja tak mendapat perhatian.

"Tok....tok....tok"

Diketuklah kaleng tersebut dimeja dengan sangat keras, yang mengundang perhatian Haechan.

"Woy ada Bu gulu woy!"

Taeyong pun segera berdiri dan berteriak,

"Bangun.... beri salam"

"Selamat pagi bu guru" kata semua anak-anak serentak.

"Pagi anak-anak, silahkan duduk" jawab Arin.

"Buna gulu itu apa, kenapa banyak cekalih kaleng" tanya Jisung.

"Iya bu, kok sampah dibawa kedalam kelas" Chenle nyamber.

"Ih lele gak boleh gitu, itu bukan sampah tau tapi kaleng bekas iya kan nuna" Jawab Jaehyun.

"Sudah-sudah jangan gaduh, ini ibu guru bawa kaleng bekas untuk permainan, kalian ingin bermain?"

"Mau bun", "hore permainan", "yey", "aku harus menang!" sorak seluruh anak-anak.

"Oke, ayo kita singkirkan bangku-bangku ini, dan beri ruang ditengah-tengah ya" arahan Arin.

"Belat bu gulu, Nana gak kuat"

"Huwaa, icung juga gak kuat buna"

"Tenang semuanya tenang, biar lele tanganin ini semua"

"Prok,,, prok,,, prok" Chenle tiba-tiba menepuk kedua tangannya, yang mendatangkan kedua bodyguardnya.

"Ada apa tuan, apa yang harus kita lakukan"

"Kalian beresin bangku-bangku ini cepat, beri tempat kosong ditengah-tengah, mengerti?" perintah tuan muda Chenle dengan kedua tangan yang disilangkan diatas dada.

"Mengerti tuan" jawab kedua bodyguard Chenle.

"Horeeee"

"Yeyyyyyy!"

"Makasih Chenle" kata Arin.

"Sama-sama Bu guru, apa ada yang bisa lele bantu lagi?"

"Maaf le, boleh gak ibu guru minta tolong suruh bodyguardnya buat nata meja diujung sana, dan susunin kaleng ini membentuk Piramida" kata Arin.

"Boleh, kalian dengerkan apa yang bu Arin tadi katakan, cepat lakukan" perintah Chenle.

"Siap tuan" jawab kedua bodyguard Chenle.

-

"Hore selesai" teriak Haechan.

"Ayo anak-anak bilang apa sama Chenle dan bodyguardnya" kata Arin.

"Makasih lele, makasih juga bodyguardnya lele" jawab semua anak-anak.

"Oke belum seberapa" kata Chenle sedikit menyombongkan diri.

"Hm yaudah, ayo kita mulai permainannya"

"Kajja"

"Let's get it"

"Ayooooo!"

"Jadi permainannya kita lempar pensil ini kearah kaleng didepan itu ya, kalo kena berarti berhasil, jadi kita jaraknya bakal semakin jauh kalo udah mendekati final, mengerti?" Kata Arin menjelaskan.

"Bu gulu, injun gak paham"

"Iya bu, Dery juga gak ngerti"

"Baiklah, ibu guru contohkan sekali ya"

"Horeee"

Arin pun mencoba mempraktekkan permainan tersebut, saat pertama mencoba pensil tersebut melenceng ke arah kanan, dan percobaan kedua pun sama melenceng, dipercobaan ke tiga Alhamdulillah Arin berhasil mengenai kaleng tersebut yang disambut dengan tepuk tangan meriah anak-anak.

"Wah buna gulu hebat" kata icung lega, karena sedari tadi icung khawatir buna Arin tak bisa melakukannya dan malah semakin tak dihargai oleh semua teman-temannya.

"Hehe, makasih Jisung siapa yang mau nyoba duluan"

"Saya Bu saya" semuanya saling berebut.

"Hadeh kacau, yaudah diam dulu anak-anak ibu pake absen aja ya biar gak pada berebut"

"Iya bu, benel tuh" kata Taeyong yang ikut puyeng melihat kegaduhan kelas ini.

"Coba yang pertama Moon Taeil, beri tepuk tangan yang meriah buat peserta pertama kita"

"Whaaa Taeil Oppa!!! fighting!!! teriak Haechan anak yang sedari tadi menjadi penyebab kegaduhan.

"Hah oppa? Knp dengan anak ini, mungkin sedang terkena sugar rush, sangat aktif dan susah diatur" gumam Arin.

Pensil yang dilempar Taeilpun melayang tinggi, namun tidak masuk kedalam kaleng.

"YYYYYAAAAAAA...." Semua orang didalam kelas yang memperhatikan berteriak bersamaan, termasuk para bodyguard chenle yang sedari tadi mengawasi di balik jendela.

