Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Twenty One in Love

šŸ‡®šŸ‡©Dewi_Apriliani154
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.9k
Views
Synopsis
Karin gadis yang bekerja sebagai penjaga tiket di bioskop bertengkar hebat dengan Randy seorang pengunjung yang tak mau antri saat mengambil tiket bioskop bersama pacarnya.
VIEW MORE

Chapter 1 - TWENTY ONE IN LOVE

Karin gadis berumur dua puluh satu tahun, lahir di bulan april tanggal dua puluh satu, bekerja di twenty one sebagai penjaga tiket bioskop.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?," sapa Karin, kepada salah satu pengunjung bioskop.

"Saya pesen dua tiket dong," ucap pengunjung tersebut.

"Woy, jangan nyelang dong...antri kali, emang loe kira bioskop ini punya nenek moyang loe!!!," teriak pengunjung, yang lain di belakangnya.

"Cepetan mbak, pacar saya udah ngambek nih," ujar pengunjung itu.

"Maaf mas ga bisa, harap mas antri dulu di belakang, kasian pengunjung yang lain udah lama menunggu," ucap Karin.

"Kok rese sih, kayak yang di belakang...berapa sih, gue bayar lebih yang penting loe kasih tiketnya ke gue!," ucapnya lantang.

"Saya udah ngomong baik-baik yah mas, di tempat ini ada aturannya, jadi saya ga terima uang lebih ato sogokkan dari mas, dan kalo mas ga mau antri ke belakang silahkan pergi dari sini," ucap Karin panjang lebar.

"Baru jadi penjaga tiket bioskop aja, udah songong gimana kalo loe, yang punya bioskop nambah senga kali yah," cibir pengunjung itu.

"Eh...loe beraninya sama perempuan, cowok bukan loe!!!," teriak para pengunjung, yang ada di belakang.

"Saya ga butuh yah, orang sombong seperti anda di sini," ucap Karin.

"Yuk sayang, kita cari bioskop yang lebih mewah, dan lebih mahal dari ini," cowok itu, sembari merangkul pacarnya dan pergi dari tempat itu.

Jam istirahat, Karin makan siang dengan cumi bakar dan es teh manis, dengan wajah yang muram.

"Kenapa loe Rin? Bt amat mukanya," tanya Reva.

"Gue masih kesel, sama cowok di antrian bioskop tadi, udah nyelang orang banyak demi pacarnya yang ga jelas itu, eh...terus dia maki-maki gue seenaknya! Awas aja kalo ketemu lagi, gue bikin perhitungan sama dia," jawab Karin kesal.

"Wah...songong juga tuh orang, kayak gimana sih orangnya, penasaran gue sama bentukkannya," ucap Reva, yang ikut kesal mendengar cerita Karin.

"Udahlah, ga usah bahas orang ga penting kayak gitu, males gue bikin selera makan siang gue jadi ilang," ucap Karin, yang tak bersemangat untuk makan siang.

"Yahudah deh, kalo gitu gue suapin sini, biar selera makan loe ada lagi," ucap Reva sambil tertawa jail.

"Ih...apaan sih, emang gue bayi apa, pake di suapin segala," ucap Karin sembari sedikit tersenyum.

"Nah gitu dong...jangan ditekuk mulu mukanya, ntar yang ada pengunjung bioskopnya kabur semua lagi, gara-gara liat muka loe yang ga ngenakkin itu," ledek Reva.

"Thanks yah Va, udah bikin mood gue bagus lagi," ucap Karin sembari tersenyum pada Reva.

"Iya sama-sama, kan gue sahabat loe kali Rin jadi santai aja," ucap Reva, dan mereka pun menikmati makan siang berdua.

Karin sedang berjalan di pinggir jalan, tiba-tiba ada laborgini yang melewati genangan air, membuat Karin basah kuyup.

"Woy, kalo bawa mobil pake mata dong...turun loe!!!," teriak Karin.

Seseorang pun, turun dari mobil menghampiri Karin.

"Oh...ternyata loe lagi yah," ucap Karin.

