Malam itu hujan deras angin berhembus kencang, Safia tak bisa menahan diri untuk menitikan air mata.
Saat Safia tahu dia pergi meninggalkannya, untuk melanjutkan studi S2nya di Inggris.
Sementara Safia masih duduk di bangku perkuliahan, inilah awal pertemuan Safia dan Danu.
Saat itu Safia berjalan di trotoar, sepulang sekolah sendirian tiba-tiba saja saat ia ingin menyebrang jalan.
Dari kejauhan mobil BMW melaju, dengan kecepatan yang dasyat dan tak melihat ada Safia menyebrang jalan seketika mobil itu hampir menabraknya.
Untung saja pengemudi, langsung mengerem sekuat kuat mungkin yang nyaris menabrak Safia.
"A...!!!," teriak Safia histeris, saat mobil itu ingin menabraknya.
Sementara pengemudi dengan wajah pucat pasih, karena masih shock dengan kejadian tadi.
"Untung aja gue ga nabrak tuh orang," ucapnya dalam hati.
"Wei turun loe...bisa bawa mobil ga sih loe??? Nyetir kayak orang kesurupan, loe fikir ini jalan nenek moyang loe apa!!!," ucap Safia dengan nada tinggi.
Karena kesal dengan sang pengemudi mobil, lalu lelaki dalam mobil itu pun turun seketika.
"Sorry banget, gue tadi ga liat loe nyebrang jadi gue gas full deh," pinta lelaki itu pada Safia.
"Oke kali ini, loe gue maafin tapi klo loe cari masalah lagi sama gue ga ada kata maaf!." ucap Safia tegas.
"Gimana sebagai gantinya, gue anter loe pulang ke rumah," ucap Danu memberikan tanda perdamaian dengan Safia.
"Ga usah makasih, gue udah biasa jalan kok," tolak Safia halus.
"Yahudah gue duluan yah," pamit Danu pada Safia, sembari masuk ke dalam mobil dan berlalu pergi.
Tiga tahun berlalu, Safia sudah menjadi mahasiswi tingkat 4 di Universitas Indonesia jurusan kedokteran, Safia pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas kelompoknya saat ia menelusuri rak buku tiba-tiba.
"Loe cewek yang empat tahun lalu, yang hampir gue tabrak kan," ucap Danu dari celah-celah barisan buku yang berhadapan dengan Safia.
"Emang sebelumnya kita pernah ketemu?," tanya Safia heran.
"Iyalah, emang sih kejadiannya udah lama banget tapi daya inget masih kuat kok," jawab Danu panjang lebar.
"Tapi muka loe familiar sih, baiknya kita kenalan dulu deh biar ga bingung," ucap Safia sembari menyodorkan tangan.
"Gue Danu, loe siapa?," ucap Danu singkat sambil menjabat tangan Safia.
"Gue Safia," ucap Safia kemudian.
"By the way, loe anak jurusan apa?," tanya Danu membuka pembicaraan sembari duduk di kursi perpustakaan.
"Hue jurusan kedokteran ahli kandungan," jawab Safia seraya duduk berhadapan dengan Danu.
"Oh...kalo gue jurusan kedokteran ahli gigi," ucap Danu.
"Gue duluan yah, mau ngejain tugas kelompok dari Dosen," pamit Safia sembari keluar dari perpustakaan.
Bulan demi bulan telah Safia habiskan bersama Danu, dan keduanya menjalin hubungan spesial layaknya sepasang kekasih.
Pagi itu Safia menghadiri wisuda S1 Danu di kampusnya, bersama orang tua Danu dan Danu dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik di angkatannya.
Sungguh prestasi yang membanggakan, bagi kedua orang tua Danu dan Safia pun ikut bahagia.
"Saf, aku mau ngomong penting, tapi kamu janji ga boleh sedih ataupun marah sama aku," ucap Danu seusai acara wisudanya.
"Iya ngomong aja lagi janji deh ga marah," ucap Safia sembari tertawa kecil.
"Aku dapet beasiswa S2 ke UK, dan minggu depan aku berangkat," ucap Danu panjang lebar pada Safia.
"Jadi kamu mau ninggalin aku di sini??? Aku seneng kamu dapet beasiswa, tapi hubungan kita gimana???," ucap Safia dengan mata yang berkaca-kaca tak bisa menutupi kesedihannya.
"Ini yang aku takutin, kamu ga bisa ikhlas ngelepas aku pergi...masalah komunikasi kan bisa pake skype ato bisa juga email Saf, " ucap Danu menenangkan Safia.
Seketika itu Safia berlari menjauh, meninggalkan Danu semetara Danu terdiam tanpa sepatah kata pun.
Dua tahun berselang, akhirnya Safia bisa menerima keputusan Danu untuk melanjutkan studi S2nya di Inggris.
Mereka berkomunikasi dengan skype, untuk melepaskan kerinduan satu sama lain dan juga chating lewat email semua terjalin dengan baik.
Sore senja Safia berjalan di trotoar, tempat pertama kali ia bertemu dengan Danu, ia terdiam cukup lama di situ.
"Dan, kapan kamu pulang sih...aku udah kangen banget sama kamu," ucap Safia dalam hati.
Dari kejauhan Safia melihat sosok laki-laki, tersenyum padanya dan berjalan menghampirinya.
"Itu kok kayak Danu yah...akh gue mimpi kali, masa gue baru ngomong kangen dia udah nongol," ucap Safia sembari menggaruk kepalanya.
"Saf aku juga kangen sama kamu, makanya aku pulang karena aku udah selesaiin S2 aku di sana," ucap Danu yang kini ada di hadapannya.
"Danu...ini beneran kamu! Sumpah aku kangen banget sama kamu...," ucap Safia sambil memeluk erat Danu.
Sementara Danu, hanya tersenyum.
"Saf aku ke sini, juga mau ngomong serius sama kamu," ucap Danu sembari melepas pelukan Safia.
"Mau ngomong apa emangnya?," tanya Safia heran.
"Maukah kamu menikah dengan aku?," ucap Danu mantap.
"Hah...kamu ngelamar aku...ini ga mimpi kan! Aku mau dan jadi pendamping hidup kamu," ucap Safia yang masih tak percaya, dengan ungkapan Danu yang melamarnya.
"Makasih Saf, kamu udah nerima lamaran aku...dan aku janji akan slalu mencintai kamu, dan ngejagain kamu sampai maut memisahkan kita berdua," ucap Danu panjang lebar.
Satu bulan berlalu, mereka pun menikah dan membuka lembaran hidup baru sebagai Suami dan Istri, serta menjadi seorang Ayah dan Ibu untuk anak-anak mereka.