Arin segera berlari dan menutup pintu kelas, agar suara tidak tersebar kemana-mana.

"Tenang oppa, Haechan akan memenangkan ini untuk Taeil oppa" kedip manis anak itu sambil memegang pundak Taeil, dan berlagak seperti pahlawan.

"Selanjutnya Johnny!... whaaa... untuk seumuran anak TK kamu cukup tinggi ya" puji Arin.

"Tidak hanya tinggi bu, Johhny juga sudah punya perut kotak-kotak, mau kutunjukkan?" celetuk anak yang bernama Haechan sembari menarik seragam Johnny.

"Yak! Haechan.. kalau kamu tetap mengganggu, tidak akan ibu perbolehkan kamu main, paham?!"

"Ahh maaf bu.. gulu .."

"Hahahahah sukuliiin!!" ketawa Doyoung puas.

"Ahh, tapi kalau anak segini punya abs kira-kira bentuknya gimana ya?" pikir Arin absurd, tiba-tiba dia memukul kepalanya sendiri, "Rin kamu mikir apa sih!!."

Johhnypun melempar pensilnya dan masuk!!!!!!!!!

"Yeeeeee!!!!! Good Job daddy!!!" semua mata mengarah ke Haechan, anak yang kembali mengeluarkan kalimat yang sangat tidak bisa dimengerti oleh kapasitas otak anak TK.

Selanjutnya Taeyong melempar pensilnya, dan tidak berhasil masuk,

"Aah.. Bu Guru .. bubu boleh coba lagi?" puppy eyes Taeyong yang meruntuhkan ketegasan Arin.

"Ututu kiyowoooo~ satu kali saja ya"

"Ahh.. neee!" Taeyong pung mulai melempar lagi dan kali ini lebih kuat hingga mengenai singa yang sedang melamun.

"Yaaaaa!!!! Singanya mengamuk!" teriak Taeyong berlari sembunyi di belakang Arin.

"Lioooon~.... Yutaaaaa~~~" suara lembut Jungwoo sang pawang Lion, membawanya kembali duduk manis dan memperhatikan permainan.

Permainan terus berlanjut hingga~

"Buna Gulu ... icung mau..." Arin pun yang peka menyela kalimat dari Jisung.

"Mau lempar sekarang? wah tidak boleh ya, Jisung harus tunggu giliran, mengerti"

"Iya buna Gulu.. tapi icung mau..."

"Tunggu ya~"

"Icung sudah tidak kuat" rengek Jisung dengan wajah yang udah memerah dan dia terus mengapit kakinya.

"Jisung?! Kamu mau pipis??? Yaaaaa.. kenapa tidak bilang dari tadi"

"Popok icung sudah penuh buna" jelasnya dengan sedikit menitikkan air mata.

Arin mengambil tas Jisung dan benar, hari ini dia membawa popok sendiri, arinpun tersenyum lega, dia tidak harus mengeluarkan uang untuk ini.

"Ayo kita kekamar mandi..." ucap Arin sambil menggandeng tangan Jisung.

"Anak-anak kalian teruskan permainannya ya, jangan ada yang curang.. nanti yang menang akan dapat hadiah dari ibu... Taeyong, tolong kamu jaga kelas dengan baik ya"

"Baik bu!!"

Operasi persalinan popokpun dimulai

"Oke Jisung.. udah selesai kita kembali ke kelas ya"

Kelas berubah menjadi ricuh dalam waktu 15 menit,

Dalam satu ruangan ter bagi menjadi 4 kubu.

Kubu bermain, terlihat 2 bodyguard Chenle memegang kaleng di tangan kanan dan kirinya masing-masing, sedangkan Haechan,Taeil,Jaehyun,Doyoung, Lucas,danXiaojun berusaha melempar sepatu mereka ke dalam kaleng namun terus menerus gagal.

Kubu Konser

Ten, Mark dan Johnny menata bangku dan memindahkan beberapa alat stationary mengubahnya menjadi stage Disk Jockey, apakah itu yang mereka sebut bernyanyi..?.

"He he he heK yaya yay Brrrraaaahhhh!!!!! Skrrrrtttttt skrrrtttttt!!!!!" sambil mengangguk- anggukkan kepala.

Kubu Prasmanan

Terlihat seorang anak menjamu teman2nya berlagak sebagai Tuan Rumah yang punya acara

"Chenle Mau Castela dengan taburan berlian, carebonara dengan daging abalone lalu, daging sapii terbaik dan empuk jangan lupa susu formula Lele ya" ucapnya kepada seorang yang mirip dengan driver Gojek, anehnya saat dia keluar dia pergi mengendarai helicopter, yang entah diparkir di area mana.