"Kenapa? Ga terima loe basah kuyup...gue lebih dari ini, di putusin cewek gue cuma karna ga jadi nonton tadi siang, semua ini gara-gara loe tau!," ucap cowok itu.

"Itu sih derita lo,e kenapa jadi bawa-bawa gue sih, hello...emang di dunia ini yang di putusin sama ceweknya loe doang apa, banyak kali...," ucap Karin sinis.

"Liatin loe, gue bales nanti," ucap cowok itu, seraya masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan Karin sendiri.

"Bukannya, minta maaf...malah cabut gitu aja," keluh Karin, sembari memberhentikan angkutan umum lalu naik ke dalam angkot, menuju perjalanan pulang ke rumah.

Karin sedang menyuapi ibunya, yang terbaring lemah di rumah sakit.

"Bu ayo dong, makan yang banyak biar cepet pulang ke rumah," bujuk Karin.

"Ibu ga sakit kok nak, ibu mau pulang ga betah di sini, lagian duit dari mana kita nak," ucap Ibu, yang masih terlihat pucat pasi.

"Ibu ga usah pikirin, biar Karin aja yang mikirin biaya rumah sakitnya, yang terpenting adalah ibu sembuh dulu yah," ucap Karin, yang tak mau melihat ibunya khawatir.

"Yahudah nak, ibu mau istirahat udah kenyang ga mau makan lagi," Ibu pelan.

"Kalo gitu ibu istirahat, tapi ibu harus minum obat dulu biar tidurnya enak ga keganggu," ucap Karin, sembari memberikan obat dan minum untuk ibunya, kemudian ibu pun meminum obat dan pergi untuk tidur.

Karin baru saja tiba, di rumahnya yang sederhana.

"Hah...cape banget gue hari ini, di tambah ketemu cowok rese itu dua kali lagi," keluh Karin, yang terbaring di kasurnya.

"Tapi di pikir-pikir, kasian juga yah di putusin sama ceweknya gara-gara ga dapet tiket nonton," gumam Karin pelan.

"Ih...ngapain sih loe Rin, mikirin orang yang ga jelas kayak gitu mendingan tidur," ucap Karin dalam hati.

Sementara Randy bermain games online, untuk menghilangkan kegalauannya di putuskan oleh Tania.

"Kenapa sih, hari ini gue sial banget pertama, gue di putusin dan kedua, ketemu sama cewek yang super nyebelin!!!," keluh Randy, sembari menekan tombol permainan sekuat tenaga.

"Awas aja, kalo sampe ketemu dia lagi gue kerjain anis-abisan tuh orang...," sambungnya lagi, sembari fokus dengan games online yang ia mainkan.

Kemudian mereka pun beristirahat, setelah seharian penuh melakukan berbagai aktivitas di luar rumah.

Minggu siang, Karin pergi ke toko buku untuk mencari novel terbaru, dengan gendre yang ia suka.

"Hmmm...coba si Reva bisa nemenin gue, pasti lebih seru nih," keluh Karin, yang merasa bosan sendiri di toko buku.

"Nah...ini novel, yang gue cari nih," ucap seseorang di samping Karin.

"Loe lagi, kenapa sih gue sering banget ketemu, sama orang nyebelin kayak loe!!!," ucap Karin, saat menoleh ke samping.

"Gue juga males kali, ketemu sama cewek galak kayak loe...," sahut Randy sinis, sembari berlalu pergi menuju kasir.

Sementara Karin masih mencari, dan membaca sipnosis dari setiap novel yang ia ambil.

"Boleh juga, nih novel gue beli ah...," ucap Karin pelan, seraya berjalan menuju kasir.

"Nih mbak," ucap keduanya bersamaan.

"Kan, gue duluan kenapa loe nyelang...," ucap Randy.

"Kayak ga pernah nyelang aja loe, inget...kemaren pas di antrian bioskop," sindir Karin.

"Udah mbak sama masnya, jangan berantem yang akur dong...kan kalian pasangan," ucap kasir itu.

"Amit-amit deh mbak, jadi pasangan sama dia mending gue jomblo seumur hidup," ucap Karin, sembari memukul-mukul meja dan kepalannya.

