Disinilah mereka berempat berada sekarang. Di dalam mobil Mercendes-benz CLS-Class berwarna cavansite blue milik sang supir, Jimin. Taehyung yang duduk di bangku belakang, bersebelahan dengan partner photographinya, Jungkook. Sedangkan Hyori duduk di bangku depan, bersebelahan dengan Jimin.
Tidak. Mereka tidak pergi berempat saja. Mobil Mercendes-benz E-Class E 300 Coupe AMG Line warna grey milik Yoongi mengekori mereka dari belakang. Di dalamnya ada empat orang. Yoongi yang sedang menyetir dan Seokjin yang duduk di sampingnya. Di bangku belakang ada Namjoon dan Hoseok yang entah sedang apa.
"Aku tidak menyangka jika kita sampai pergi berdelapan hanya untuk mengantar dua orang pergi mendaki."
Taehyung yang semula sedang membersihkan lensa kameranya, menghentikan kegiatannya dan menatap tajam kearah kemudi.
"Aku hanya mengajakmu dan Hyori. Kau yang mengajak para hyung untuk ikut!"
"Yak! Aku tidak mengajak mereka semua. Aku hanya mengajak Yoongi hyung!"
"Tapi kau menghubunginya melalui grup chat."
"Tidak! Aku datang langsung ke rumahnya."
"Tapi kau menanyakan persetujuannya melalui...."
"BISAKAH KALIAN BERDUA DIAM!!!"
Kedua lelaki itu seketika menutup mulut setelah mendengar teriakan Hyori. Hyori yang melihat hal itu menghela napas lelah.
"Bukankah seperti ini jadi lebih seru, hyung? Kita, kan, sangat jarang bisa berkumpul bersama dengan formasi lengkap." Setelah sekian lama, Jungkook akhirnya bersuara.
Hening sesaat.
Sebenarnya, Hyori tidak masalah mendengar pertengkaran dua orang yang sangat sering terjadi ini. Di antara yang lain, Jimin dan Taehyung adalah yang paling sering bertemu. Bahkan setelah mereka wisuda. Jadi, Hyori sudah sangat sering mendengar pertikaian kecil seperti tadi. Bukan karena Hyori yang ikut berkumpul dengan mereka. Hanya saja, Jimin hampir setiap minggu datang ke rumah Taehyung. Membuat Hyori hampir setiap minggu bertemu dengannya.
Tidak, tidak. Hyori dan Taehyung tidak tinggal bersama. Mereka tidak cukup gila untuk melakukan hal itu. Terlebih status diantara mereka yang "hanya teman".
Eomma Taehyung memiliki tempat kost tepat di samping rumahnya. Hyori tinggal di sana. Dan setelah beberapa bulan, Taehyung meminta eommanya untuk mengijinkan Hyori menempati salah satu kamar kosong di dalam rumah mereka. Akhirnya setelah beberapa pertimbangan, eomma Taehyung memperbolehkan Hyori menempati salah satu kamar di lantai dua dengan syarat bahwa Hyori hanya menempati kamar itu tanpa meminta hal lebih. Namun setelah beberapa minggu Hyori tinggal di sana, eomma mengijinkan Hyori untuk ikut makan bersama, menonton televisi di sana, dan memakan atau meminum apapun hal di dalam kulkas. Hyori merasa seperti menjadi adik perempuan Taehyung di sana.
"Kau tidak apa-apa, Hyori? Sepertinya mood-mu sedang tidak baik hari ini."
Jimin melirik ke arah Hyori.
Hyori menggeleng sekilas. "Tidak apa-apa, oppa. Aku hanya sedikit pusing."
Raut wajah Jimin berubah menjadi khawatir. Berbeda dengan Taehyung yang hanya melirik sekilas. Terlalu hapal dengan gerak-gerik Hyori. Bagi Taehyung, raut wajah Hyori tidak seperti sedang sakit, tapi lebih seperti pusing karena terlalu banyak memikirkan sesuatu.
"Kau sakit? Kita bisa putar arah jika kau sedang tidak sehat."
Taehyung menoleh, hendak mengajukan protesnya sekali lagi.
"Ah, tidak oppa. Bukan seperti itu. Aku hanya terlalu banyak berpikir."
Taehyung tersenyum bangga karena tebakannya benar.
Jimin menoleh sekilas, lalu kembali fokus menyetir. Dari wajahnya tampak kekhawatiran dan penasaran yang bercampur jadi satu.
