"Hyori-ya!"
Gadis yang sedang berjalan sambil menenteng tasnya itu menoleh ke asal suara. Mendapati sesosok laki-laki yang sedang berlari ke arahnya dari arah gerbang depan kampus.
"Kau ada kelas hari ini?" tanya lelaki itu setelah tepat berdiri di samping Hyori.
"Ah, bukan. Aku datang untuk bimbingan skripsi."
"Eo, kupikir kau ada mata kuliah apa hingga datang ke kampus pagi-pagi sekali pada hari sabtu."
Hyori terkekeh pelan. Jam tangannya menunjuk pukul tujuh. Memang masih sangat pagi untuk melakukan kegiatan semacam pergi ke kampus atau sebagainya.
"Jika bukan karena dosen pembimbingku yang meminta, aku tidak akan rela ke kampus pagi-pagi sekali. Kau juga kenapa ada di sini? Seingatku kau sudah di wisuda setahun lalu."
Sebenarnya, dengan melihat barang yang menggantung di leher pemuda itu, sudah cukup membuat Hyori bisa menebak apa yang pemuda itu lakukan.
"Ada urusan sedikit dengan Jungkook." Pemuda itu mengangkat kameranya. Memberi kode pada Hyori tentang urusan yang ia bilang.
Hyori mengangguk sekilas. Tanda bahwa dia mengerti.
Hening sesaat. Hanya ada suara ketukan sepatu mereka yang teratur.
Entah bagaimana, Hyori merasa jika pagi itu angin menjadi lebih dingin dari biasanya. Membuat bulu kuduknya berdiri setiap kali angin itu membelai rambutnya, menyusup ke sela-sela helainya dan mengenai leher. Sudut matanya terasa lebih basah. Hyori menggigit bibir bagian dalamnya diam-diam. Tidak ingin menebak masa depan. Meski kini perasaannya diliputi kekalutan.
"Aku tidak menyangka jika kau akan lulus sebentar lagi. Kupikir masih tahun depan." Suara lelaki di sampingnya memecah keheningan. Mengembalikan atensi Hyori akan masa kini.
"Aku harus cepat, Tae. Profesor tidak akan suka jika aku terlambat." Hyori mempercepat langkahnya.
Lelaki itu adalah Taehyung. Sahabat Hyori sejak masih duduk di taman kanak-kanak. Taehyung dua tahun lebih tua dibanding Hyori. Membuat Taehyung jadi masuk sekolah lebih awal dan lulus lebih cepat. Jadi mereka tidak pernah berada di satu kelas yang sama. Sebuah hal yang sangat tidak disukai oleh Hyori.
Hyori tidak pandai bergaul. Dia sosok gadis pemalu yang tidak akan berbicara banyak kepada orang yang belum benar-benar akrab dengannya. Sedangkan Taehyung yang cepat akrab dengan orang lain merupakan kebalikan dari sifat Hyori selama ini. Hal itulah yang membuat Hyori nyaman bersahabat dengan Taehyung. Walaupun dengan konsekuensi harus menerima untuk diabaikan jika Taehyung ada urusan dengan temannya yang lain. Secara, seluruh warga kampus mengenalnya.
Namun sebenarnya pengabaian itu tidak terlalu sering terjadi. Taehyung akan memproritaskan Hyori dan sahabat-sahabat mereka yang lain jika tidak ada urusan yang benar-benar mendesak.
"Baiklah, Aku tahu jika calon dokter sepertimu pasti sibuk sekali."
"Hey, jangan bilang aku calon dokter! Aku ini hanya jurusan biologi!" Hyori menatap tajam Taehyung yang kini tertawa jahil di sebelahnya.
"Kita bertemu lagi nanti setelah bimbinganmu selesai. Sampai jumpa lagi, Sayang." Taehyung berlalu.
Hyori melanjutkan jalannya dengan gerutuan tidak jelas di bibirnya dan pipinya yang memerah.
***
Suara penghangat ruangan berdesing rendah. Berusaha menghalau agar hawa dingin dari luar cafe tidak masuk ke dalam.
Pagi ini, cafe masih lumayan sepi. Padahal biasanya jika di hari libur, cafe ini akan sangat ramai akan pengunjung.