"Gue juga ogah kali, jadi pacar loe ih...naudzubillah deh," sambung Randy.

"Itu buktinya, novel yang dibeli sama judul sama covernya," ucap kasir tersebut, sambil menunjuk ke arah dua buku itu.

"Itu mah cuma kebetulan aja mbak, yahudah kalo gitu, saya ganti aja yang laen deh," ucap Karin.

"Huuuu ga kreatif loe, bisanya ngikutin orang aja," cibir Randy.

"Ati-ati loh mbak sama masny,a ntar jodoh lagi," ucap kasir itu, sembari tertawa kecil.

"Jangan sampe deh mbak," ucap Randy, kemudian membayar novel seraya pergi meninggalkan toko buku itu.

Setibanya di kosan, Karin langsung membaca novel sembari rebahan di kasur.

"Kayaknya, seruan novel yang tadi gue ambil deh, cuma gue tengsin sama tuh orang, ntar kepedean lagi kalo gue beli novel yang sama," gerutu Karin pelan.

Sedangkan Randy asyik, membaca setiap halaman novel yang baru di belinya tadi.

"Wih...seru abis nih novel, bikin ngakak bacanya," gumam Randy.

Tiba-tiba, Jerry muncul di hadapannya.

"Bro, gue mau ngomong serius nih sama loe," ucap Jerry.

"Ngomong aja lagi, gue siap dengerin...," ucap Randy.

"Loe kan baru putus tuh sama Tania, gimana kalo gue kenalin sama temen gue orang cantik, baik asyik lagi," ucap Jerry panjang lebar.

"Boleh tuh...kapan loe mau kenalin ke gue?," tanya Randy penasaran.

"Gimana, kalo besok pas jam makan siang," usul Jerry.

"Oke gue bisa kok, janjian di mana?," tanya Randy lagi.

"Di twenty one," jawab Jerry.

"Sip dah, loe atur aja ketemuan gue sama dia," ucap Randy bersemangat.

"Nah...gitu dong bro, jangan galau mulu mikirin mantan, masih banyak cewek yang lebih baik dari dia," sambung Jerry, sembari menepuk bahu sahabatnya itu.

Karin sedang berjaga di pintu bioskop, menyapa setiap pengunjung yang masuk ke dalam studio.

"Silahkan masuk, semoga terhibur," sapa Karin.

"Rin ada yang nyari tuh," ucap Reva, yang sedang jaga tiket.

"Siapa?," tanya Karin.

"Pokoknya cowok keren deh," jawab Reva.

Lalu Karin pun, menghampiri cowok itu.

"Eh...loe Jer, kirain siapa," ucap Karin.

"Iya Rin, ini gue Jerry gue ada perlu sama loe," ucap Jerry.

"Ada perlu apaan Jer?," tanya Karin.

"Temen gue, mau kenalan sama loe," jawab Jerry.

"Oh...terus mana orangnya?," tanya Karin lagi.

"Ada, di pintu bioskop sebelah sono tuh, dia mau sekalian ngajakin loe nonton," ucap Jerry, sembari menunjuk ke arah temannya berada.

"Kan loe tau, gue lagi kerja Jer," Karin.

"Udah, biar gue yang bilang sama bos Rin," ucap Reva.

"Please, mau yah...kasian temen gue tuh udah nungguin," pinta Jerry.

"Yahudah deh gue mau," ucap Karin.

Dan ia pun pergi ke pintu bioskop.

"Lagi nyari siapa loe?," tanya Randy.

"Lagi nyari temennya Jerry," jawab Karin ketus.

"Jadi loe, temennya Jerry yang mau dikenalin sama gue," ucap Randy histeris.

"Kalo tau, sumpah gue ga bakalan mau, udah ganggu jam kerja gue lagi," cibir Karin, yang hendak pergi.

"Eh, ga bisa pokoknya loe harus nonton sama gue, soalnya gue udah beli tiketnya kan mubadzir...," ucap Randy, sambil menarik tangan Karin paksa, seraya masuk ke dalam studio.

