Chereads / Saigo no messeji / Chapter 10 - Chapter 10—KESEDIHAN YANG MENDALAM

Chapter 10 - Chapter 10—KESEDIHAN YANG MENDALAM

Malam harinya, Jiro masih memandangi ponselnya. "Ayolah..balas pesanku! Kau

kemana!?" Ujar Jiro dalam hati sambil memegang erat ponselnya. Rasanya ingin sekali

membanting ponsel itu. Jiro pun akhirnya terlelap tidur karena kelelahan. Keesokan harinya, Rose

menemui Ryu untuk mengajaknya berbicara. "Ada apa? Kok mukanya sedih gitu" Tanya Ryu

khawatir. "Kau tahu? Kita terkena masalah sekarang!" Balas Rose. Air matanya mulai menetes.

Ryu pun semakin khawatir "Tunggu! Sebenarnya ada apa? Ceritakan padaku". "Kemarin, aku

bertengkar dengan Shotaro. Saat dia tahu, kalau kita akan merayakan ulang tahun Jiro, dia sangat

marah. Dia bilang seharusnya kita mencari informasi tentang Sora dengan ibunya. Bukan senang-

senang seperti ini!"

Shotaro pun terdiam sejenak dan membiarkan Rose selesai bicara. "Aku tahu kita sama-

sama khawatir. Tapi, bukan berarti aku tidak peduli dengannya! Aku ingin melakukan hal yang

lain yang membuatku kembali bahagia. Kalau aku memikirkan ini terus, aku..aku…akan aku akan

semakin sedih!!" Ujar Rose sambil menangis keras. Ryu pun berusaha menenangkan Rose.

"Sudah..sudah jangan menangis…". "Aku tidak bisa berhenti..aku tidak bisa berhenti

memikirkannya!! Aku ingin melakukan hal lain. Apakah itu salah!?" Tangisannya semakin keras.

Ryu tidak bisa berkata apa-apa.

"Mungkin apa yang dikatakan Shotaro benar. Aku memang licik. Sangat licik. Aku

melupakan sahabat sendiri demi melakukan hal lain. Aku licik ya kan!?". "Rose sudahlah..jangan

seperti ini!" Teriak Ryu berusaha menenangkannya. "Mungkin selama ini aku tidak sadar. Sora

sudah menganggapku sebagai sahabatnya selama ini. Dan aku yang tidak pernah menganggap Sora

sebagai sahabat. Ternyata aku jahat sekali!" Teriak Rose. "Jangan bilang begitu! Kau tetap

sahabatnya Sora!!" Teriak Ryu keras.

Tiba-tiba ponsel Ryu berdering."Ini Jiro..halo?". "Halo? Ryu kau dimana? Aku sudah tahu

lokasi rumah sakit tempat Ibu Sora dirawat. Lokasinya sudah kukirim. Cepat kesana, aku dan

Shotaro sedang dalam perjalanan". "Baik! Kami akan kesana sekarang!". Jiro pun menutup

telfonnya. "Rose! Jiro sudah tahu dimana rumah sakit tempat Ibu Sora dirawat. Ayo kesana

sekarang!" Ujar Ryu. Rose pun menghapus air matanya dan mereka berdua segera pergi ke rumah

sakit. Sesampainya disana, sudah ada Jiro dan Shotaro yang telah sampai duluan. Dan lebih

terkejutnya mereka, disana juga ada Akira dan Kyoto. Kyoto penuh emosi langsung menarik kerah

baju Jiro. "Aku sudah menjauh dari Sora dan merelakan hubungan kalian berdua. Tapi apa jadinya?

Sekarang Sora menjadi seperti ini!!" Bentak Kyoto. Mereka pun kaget. Jiro pun melepas

cengkraman tangan Kyoto yang menarik kerah bajunya. "Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya

terjadi!?". "Apa!? Kau tidak tahu?" Kyoto pun mulai melemas dan menghajar tembok di

sampingnya. "Cowok macam apa kau ini!! Keadaan Sora sampai seperti ini kau tidak tahu!?"