"Aku hanya tidak menyangka kita pergi dengan tiga mobil mewah."
"Kita hanya pergi dengan dua mobil," ralat Jimin.
"Dua mobil dan satu mobil untuk membawa barang-barang kita," kini Jungkook yang meralat.
"Aku tidak menyangka jika kau menghitungnya, Kookie."
"Aku menghitungnya karena mobilnya terlalu mewah untuk digunakan hanya sebagai pengangkut barang bawaan."
"Apanya yang mewah? Itu hanya Porsche Panamera hitam."
"Jimin oppa," panggil Hyori.
Jimin hanya menjawab dengan gumaman ringan.
"Ucapanmu seakan menghinaku. Lalu menginjak-injakku ke dalam jurang terdalam di bumi."
Jimin tampak terkejut. "Maaf jika kau tersinggung, Hyori-ya."
Hyori mengerang frustasi. "Ouh, harganya bahkan jauh lebih mahal dari mobil yang aku naiki ini." Suaranya terdengar sangat menyedihkan.
"Bahkan aku yang anak orang kaya saja merasa jika mobil itu terlalu mahal jika hanya digunakan untuk mengangkut barang bawaan kita yang terasa begitu hina." Jungkook memejamkan matanya.
Taehyung membuka suara, "Tapi sungguh, aku merasa jika Seokjin hyung sedikit berlebihan. Bagaimana bisa dia dengan santainya meminjamkan kita mobil semahal itu hanya untuk barang bawaan?"
"Mobil yang kita kendarai saja sudah terasa sedikit berlebihan bagiku."
Jungkook membuka matanya lagi. Menegakkan punggung dan melebarkan matanya.
"Yoongi hyung bahkan aneh sekali. Dia biasanya tidak suka dengan kegiatan yang membuatnya terpapar matahari. Tapi dia justru ikut serta. Bahkan dia meminjamkan salah satu mobilnya."
"Mengajak Yoongi hyung tidak semudah itu."
Kini, Hyori dan Taehyung ikut menegakkan punggung. Tampak sangat tertarik dengan pembicaraan.
***
"Hai, hyung."
Jimin membuka pintu studio Yoongi tanpa permisi. Jangan bilang Jimin tidak sopan. Diantara yang lainnya, Jiminlah yang paling sopan. Yoongi sendirilah yang selalu mengatakan jika Jimin tidak apa-apa masuk ke studionya tanpa mengetuk lebih dulu.
Yoongi ada di sana. Duduk di depan komputer dengan tangannya yang menggenggam bulpoin hitam.
"Hyung sedang apa?" Jimin mengintip melalui celah leher Yoongi.
Lelaki itu sedang menulis sesuatu di buku catatannya.
"Menulis lirik, hyung?"
"Yeah, ada dua lagu yang harus aku selesaikan bulan ini."
Jimin menghela napas. Beranjak untuk duduk di sofa biru di pojok kiri studio. Mendongak. Memejamkan mata. Menghela napas berulang kali. Bergerak dengan gelisah. Beberapa kali bibirnya mengerang tak jelas. Ketara sekali jika dia ingin sesuatu.
"Katakan, apa yang kau mau?"
Yoongi memutar kursinya menghadap Jimin tanpa berniat beranjak dari sana.
"Kau memang orang yang paling peka sedunia, hyung." Jimin menegakkan punggungnya dengan terburu-buru.
"Jadi, hyung, Taehyungie dan Jungkookie akan ikut kontes photography. Kata Taehyung, mereka akan pergi mendaki minggu ini. Entah hari apa, aku lupa tanya. Kau mau ikut, ya, hyung? Ya, ya, ya," ucap Jimin memohon.
Yoongi tertawa sekilas. Merasa geli dengan aegyo Jimin yang keluar tanpa Jimin sadari.
"Akan kupikirkan. Pekerjaanku masih sangat banyak." Yoongi kembali memfokuskan atensinya pada lirik lagu yang masih selesai separuh itu.
"Hanya tiga hari, hyung."
"Nanti aku akan mengabarimu lagi, Jim. Akan kususun ulang jadwalku." Yoongi menoleh, tersenyum tipis. Lalu kembali fokus pada buku catatannya.
"Kutunggu, hyung!"
Jimin beranjak dari sana. Dia menepuk bahu Yoongi pelan sebelum akhirnya memasukkan password, membuka pintu putih studio Yoongi.
***
Delapan Manusia (1)
슈가
Aku ikut.