"Maksa banget sih jadi orang," ucap Karin, saat mereka sudah duduk di bangku bioskop.

"Biar ga slek, kita kenalan dulu oke, gue Randy loe siapa?," ucap Randy sembari menyodorkan tangan.

"Gue Karin," jawab Karin ketus.

"Udah, sekarang diem yah...kita nikmatin aja filmnya," ucap Randy pelan.

"Nih cowok nyebelin banget sih, oh my god kenapa harus ketemu sama dia lagi, kayak di dunia ini ga ada cowok lagi aja," keluh Karin dalam hati.

"Kenapa, loe ngeliatin gue kayak gitu naksir yah...," ucap Randy.

"Ih...kepedean banget sih loe jadi cowok! Gue cuma heran aja kok, ada yah orang macem loe gini, yang laganya tengil minta ampun...," ucap Karin sinis.

"Udah deh, jangan marah-marah terus ntar cepet keriput loh,"ledek Randy.

"Oh iya, btw ini film apa sih?," tanya Karin.

"Film horror," jawab Randy santai.

"What? Film horror, kalo gitu gue keluar aja deh," ucap Karin sembari berdiri.

"Kenapa? Loe takut...," cibir Randy.

"Siapa bilang...gue ga takut tuh," ucap Karin.

"Yahudah, loe di sini aja sampe filmnya kelar," ucap Randy.

"Oke siapa takut," ucap Karin, yang duduk kembali.

"Aduh...gimana ini, sebenernya gue parno banget sama yang namanya film horror," gumam Karin dalam hati.

Dan mereka pun fokus menonton film bergendre horror, wajah Karin tampak tegang dan pucat, ketika hantu itu muncul dalam film, secara spontan Karin memeluk erat Randy,

"Gue ngaku gue parno, kita keluar aja dari sini yah," pinta Karin.

"Iya kita keluar, tapi ga pake peluk-peluk kenceng gue juga keles," ucap Randy sambil tersenyum jail.

"Sorry...gue reflek, tadi pas liat hantunya nongol," ucap Karin, yang melepas pelukannya dari Randy.

"Yahudah gapapa, sekarang mau tetep di sini atau keluar nih?," tanya Randy.

"Kita keluar aja yah," jawab Karin.

Dan mereka pun keluar, dari studio bioskop.

"Thanks yah, udah mau ketemuan sama gue dan kenalan, sekaligus nonton bareng," ucap Randy.

"Iya sama-sama, itu juga gue terpaksa karna ga enak aja sama si Jerry," ucap Karin ketus.

"Oh iya, besok gue boleh nemuin loe lagi ga di sini?." Tanya Randy.

"Ga, ga ga yang ada loe ganggu jam kerja gue," tolak Karin.

"Terus, maunya ketemuan di mana?," tanya Randy lagi.

"Kalo mau di rumah gue aja," jawab Karin singkat.

"Yahudah, gue minta alamat rumah loe deh," ucap Randy.

"Itu mah gampang, ntar gue bm si Jerry trus suruh kasih tau loe," ucap Karin santai.

"Oke gue duluan yah, sampe ketemu besok," pamit Randy, sambil tersenyum pada Karin tetapi Karin tak menghiraukannya sama sekali, kemudian kembali bekerja.

Reva dan Karin pun, menjenguk ibu di rumah sakit.

"Rin, nyokap loe sakit apaan sih, sampe harus di rawat gitu?," tanya Reva penasaran.

"Sakit anemia, jadi harus di rawat Va," jawab Karin.

"Moga nyokap loe cepet sembuh yah, biar bisa nemenin loe di rumah," Reva mengibur Karin.

"Amin...gue juga, maunya gitu Va," ucap Karin.

Dan mereka pun melangkah, menuju ruang inap ibu yang berada di lantai tiga.

"Bu nih, Karin bawain buah-buahan buat ibu," sapa Karin.

"Kamu tuh, kalo ke sini selalu repot bawain sesuatu buat ibu," sambung Ibu.

"Gapapa bu, kan biar cepet sembuh," ucap Karin.

