Chapter 6 - NYASAR

Haechan

"Huweeeee ibu guru...." Haechan menangis kencang, entah kita sebut tangisan kebahagiaan atau tangis keluhan, sedangkan Arin hanya diam membisu menatap kaki kecil Haechan yang tidak bersepatu, terlihat kotor dan lemas.

-

3 Jam sebelum kejadian

"Senangnya bisa bangun siang!!!!, inilah kenikmatan weekend, hari sabtu memanglah hari yang terbaik, hari terbaik untuk bermalas-malasan...whehehehe…"

"Ahhh tidak Arin.. tidak seperti ini.. tidak boleh malas-malasan.. bagaimana kalau kita membeli cemilan… sebagai teman bermalasa-malasan"

"Setuju... sangat setuju… ayo kita coba ke pusat perbelanjaan terdekat, sudah lama ingin sekali masuk kesana"

-(dialog antara diri-sendiri selesai)

Didekat tempat tinggal Arin ada Mega Mall yang besar, sangat besar, selama ini Arin belum berani memasuki tempat itu, dia selalu takut kalau-kalau uangnya tidak cukup untuk memanjakan perutnya, keinginannya dan matanya.

Melihat tabungan Arin yang sudah 'cukup' layak untuk membawanya kesana, bergegas dia bersiap-siap untuk berangkat dan bersenang-senang disana.

-

--------Mega Mall-------

"Waaaa!!!!! Ternyata surge di dunia itu dekat dengan tempat tinggalku… akhirnya aku sampai juga di surga!!!"

"Ekhemmm kak.. anu… itu helmnya, boleh dilepas dulu kak ehee" kata abang gojek yang membuyarkan imajinasi liar Arin.

--------Rak Makanan------

"Yang ini, itu... hmmmm permen ini sepertinya juga sangat enak…ah .. disinikan juga ada stationary store.. seperti di beritanya, katanya juga dijual album.. wah daebak... wahai dompetku yang agung, apakah kita akan kesana???... ahhh tentu saja nona Arin… kita harus menjenguk para suami anda. Kuuuullll!!!!!  kajjaaa!!!" (hanya cctv yang menyaksikkan dialog pada diri sendiri ini)

Tak sadar selama berjalan ternyata Arin hanya berputar-putar pada lantai yang sama, belum juga ditemukan tempat yang dia tuju, suasana semakin ramai, orang-orang mulai memenuhi gedung tersebut.

"Ahhh aku lelah.. setidaknya aku harus menemukan kamar mandi… aku sudah tidak tahan … huhuhuhu" rengek Arin sembari menghimpit kedua kakinya.

"Oh iya!.. aplikasi.. di mall inikan ada aplikasi petanya, kenapa aku begitu bodoh?, mall ini juga ada wifinya, aku bisa install aplikasi nya sekarang, plisss  kenapa aku mendadak bego ya… aaahhh Arin sadarlah… hp ku dimana hp ku"

Arin pun segera merogoh saku mengambil hp dan mengeluarkannya, ditatapnya panic layar hpnya yang menunjukkan baterai 3%.

"Andwae!!!... aku lupa charge lagi gara2 marathon drama tadi malam… bagaimana ini aku harus ottoke!!!!… berpikir Arin berpikirrrrrr…ahhhhhh satpam … aku bisa tanya tiap petugas yang menjaga lantai… baiklahhhh... baiklahhh... ayo kita cari dimana mereka"

Dengan memegangi tas belanja dan perutnya Arin mulai kembali menempuh perjalanan yang penuh dengan perjuangan, hingga dia menemukan pria tinggi besar berseragam

"Maaf pak... permisi, saya mau tanya, toilet terdekat dimana ya?"

"Oh iya... jika ingin ke toilet kakak tinggal ke arah sana.. lurus terus, rak ke 3 kakak belok kanan, lalu kakak lurus lagi ke kanan lagi lalu setelah itu ke kiri, disitu ada toilet"

"Ah baiiik pak, terimakasi..ahh anuu… kalo stationary store di sebelah mana ya pak" wah jenius juga si Arin dia langsung menanyakan stationary tapi author ragu dia akan mengingat jalannya

"Stationary ada di lanta berikutnya kak, kakak bisa naik lift lalu setelah keluar lift kakak bisa ke kiri.. ada area permainan anak masih luruss kekiri sampai di min*so… lalu ke kanan sedikit, kekiri lagii lurus"

"Ahh baik pak terimakasih"

--------

"Okey pertama-tama ke toilet dulu, ah... kemana dulu tadi... naik lift ya… okeyyy… kajja"

Arin merasa seperti ada yang salah namun dia tidak perduli, mungkin itu perasaan khwatirnya saja karena dalam posisi urgent.

