Nino cowok kutu buku terkenal di sekolah, dengan kacamata tutup botol dan kemeja yang di masukkan ke dalam celana panjangnya, serta belahan rambut tengah dan postur tubuh yang tinggi menjulang menambah culunnya dia.
Seorang cewek berjalan di koridor sekolah, menuju kelas dua belas IPA semua mata tertuju padanya termasuk Nino, si cowok dengan kacamata tutup botolnya yang berdiri di pintu kelasnya.
"Minggir dong gue mau lewat," ucap Lita cewek yang berjalan tadi, seketika Nino menepi namun matanya tak bisa lepas dari Lita.
"Cantik banget si Lita yah," ucap Nino pelan.
"Woi No, liatin apaan loe," ucap Dina yang mengagetkannya dari belakang.
"Kamu ngagetin aku aja Na," keluh Nino pada cewek tomboi yang ada di sebelahnya.
"Sorry deh...lagian loe juga pagi buta udah bengong," ucap Dina pada Nino.
Dan keduanya pun, masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran hari ini.
Sudah sebulan Nino berusaha mendekati Lita, kapten chiliders di sekolah dan cewek itu pun menanggapinya dengan baik.
Nino sangat bahagia karena cewek yang ditaksirnya, menanggapi pendekatannya dimulai dari memberi sepucut surat dan coklat Lita balas dengan baik.
Kemudian Nino memberikannya bungam ia terima dengan tersenyum serta Nino mengajaknya jalan atau kencan, ia bisa meluangkan waktunya dengan baik.
Perasaan Nino pun seakan terbang, di atas langit dan hatinya berbunga-bunga tetapi Dina sahabatnya merasa kehilangan sosok Nino didekatnya saat jam istirahat.
"No kok akhir-akhir ini gue ngerasa sepi yah, semenjak loe mutusin mau pedekate sama Lita, ga da yang bisa gue ajak ngobrol, ketawa, becanda semuannya deh," gumam Dina dalam hati.
UN pun tiba semua siswa XII fokus belajar, serta bimbel agar dapat lulus UN, Nino pun belajar dengan giat bersama Lita gebetannya itu.
Sedangkan Dina belajar sendiri di rumahnya, empat hari lamanya semua siswa mengikuti UN dengan baik.
Nino belum berani menyatakan perasaannya, pada Lita ia perlu latihan bicara tentang perasaannya pada Lita, dan setiap hari ia lakukan demi kelancarannya saat menembak Lita.
Pengumuman kelulusan UN pun tiba, dengan diadakannya tour ke Bali betapa senangnya Nino bisa mengungkapkan cintanya di pulau dewata itu pada Lita.
Sementara Dina sedih karena artinya, semakin jauh ia dengan Nino nanti ketika Nino dan Lita jadian, ia hanya bisa pasrah dengan keadaan ini.
Malam itu angin berhembus kencang di pantai kute, Nino mengajak Lita seusai melihat surat kelulusan UN yang menyatakan ia lulus.
"No mau ngapain loe ajak gue ke sini?," tanya Lita heran.
"Gue mau ngomong sesuatu sama loe," jawab Nino singkat.
"Emang mau ngomong apaan?," tanya Lita kembali.
"Gue...sebenernya...suka...sama...loe," ucap Nino gugup.
"Apa...loe suka sama gue! Ga salah No...sorry gue ga bisa nerima loe," ucap Lita yang terkejut, dengan ungkapan Nino barusan.
"Kenapa Ta? Bukannya loe suka juga sama gue...buktinya gue ngedeketin loe terus loe respon! Apa karena gue culun," ucap Nino panjang lebar, tak bisa menerima penolakan Lita.
"Gue nerima semua pemberian loe, cuma sebagai temen ga lebih...salah satu alasan gue iya...karena loe cupu dan gue udah punya pacar, kapten tim basket sekolah Rendy namanya," ucap Lita panjang lebar pada Nino.
"Dasar pemberi harapan kosong loe...gue nyesel pernah naksir sama loe," ucap Nino ketus seraya meninggalkan Lita sendiri di Pantai.
Sementara Lita pun, pergi bersama Rendy pacarnya dengan mesra.
Dina sedih melihat Nino murung, karena cintanya ditolak sama Lita, ia pun menghampiri sahabatnya itu.
"Udah No, ga usah sedih gitu...mungkin Lita bukan yang terbaik buat loe ikhlasin aja," ucap Dina memberikan semangat pada Nino.
"Iya juga yah Na, pokoknya gue harus rubah penampilan gue, biar Lita nyesel pernah nolak cinta gue," ucal Nino mantap.
"Nah...gitu dong, itu baru sahabat gue! Ntar gue bantuin deh," sambung Dina dengan tawa yang lepas.
Setelah kejadian itu, Nino berubah seratus depalan puluh derajat saat ia memasuki perguruan tinggi, dan Dina pun bahagia dengan semua itu.
"Na loe mau ga jadi pacar gue?," tanya Nino saat di ruang senat pada Dina.
"Loe nembak gue...loe becanda kan," jawab Dina dengan raut wajah yang memerah.
"Ini serius, gue sayang sama loe dan selalu ada buat gue dan menerima gue apa adanya," ucap Nino kembali.
"Iya No, gue mau kok jadi pacar loe," jawab Dina malu-malu.
Seketika itu, Nino memeluk Dina.
"Makasih yah Na, buat semuanya," bisik Nino di telinga Dina.