"Hai tante, gimana kabarnya?," sapa Reva.

"Alhamdulillah baik nak, tapi ibu disuruh Karin tetep di sini aja tuh," sindir ibu.

"Kan Karin mau ibu sembuh total, biar nanti ga kambuh lagi bu," sambung Karin.

"Bener tuh, tante apa kata Karin ini juga, demi kebaikan tante kok," bela Reva.

"Iya deh, tante yang ngalah sama kalian berdua," ucap Ibu sembari tersenyum tipis.

"Nah gitu dong...kan aku seneng dengernya bu," ucap Karin, sembari memberikan potongan buah apel pada Ibunya.

Randy pun sudah, mendapatkan alamat rumah Karin dari Jerry sahabatnya sekaligus nomor ponselnya, ia pun bergegas meneleponnya.

"Halo ini siapa yah?," tanya Karin perlahan.

"Ini gue Randy," jawab Randy.

"Tau nomor gue dari mana loe?," tanya Karin lagi.

"Mau tau banget atau mau tau aja?," ledek Randy.

"Ih...serius, malah bercanda lagi," keluh Karin.

"Iya deh...gue tau dari Jerry Rin," ucap Randy.

"Ada perlu apa loe nelpon gue?," tanya Karin penasaran.

"Hari ini, gue mau maen ke rumah loe," jawab Randy.

"Jam berapa?," tanya Karin.

"Jam tujuh malem," jawab Randy.

"Sendirian ke sini?," tanya Karin ragu.

"Yaiyalah, masa gue bawa satu RT ke rumah loe," jawab Randy sembari tertawa.

"Aduh gimana nih...kok gue, jadi deg-degkan gini sih," gumam Karin dalam hati.

"Oke gue tunggu," ucap Karin cuek.

"Pokoknya, loe harus cantik nanti malem," acam Randy sambil menutup teleponnya.

Malam menunjukkan pukul 19.00 wib, mobil laborgini Randy sudah terpampang di depan rumah Karin.

"Assalamuaikum," ucap Randy, sembari mengetuk pintu rumah dari luar.

"Waalaikumsalam, tunggu sebentar saya bukain dulu," sahut Karin, dari dalam seraya membuka pintu.

"Masuk Ran," ucap Karin.

"Ini bener loe Rin?," tanya Randy, yang matanya tak berkedip melihat Karin.

"Yaiyalah ini gue, emang loe kira siapa?," tanya Karin lagi.

"Gue kira, loe bidadari yang jatuh dari langit," jawab Randy, yang tiba-tiba puitis.

"Ah loe bisa aja, ga usah gombal deh," ucap Karin, yang salah tingkah.

"Ih...gue serius lagi Rin, sumpah loe beda banget malem ini," ucap Randy.

"Iya deh, makasih atas pujiannya," ucap Karin sembari tersenyum.

"Oh iya, btw gue ga ngeliat ortu loe Rin," ujar Randy.

"Kalo bokap gue, udah lama meninggal terus, nyokap lagi di rawat di rumah sakit," ucap Karin sambil tersenyum tipis.

"Sorry, gue ga bermaksud bikin loe sedih," ucap Randy, tak enak hati pada Karin.

"Iya gapapa kok," ucap Karin pelan.

"Oh iya, tadi kata loe nyokap loe di rumah sakit, sekalian aja kita jengukin yuk, pake mobil gue," ajak Randy.

"Ga usah, tadi gue baru aja dari rumah sakit jenguk nyokap gue," ucap Karin.

"Oh yahudah deh," ucap Randy.

"Ran gue ga enak nih, sama tetangga gue ditamuin sama cowok malem-malem, ga ada nyokap lagi mending kita ke mana gitu," ucap Karin pelan.

"Iya juga sih, oke gue mau ajak loe ke suatu tempat," sambung Randy.

"Ke suatu tempat? Ke mana?," tanya Karin bingung.

"Udah loe itu gue aja, tenang gue ga bakalan macem-macem kok, sama loe ayo naek mobil gue," ucap Randy, sembari membukakan pintu untuk Karin.

