Malam harinya, Jiro masih memandangi ponselnya. "Ayolah..balas pesanku! Kau
kemana!?" Ujar Jiro dalam hati sambil memegang erat ponselnya. Rasanya ingin sekali
membanting ponsel itu. Jiro pun akhirnya terlelap tidur karena kelelahan. Keesokan harinya, Rose
menemui Ryu untuk mengajaknya berbicara. "Ada apa? Kok mukanya sedih gitu" Tanya Ryu
khawatir. "Kau tahu? Kita terkena masalah sekarang!" Balas Rose. Air matanya mulai menetes.
Ryu pun semakin khawatir "Tunggu! Sebenarnya ada apa? Ceritakan padaku". "Kemarin, aku
bertengkar dengan Shotaro. Saat dia tahu, kalau kita akan merayakan ulang tahun Jiro, dia sangat
marah. Dia bilang seharusnya kita mencari informasi tentang Sora dengan ibunya. Bukan senang-
senang seperti ini!"
Shotaro pun terdiam sejenak dan membiarkan Rose selesai bicara. "Aku tahu kita sama-
sama khawatir. Tapi, bukan berarti aku tidak peduli dengannya! Aku ingin melakukan hal yang
lain yang membuatku kembali bahagia. Kalau aku memikirkan ini terus, aku..aku…akan aku akan
semakin sedih!!" Ujar Rose sambil menangis keras. Ryu pun berusaha menenangkan Rose.
"Sudah..sudah jangan menangis…". "Aku tidak bisa berhenti..aku tidak bisa berhenti
memikirkannya!! Aku ingin melakukan hal lain. Apakah itu salah!?" Tangisannya semakin keras.
Ryu tidak bisa berkata apa-apa.
"Mungkin apa yang dikatakan Shotaro benar. Aku memang licik. Sangat licik. Aku
melupakan sahabat sendiri demi melakukan hal lain. Aku licik ya kan!?". "Rose sudahlah..jangan
seperti ini!" Teriak Ryu berusaha menenangkannya. "Mungkin selama ini aku tidak sadar. Sora
sudah menganggapku sebagai sahabatnya selama ini. Dan aku yang tidak pernah menganggap Sora
sebagai sahabat. Ternyata aku jahat sekali!" Teriak Rose. "Jangan bilang begitu! Kau tetap
sahabatnya Sora!!" Teriak Ryu keras.
Tiba-tiba ponsel Ryu berdering."Ini Jiro..halo?". "Halo? Ryu kau dimana? Aku sudah tahu
lokasi rumah sakit tempat Ibu Sora dirawat. Lokasinya sudah kukirim. Cepat kesana, aku dan
Shotaro sedang dalam perjalanan". "Baik! Kami akan kesana sekarang!". Jiro pun menutup
telfonnya. "Rose! Jiro sudah tahu dimana rumah sakit tempat Ibu Sora dirawat. Ayo kesana
sekarang!" Ujar Ryu. Rose pun menghapus air matanya dan mereka berdua segera pergi ke rumah
sakit. Sesampainya disana, sudah ada Jiro dan Shotaro yang telah sampai duluan. Dan lebih
terkejutnya mereka, disana juga ada Akira dan Kyoto. Kyoto penuh emosi langsung menarik kerah
baju Jiro. "Aku sudah menjauh dari Sora dan merelakan hubungan kalian berdua. Tapi apa jadinya?
Sekarang Sora menjadi seperti ini!!" Bentak Kyoto. Mereka pun kaget. Jiro pun melepas
cengkraman tangan Kyoto yang menarik kerah bajunya. "Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya
terjadi!?". "Apa!? Kau tidak tahu?" Kyoto pun mulai melemas dan menghajar tembok di
sampingnya. "Cowok macam apa kau ini!! Keadaan Sora sampai seperti ini kau tidak tahu!?"