"Baik.. lalu ke kanan atau kiri ya … oh iyaa .. kanan lurusss, aku yakin .. kanan lurussss." (bodoamat Rin terserah kamu author pening)

Sudah ada 30 menit Arin berputar-putar mencari toilet, namun tidak di temukannya, ini sangat menyiksa, terlihat dari raut wajahnya yang tak bisa dibayangkan karena hajat yang sudah diujung tanduk.

"Ayolahh setidaknya kalau aku salah lantai, setiap lantai pasti punya kamar mandinya kan, plissss dimana mereka, apakah seperti pintu rahasiahuuuuaaaa mo nangissss" rengek Arin kembali.

Dengan raut muka ingin menangis dan teriak… dilihatnya seorang anak yang hendak melakukan hal yang sama.

"Haechan???????!!"

"Huweeeee ibu guru...." Haechan menangis kencang, entah kita sebut tangisan kebahagiaan atau tangis keluhan, sedangkan Arin hanya diam membisu menatap kaki kecil Haechan yang tidak bersepatu, terlihat kotor dan lemas.

"Kamu ngapain disini sendirian?, dimana mamamu?" Tanya Arin.

"Haechan nyasar bu, huweeeee…"

"Sepatu kamu mana?"

"Ketinggalan di tempat bermain, ibu kenapa? Kenapa ibu panic begitu? Ibu nyasar juga ya?"

"Ah ibu….. hehe lagi cari toilet (iya si ibu juga sebenarnya nyasar juga)"

"Oh toilet ya bu, ada disini ayo ikut Haechan"

Tiba-tiba anak kecil itu berubah seolah-olah seperti seorang pria dewasa. Haechan menunjukkan dimana toilet terdekat dan menunggu Arin di depan pintu toilet dengan membawa barang belanjaan arin, jika dilihat2 hampir seperti pasangan yang sedang berkencan, hanya saja ini terlalu aneh.

"Aaaah … leganyaaaa…. Haechan, terimakasih ya. ngomong-ngomong haechan kenapa sendirian? Hmmm kenapa bisa tersesat?"

"Tadi Haechan bersama ayah, Haechan dan ayah sedang main petak umpet, karena Haechan ahli sembunyi akhirnya Haechan jadi bosan lalu Haechan pergi ke playground sekalian main disitu, karena ayah memberikan haechan uang yang banyak haechan jadi ingin beli mainan, jadi Haechan pergi ke toy store, dan berakhirlah Haechan disini, terus bu buguluuu"

"Ahhh maaf Haechan hoaam… ibu juga sangat lelah hari ini berpetualang heheh (yakali mau bilang nyasar juga, ayolah Arin hari ini harus jadi pahlawan didepan anak muridmu)"

"Oh sekarang hanya kita berdua, awalnya Haechan takut, tapi sekarang Haechan jd lega karena bertemu dengan ibu guru"

"Baiklah ayo kita pergi ke pusat informasi, kita cari ayahmu"

"Emang ibu tau dimana tempatnya?"

"Hmmmmm ibu tidak inget tepatnya dimana si, tapi alangkah baiknya kita jalan dulu pasti ketemu tempatnya"

"Yeeeeyyy asiiik" krrrrrrrrrr perut haechan bunyiii.

"Ahh kamu lapar ya, mau makan roti?"

"Tidakkk roti hanya untuk anak kecil, haechan mau makan makanan dewasa" jawab Haechan sambil mengantongkan kedua tangannya ke saku jaket.

Kenapa tiba-tiba gini ya, anak-anak jadi suka bertingkah sok dewasa, apa mereka sudah mengkomsumsi drama sejak dini, ada ada aja tingkah lakunya hadeehhhh.

"Ibuu.. sini.. haechan tau foodcourt terdekat, ayok ikut haechan"

"Kamu tau seluruh tempat ini ya kayaknya, apa kamu lagi pura-pura tersesat biar ibu traktir makan kamu ha???" ucap arin sambil tertawa gemas

"Hehehehe… abis ini bantu Haechan cari ayah ya???"

"Iya" jawab Arin sembari mengacak rambut Haechan gumush.

Disaat seperti ini, haechan malah ingin memakan ramen, yang akhirnya membuat dia kepedasan dan menghabisakn 2 kotak susu, memang sangat menggemaskan dan lucu sekali, tapi... itukan stock makanan Arin untuk bermalas-malasan weekend ini. (Arin pun menangis dalam senyumnya)

"Jadi apa rencanamu Haechan yang sudah dewasa?"

"Haechan tidak akan pergi ke pusat informasi, karena Haechan sudah dewasa, haecahan akan mencari ayah, dan karena ibu guru ada disini membantu Haechan, Haechan tidak akan takut lagi!!!"