"Wahh makanan yang kamu pesan keliatannya enak" ucap Jungwoo sambil menyuapi Yuta dengan cilok.

"Nee... sepertinya juga sangat mahal" ucap Renjun anak yang entah karena apa rambutnya sangat berantakan.

"Apakah kami boleh bergabung" ucap Jaemin dan Jeno.

"Tentu!!! kita akan berpesta hari ini" ucap Chenle mengangkat susu formulanya seolah2 sedang menikmati segelas cocktail.

Dan Kubu yang terakhir

dipimpin oleh Hendery, disana ada yangyang, Kun, Sungchan, shotaro dan winwin.

Ya benar, kubu ini sedang bermeditasi, mereka saat ini sedang menjadi sebuah kursi, iya kursi kerajaan.

Dan Lee Taeyong yang sedari tadi sibuk menulis sebuah Surat, surat pengunduran diri sebagai ketua kelas.

Back to Arin

Arin melihat semua yang ada di depan matanya tercengang, dia teringat kenapa sangat sulit mengajar disini dan gaji yang diterima cukup besar, sepertinya dia mulai memahami keadaannya dan menemukan jawabannya.

"Jisung, duduklah disini, tutup telingamu ya"

"ANAK ANAK !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" sepertinya ada yang meletus tapi bukan gunung.

15 menit sebelum kejadian.

"Ayo Mark kamu pasti bisa"

Mark berkonsentrasi melempar pensilnya, tiba-tiba.

"chuuuu~"

Haechan sengaja mencium pipi Mark untuk membuatnya gagal, Mark yang malu berlari mengejar Haechan dan berniat mematahkan tangannya, alhasil tangan Haechan terluka tapi tidak sampai patah sih, hal ini dimanfaatkan Haechan untuk mendapat haknya melempar sebanyak mungkin,

"Heiii!!! ini masih gilirah Haechan!!"

"Haechan! kamu sudah mencobanya 4 kali! Sekarang giliran renjun" ucap Jaehyun.

"Ya!! Haechan harus menang!, Jaehyun tidak lihat, Haechan melempar dengan tangan terluka" pembelaan diri.

"Woy berikan padaku!" Renjun mengambil paksa pensil Haechan.

"Kau punya pensilmu sendiri!! Tidak akan aku serahkan!" merekapun berebut hingga pensil Haechan terlontar jauh mengenai Doyoung yang sedang menikmati tidur paginya.

"Ya!!! Siapa pelakunya!" semua anak menunjuk kearah Haechan,

Segera Doyoung bangun dan mengejar Haechan, kerusuhanpun dimulai.

"Sepertinya giliranku tidak akan datang" ucap Lele.

"Apa kalian lapar? Bergabunglah denganku" ucap Chenle mengajak beberapa anak bergabung.

"Lownjun.. kemarilah, daripada berusaha memasukkan pensil kedalam kaleng, bukankah lebih baik memasukkan makanan kedalam mulut?".

------

"Dery Hyung.. kami melihatmu melempar pensil dengan mata tertutup dan masuk!, ajari kami!! Jadilah guru kami!!!" ucap Shotaro dan Sungchan.

"Baiklah.. pertama2 kita harus memusatkan pikiran dan tenang seperti air, lalu kita akan berubah menjadi.. (melihat sekeliling) kursi.."

"Kursi??" ucap Shotaro dan Sungchan kaget.

"Iya .. kursi ... kursi kerajaan"

-----

"Uri Markeu, kenapa kamu melamun?" Tanya Ten.

"Ciuman pipi pertamaku di curi oleh anak itu, bagaimana dengan masadepanku broo" jawab Mark.

"Lupakan semua itu, mari kita menghibur diri, you wanna play some music dude?" hibur Johnny.

"Let's go!" Mark kembali bersemangat.

"Teman-teman... teman temaaan...!!!" Suara taeyong yang tidak di hiraukan.

"Om.. om.. bisa tolong bantu Taeyong?" Tanya taeyong kepada para bodyguard Chenle.

Dan begitulah awalmula pemandangan yang "indah" ini terjadi.

-

Sore

Arin berjalan pulang menuju Halte Bus,

"Haaahh!!!!! apakah gajiku ini akan membuatku masuk kedalam rumah sakit jiwa dan membiayaiku disana??!! kenapa anak-anak itu sangat..." dia mengomel sendiri di jalan.

"Yah setidaknya aku tidak perlu membeli makan malam hari ini"

Nada bicaranya mulai turun, dibawanya seplastik makanan yang keliatannya sangat mahal dan lezat.

"Kita lihat saja, sampai kapan aku akan bertahan" ucapnya percaya diri (kayaknya sih? Gimana menurut kalian?).

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