"Sudah cukup Kyoto!! Aku yang melakukan ini. Ini bukan salah mereka!" Teriak Akira
keras. Rose mulai menatap Akira dengan serius "Apa yang terjadi!?". Tubuh Akira seketika
bergetar dia tidak sanggup menceritakan apa yang terjadi. Melihat Akira, Kyoto pun kembali
bicara "Sora meninggal". Mereka berempat langsung shock. Jiro pun langsung terduduk "Apa?
Gak mungkin!!". Air mata Rose mulai berlinang "Ini gak mungkin! Kau pasti bohong kan! Jawab
akuu dimana Sora!?". Sementara itu, Shotaro mulai kehilangan kendali dirinya "Ini gak mungkin!
Jadi selama ini, Sora berbohong padaku!". "Berbohong? Berbohong apa?" Tanya Jiro serius. "Sora
pernah bilang padaku, kalau dia mengidap suatu penyakit. Tapi, dia bilang padaku untuk tidak
memikirkannya. Walaupun dia berkata begitu, aku tetap saja khawatir padanya. Beberapa hari
setelahnya sampai sekarang, aku melihat dia selalu ceria dan tersenyum. Lalu, aku mulai percaya
padanya untuk tidak memikirkannya dan melihat dia yang selalu ceria sampai sekarang aku
berpikir bahwa Sora telah sembuh dari penyakitnya. Tapi ternyata…" Shotaro tidak mampu
melanjutkan kalimatnya lagi. "Sudah Cukup!! Tidak ada yang tidak mungkin. Sora memang sudah
meninggal!" Ujar Akira sambil menahan tangisannya.
Mereka pun terdiam seketika. "Aku ini sahabatmu! Kenapa kamu menyembunyikannya
dariku!" Teriak Rose keras. "Dia bilang pada kami kalau ibunya yang sakit" Kata Ryu
melanjutkan. "Ini salahku. Sora yang melarangku untuk memberitahu kalian" Ujar Akira.
"Kenapa? Kenapa kau meninggalkan kami secepat ini!?" Shotaro menangis keras. Jiro masih
terdiam, dirinya masih shock dan tidak bisa berkata apa-apa. Akira pun menghela nafas dan
menceritakan semuanya "Sebenarnya Sora mengidap kanker paru-paru. Ketika festival kembang
api, Sora memberitahu kalian kalau ia mendapat telfon dari tetangganya bahwa sakit ibunya
kambuh. Itu semua tidak benar! Sora bukan mendapat telfon dari tetangganya, tapi telfon dari
rumah sakit. Besoknya, dia menjalani operasi. Setelah operasinya selesai, Sora..Sora koma selama
seminggu lebih. Dan hari ini, pukul enam pagi, Sora dinyatakan meninggal oleh dokter".
Jiro pun masih terduduk mendengarnya. Ia tidak mampu berdiri, badannya bergetar. Begitu
juga dengan lainnya. Setelah itu, Akira mengantar mereka ke kamar jenazah. Badan Jiro semakin
bergetar, ia semakin lemas, Ryu pun membantunya berjalan. Rose membuka pintu kamar jenazah
dengan tangan gemetaran, ia masih tidak percaya dan berharap kalau itu bukan Sora. Sementara
itu, Shotaro memberanikan diri melihat papan nama yang berada di ranjang.
RIP
Sora Masumi
13 Agustus 2020
"13 Agustus, hari ulang tahunku. Dia meninggal di hari ulang tahunku" Kata Jiro sambil
terisak. Akira pun menyerahkan sesuatu kepada Jiro yang dititipkan Sora "Ini dari Sora, dia
menitipkan ini padaku sebelum dia meninggal" Ujar Akira. Tangan Jiro gemetar, tiba-tiba ia
terjatuh. Shotaro dan Ryu segera menangkapnya. "Jiro bangun..ayo bangun..jangan seperti ini.
Kita harus bisa merelakan kepergiannya. Sora sudah tenang di sana. Kalau dia melihatmu seperti
ini, dia akan sangat sedih..ayo bangun.." Ujar Rose sambil menahan tangisannya. Tak beberapa lama kemudian, Akhirnya dengan berat hati mereka memutuskan untuk meninggalkan kamar jenazah.