Di depan pintu gerbang sekolah, Vania sedang berdiri menunggu jemputan dari supir pribadinya. Gadis cantik itu memasang wajah datar dan menundukkan kepalanya tidak semangat. Ia bosan dan ingin melakukan sesuatu agar mood nya kembali baik, juga tidak ingin terus menerus memikirkan rasa kesalnya pada Raka.
Vania sudah cukup lama menunggu, namun jemputan nya tidak kunjung datang. Gadis itu menggigit bibir bawahnya menahan kesal, dan memang tidak bisa di pungkiri juga bahwa Vania sangat ingin marah dan melampiaskan kekesalannya pada siapapun yang nantinya akan ia temui. Wajar saja, karena ini adalah kali pertamanya Vania merasa seperti itu.
Sebelumnya Vania sama sekali tidak pernah mengenal teman laki-laki sedekat dirinya dengan Raka, selama di sekolahnya yang dulu ia hanya memiliki satu orang teman dan itu pun juga seorang perempuan. Vania cukup introvert sebenarnya, dan gadis itu mencoba mengubah pola pikirnya ketika ia dan sang ayah pindah ke Jakarta.
"Kenapa masih di sini?"