"Sudah cukup Kyoto!! Aku yang melakukan ini. Ini bukan salah mereka!" Teriak Akira

keras. Rose mulai menatap Akira dengan serius "Apa yang terjadi!?". Tubuh Akira seketika

bergetar dia tidak sanggup menceritakan apa yang terjadi. Melihat Akira, Kyoto pun kembali

bicara "Sora meninggal". Mereka berempat langsung shock. Jiro pun langsung terduduk "Apa?

Gak mungkin!!". Air mata Rose mulai berlinang "Ini gak mungkin! Kau pasti bohong kan! Jawab

akuu dimana Sora!?". Sementara itu, Shotaro mulai kehilangan kendali dirinya "Ini gak mungkin!

Jadi selama ini, Sora berbohong padaku!". "Berbohong? Berbohong apa?" Tanya Jiro serius. "Sora

pernah bilang padaku, kalau dia mengidap suatu penyakit. Tapi, dia bilang padaku untuk tidak

memikirkannya. Walaupun dia berkata begitu, aku tetap saja khawatir padanya. Beberapa hari

setelahnya sampai sekarang, aku melihat dia selalu ceria dan tersenyum. Lalu, aku mulai percaya

padanya untuk tidak memikirkannya dan melihat dia yang selalu ceria sampai sekarang aku

berpikir bahwa Sora telah sembuh dari penyakitnya. Tapi ternyata…" Shotaro tidak mampu

melanjutkan kalimatnya lagi. "Sudah Cukup!! Tidak ada yang tidak mungkin. Sora memang sudah

meninggal!" Ujar Akira sambil menahan tangisannya.

Mereka pun terdiam seketika. "Aku ini sahabatmu! Kenapa kamu menyembunyikannya

dariku!" Teriak Rose keras. "Dia bilang pada kami kalau ibunya yang sakit" Kata Ryu

melanjutkan. "Ini salahku. Sora yang melarangku untuk memberitahu kalian" Ujar Akira.

"Kenapa? Kenapa kau meninggalkan kami secepat ini!?" Shotaro menangis keras. Jiro masih

terdiam, dirinya masih shock dan tidak bisa berkata apa-apa. Akira pun menghela nafas dan

menceritakan semuanya "Sebenarnya Sora mengidap kanker paru-paru. Ketika festival kembang

api, Sora memberitahu kalian kalau ia mendapat telfon dari tetangganya bahwa sakit ibunya

kambuh. Itu semua tidak benar! Sora bukan mendapat telfon dari tetangganya, tapi telfon dari

rumah sakit. Besoknya, dia menjalani operasi. Setelah operasinya selesai, Sora..Sora koma selama

seminggu lebih. Dan hari ini, pukul enam pagi, Sora dinyatakan meninggal oleh dokter".

Jiro pun masih terduduk mendengarnya. Ia tidak mampu berdiri, badannya bergetar. Begitu

juga dengan lainnya. Setelah itu, Akira mengantar mereka ke kamar jenazah. Badan Jiro semakin

bergetar, ia semakin lemas, Ryu pun membantunya berjalan. Rose membuka pintu kamar jenazah

dengan tangan gemetaran, ia masih tidak percaya dan berharap kalau itu bukan Sora. Sementara

itu, Shotaro memberanikan diri melihat papan nama yang berada di ranjang.

RIP

Sora Masumi

13 Agustus 2020

"13 Agustus, hari ulang tahunku. Dia meninggal di hari ulang tahunku" Kata Jiro sambil

terisak. Akira pun menyerahkan sesuatu kepada Jiro yang dititipkan Sora "Ini dari Sora, dia

menitipkan ini padaku sebelum dia meninggal" Ujar Akira. Tangan Jiro gemetar, tiba-tiba ia

terjatuh. Shotaro dan Ryu segera menangkapnya. "Jiro bangun..ayo bangun..jangan seperti ini.

Kita harus bisa merelakan kepergiannya. Sora sudah tenang di sana. Kalau dia melihatmu seperti

ini, dia akan sangat sedih..ayo bangun.." Ujar Rose sambil menahan tangisannya. Tak beberapa lama kemudian, Akhirnya dengan berat hati mereka memutuskan untuk meninggalkan kamar jenazah.