(Se enak jidat ni bocah kalo ngomong ..TT uhuhu)

Selama perjalanan, Haechan memimpin dengan ala orang dewasa, bisa dibayangkan pusat perbelanjaan ini, seperti hutan amazon dan mereka sedang bepetualang, hingga akhirnya, mereka menemukan sesosok pria yang Haechan cari, tengah menikmati tidur siangnya di kursi pijat -__-

"Ayah.. ayah bangun…ayah.. kenpaa ayah tidak mencari Haechan? Kenapa ayah malah malas-malasan disini"

"Ahh Haechan, ini waktu yang tepat, kamu tau kenapa ayah tidak mencarimu kan? karena ayah tau kamu yang akan menemukan ayah... hahahahahah" ketawa bapak-bapak tanpa dosa

"Tapi kenapa ayah tetap tidak mencari Haechan?? Ini sangat tidak adil! Haechan takut Haechan tadi tersesat… untung Haechan bertemu ibu guru, dan menyelamatkan Haechan" (kenyataan yang terbalik- arinlah yang terselamatkan)

"Dengar Haechan… kita sudah melakukan hal ini sebanyak 7 kali setiap kita berbelanja disini, tidakkah Haechan ingat?? hmmmm(wajah ayah haechan yang gemas) oh jadi ini ibu guru Haechan yaaa?" akhirnya sang bapak sadar akan kehadiran Arin ditengah pertikaian antara bapak dan anak

"Ah... iya pak... saya Arin, ibu guru Haechan"

"Terimakasih ya bu, sudah mengembalikan Haechan ke jalan yang benar, dan menemukan saya, oiya.. jangan panggil saya pak.. panggil saja 'ayah' ehemmm… ayah Dhonny (sambil menggaruk tengkuk) karena ibu adalah ibuguru Haechan di sekolah yang artinya memiliki peran orang tua wali yang sama seperti orang tua di rumah, ibu juga mengganggap Haechan sebagai anak, jadi saya juga akan menganggap ibu sebagai … ibu Haechan.. aka istri saya.. jadi jangan sungkan-sungkan kalo minta uang bulanan, eh maksud saya kalo butuh bantuan"  nyerocos tanpa merasa berdosa

gaya bercanda yang garing tapi bikin Arin merinding, mana masih muda dan ganteng ini bapaknya Haechan, hadehhh Arin.. jangan jadi pelakor, ini keluarga ga anak ga bapak sama aja bikin gak waras.

"Hehehehe ahh … ayah bisa aja ..eh .. bapak Dhonny maksudnya (begoo... Tuhkan kebawa... Hadeeh)"

"Ayah! jangan seperti itu pada ibu Arin!"

"Aahhh maaf ya, saya memang becandanya suka ngawur gini"

"Oiya.. ini kalian hanya berdua ya, dimana mama Haechan" Tanya Arin kepo sekedar basa-basi.

"Iya ini hanya kami berdua, mama Haechan… sudah..." raut muka berubah jadi sedih

"Ahh maaf (liat ke wajah pak Dhonny) … maaf Haechan (mengelus lembut pundak Haechan) ibu tidak tahu kalo Haechan sudah tidak punya mama"

"Ahhh.. mama Haechan masih ada kok, tapi lagi liburan udah ada 2 minggu dan dia membawa Blackcard ayah"

(Ohhhh pantes  si pak Dhonny langsung sedih.. orang baper sama blackardnya)

"Baik kalau begitu, saya duluan ya pak.. Haechan.. jangan ilang lagi ya, sampai jumpa.." menggosok rambut haechan sambil memberi salam kepada ayah Haechan.

"Ibu guru.. tunggu"

Haechan berlari kea rah Arin, segera Arin dengan posisi duduk menyamai tinggi Haechan untuk mendengar salam dari Haechan.

"Arin Nuna..(kok jd noona gini ya) ini adalah kencan pertama kita, terimakasih untuk ramyeonnya"

Haechan memberikan sesuatu digenggaman tangan Arin, dan mencium singkat pipi Arin, lalu kembali berlari pada ayahnya, Arin bingung dan kaget masih dengan posisi duduk dan mematung perlahan dia berjalan keluar Mega Mall dengan bingung bertanya-tanya

"Kenapa… kenapa bisa seperti ini, anak anak kelas itu .. sebenarnya mereka kenapa?.. inikan …(melihat benda yang ada di genggaman) permen yang tadinya aku berikan…ahahahahah (tertawa seperti orang gila) ada apa dengan anak- anak ini … ahahahah…. Ahahahaaaa....."

Arin tertawa gila…  karena weekend yang dia nanti untuk berleha-leha tidak sesuai ekspektasi.

Arin terus tertawa sampai ke kosan tempat dia tinggal, ia terus tertawa gila lagi lagi dan lagi, bahkan dia tidak fokus melihat drama yang selalu dia nanti …

kapan kegilaan ini akan berakhir? TT

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