Dan mereka pun pergi, meninggalkan rumah sederhana milik Karin menuju salah satu restoran mewah yang sudah Randy booking.

Randy menuntun Karin, yang menggunakan penutup mata berjalan memasuki restoran.

"Udah nyampe belum Ran?," tanya Karin.

"Udah kok, sekarang loe duduk," jawab Randy.

"Udah boleh dibuka penutup matanya?," tanya Karin lagi.

"Nanti dulu, kalo gue udah hitung satu sampe tiga, baru loe boleh buka penutup matanya," jawab Randy.

"Yahudah, cepetan loe itung gue penasaran nih," ucap Karin, yang tak sabar.

"Satu...dua...tiga...udah boleh dibuka," ucap Randy.

Lalu Karin pun, membuka penutup matanya dan terkejut melihat restoran semewah itu.

"Ran apa ini ga berlebihan," ucap Karin.

"Ga Rin ini spesial gue siapin buat loe, semoga loe suka yah," ucap Randy.

"Tapi gue ga biasa, di tempat kayak gini Ran," ucap Karin.

"Loe ga usah malu, kan di sini cuma ada gue sama loe," ucap Randy lagi.

"Jangan-jangan, loe juga booking tempat ini buat gue," ucap Karin menebak-nebak.

"Iya...semua gue lakuin buat loe Rin," ucap Randy.

"Mending kita pulang aja yah," ucap Karin.

"Tapi tempat ini gue udah booking Rin, sengaja biar gue bisa ngabisin malem ini berdua sama loe," ucap Randy.

"Sorry gue harus pulang," ucap Karin, berlalu pergi meninggalkan Randy di dalam restoran.

Jerry bergegas pergi, menuju rumah Randy setelah Randy meneleponnya.

"Ran ada apaan, kayaknya serius banget?," tanya Jerry, setelah sampai di rumah Randy.

"Jadi ceritanya gini Jer, semalem gue ngajak Karin makan di restoran yang udah gue booking, maksud gue biar suasananya romantis gitu cuma gue sama dia di sono, eh...tiba-tiba aja si Karin pergi ninggalin gue, karna nganggep gue berlebihan," jawab Randy panjang lebar.

"Itu mah salah loe bro, lagian baru juga dua hari pedekate, udah ngajak ke tempat begituan kan dia, jadi illfeel sama loe terlalu frontal tau ga," Jerry.

"Masa sih Jer? Tapi biasanya juga gue kayak gitu, kalo pedekate sama mantan gue yang sebelumnya," ucap Randy bingung.

"Itu mah namanya, mantan loenya aja yang matre," sambung Jerry.

"Dengerin baik-baik yah...si Karin itu tipe cewek yang paling beda, yang pernah gue temuin jadi, loe harus pikirin mateng-mateng kalo mau bertindak," Jerry kembali.

"Makin penasaran gue sama si Karin, terus gue harus gimana dong?," tanya Randy.

"Coba aja loe tanya-tanya, sama Reva temen kerjanya si Karin," usul Jerry.

"Ide bagus tuh, yahudah deh gue mau nemuin si Reva dulu," ucap Randy, sembari keluar dari rumahnya.

"Sial...abis gue kasih solusinya, langsung ninggalin gue gitu aja, nasib-nasib," gerutu Jerry pelan, seraya pergi dari rumah Randy.

Randy dan Reva pun bertemu, dan membicarakan semua hal tentang Karin.

"Loe naksir yah, sama sahabat gue?," tanya Reva perlahan.

"Iya sih, kalo boleh jujur Va," jawab Randy.

"Udah gue duga, tapi lucu juga yah pertama kalian ketemu, kan berantem-berantem gitu...eh sekarang malah naksir," ucap Reva sembari tertawa.

"Yah, namanya juga cinta pertamanya sebel banget, eh sekarang taunya malah naksir banget," Randy sembari tersenyum tipis.

"Yahudah, loe ikutin aja semua yang gue omongin, lagi dijamin Karin bakal suka juga sama loe," ucap Reva bersemangat.