Cafe yang terletak tak jauh dari kampus ini memang selalu menjadi pilihan utama bagi para mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas, menunggu kelas, atau sekedar berbincang ringan dengan teman sesama mahasiswa lainnya. Dengan interiornya yang minim dan didominasi kayu, cafe ini memberikan kesan hangat pada pengunjung. Ditambah pemilihan pencahayaan yang senada dengan interior di dalam cafe ini menambah kesan untuk lebih berlama-lama lagi meminum kopi atau coklat panas di dalam cafe.
Hyori tidak terlalu sering pergi ke sini. Dia hanya akan mampir jika teman-temannya menraktir. Bukannya pelit, Hyori hanya menghemat. Dia hanya mahasiswi biasa yang tinggal sendirian di kota besar. Membuatnya harus pintar-pintar menghemat uang jajan jika masih ingin bertahan hidup.
Hyori mengaduk ice americano yang kini bertengger manis di atas meja. Menunggu Taehyung yang saat ini duduk di hadapannya sambil menyesap coklat panas.
"Jadi, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu."
Hyori menegakkan punggungnya. Bersiap mendengarkan.
"Aku dan Jungkook ada kontes photography bulan depan jadi kami akan pergi mencari objek terbaik untuk diikut sertakan dalam kontes itu."
"Objek macam apa?"
Taehyung mengendikkan bahu.
"Tidak tahu. Tapi minggu depan kami akan pergi mendaki. Mungkin di sana kami akan menemukan sesuatu yang bagus."
Hyori hanya mengangguk. Dia tidak tahu harus merespon bagaimana. Dia sedikit khawatir akan banyak hal. Tapi rasanya sangat tidak sopan menunjukkan kekhawatiran berlebihan setelah melihat binar penuh semangat dalam mata setajam elang milik Taehyung.
"Kau mau ikut?"
Kepala gadis itu yang semula menunduk menatap mulut gelas americano seketika menegak. Matanya membola sepersekian detik.
"A -- E -- I -- Iy -- Apa?"
Entah datang dari mana keterkejutannya. Membuatnya tergagap cukup panjang. Bukannya Hyori menanti untuk diajak pergi. Dia hanya terkejut saja mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir pemuda di hadapannya.
"Kau mau ikut denganku dan Jungkook mendaki minggu depan? Tidak hanya dengan kami berdua, sih. Aku juga mengajak Jimin."
Satu lagi teman mereka yang telah diwisuda pada hari yang sama dengan Taehyung.
"Eo, Jimin setuju?"
Taehyung mengangguk. "Jimin bilang jika dia akan mengajak Yoongi hyung untuk ikut serta. Padahal dia pasti tahu jika Yoongi hyung sangat tidak suka dengan kegiatan seperti ini. Lagipula, kita, kan, ingin mencari objek foto untuk kontes, bukan ingin piknik bersama."
Hyori tertawa.
"Yoongi oppa itu malas sekali terpapar sinar matahari. Dan Jimin oppa semangat sekali menjahilinya."
"Yah, kepribadian bertolak belakang seperti itu memang selalu cocok."
Hyori tertawa semakin keras.
"Tapi kau mau ikut, kan?" Taehyung bertanya sekali lagi. Memastikan jika Hyori bersedia ikut pergi mendaki dengan mereka.
Hyori mengangguk semangat. "Hm, aku ikut. Pasti seru sekali pergi mendaki beramai-ramai."
"Kita mencari objek foto untuk kontes, Hyori. Bukan ingin pergi piknik."
"Ya, ya, ya. Kiti minciri ibjik fiti intik kintis, bikin ingin pirgi piknik. Kau sudah mengatakannya berkali-kali."
Taehyung menatap Hyori. Hendak mengajukan protes.
"Aku hanya mengatakannya dua kali."
"Benarkah? Ingatanmu kuat sekali, Taehyung oppa~" Hyori menatap Taehyung dengan tatapan kagum yang dilebih-lebihkan.
"Yaa, Hyori!"
Hyori tertawa sangat keras hingga matanya terasa sangat berair.
"Taehyung oppa~" Suaranya terdengar manja. Sengaja. Untuk menggoda.
"Sangat aneh mendengar orang yang sangat jahil mengatakan bahwa Jimin jahil."
Taehyung berusaha menyindir Hyori disertai smirk andalannya. Tapi bukannya tersindir, justru tawa Hyori semakin pecah.
"Taehyung oppa~" Hyori memangku kepalanya di atas meja sambil berusaha menahan tawanya.
"Haish, benar-benar!"
Hyori tertawa.
Taehyung memalingkan wajahnya kesamping. Menggerutu, namun telinganya memerah hingga ujung.