"Thanks yah Va, udah mau nyempetin dateng ke sini," ucap Randy.

"Iya sama-sama, gue tau kok loe cowok yang baik buat Karin," ucap Reva, sembari pergi dari hadapan Randy.

Kemudian Randy pun, mencari keberadaan Karin di lantai dua mall.

"Rin, gue ke sini mau minta maaf, soal kejadian semalem," ucap Randy perlahan.

"Kali ini gue maafin Ran, tapi lain kali gue ga bakal maafin loe," Karin.

"Yes, makasih yah Rin loe udah mau maafin gue," ucap Randy, yang tersenyum pada Karin.

"Yahudah balik gih, gue masih banyak kerjaan nih," usir Karin.

"Ceritanya ngusir nih, sini gue bantuin kerjaan loe," sindir Randy.

"Bukannya ngusir, tapi gue takut loe bete aja gue cuekin," ucap Karin.

"Yahudah deh, gue balik dulu yah," pamit Randy.

"Hati-hati di jalan," ucap Karin, sembari melambaikan tangan Randy pun membalasnya, dengan mengangkat ibu jarinya seraya tersenyum.

Ibu Karin sudah diizinkan, pulang ke rumah betapa bahagianya Karin, mendengar ibunya boleh dibawa pulang ke rumah.

"Akhirnya nak, ibu bisa pulang ke rumah kita," gumam ibu.

"Iya bu, Karin seneng banget bisa bawa ibu pulang ke rumah," sambung Karin, tak berselang lama Randy, Reva dan juga Jerry datang ke rumah sakit.

"Hai Rin," sapa ketiganya.

"Itu siapa nak?," tanya ibu.

"Oh itu, temen baru aku bu," jawab Karin.

"Randy tante," ucap Randy.

"Jerry tante," disusul dengan Jerry.

"ibu seneng, kamu punya banyak temen nak," ucap Ibu.

"Yahudah, mending kita bawa nyokap loe ke mobil gue," ajak Randy.

"Ga usah nak, jadi ngerepotin," ucap Ibu.

"Ga sama sekali bu, saya seneng bantu Karin kok," ucap Randy.

"Terima kasih yah nak," ucap Ibu.

Kemudian mereka pun, membawa ibunya Karin ke dalam mobil, mobil pun melaju meninggalkan rumah sakit menuju rumah Karin.

Ibu Karin terlelap tidur di kamar, sementara Karin, Randy, Jerry dan Reva duduk di ruang tamu.

"Makasih yah, udah jemput sekaligus nganterin nyokap gue pulang ke rumah," ucap Karin pada ketiga temannya itu.

"Iya sama-sama, kita juga seneng kok bantuin loe Rin," ucap ketiganya bersamaan.

"Kalian mau minum apa, biar gue buatin?," tanya Karin.

"Apa aja Rin, yang penting bikin seger," jawab Reva.

"Bentar yah, gue ke dapur dulu bikinin kalian minum," pamit Karin ke belakang.

"Va, ternyata apa yang loe bilang, bikin Karin seneng yah," bisik Randy.

"Iya dong...kan gue udah lama, kenal sama Karin," bisik Reva lagi.

"Lagi ngomongin apaan sih pake bisik-bisik?," tanya Jerry heran.

"Kepo banget loe," ucap Randy.

"Yahudah deh, kalo ga boleh tau," ucap Jerry.

"Jangan ngambek dong, ntar gantengnya ilang," goda Reva.

"Ah Va, loe bisa aja," ucap Jerry menunduk.

"Cheile...keliatan banget, loe saltingnya depan Reva," sambung Randy.

"Siapa yang salting, orang gue biasa aja," ucap Jerry mengelak.

"Salting sama gue juga gapapa kok, gue malah seneng," ucap Reva sembari tersenyum pada Jerry.

"Cie...udah ada kode tuh dari Reva Jer," ucap Randy, sembari menyikut lengan Jerry.

"Coba sih loe, jangan terlalu frontal kan gue tengsin sama Reva," bisik Jerry.

"Va, kata Jerry dia malu sama loe," ucap Rand,y sembari tertawa lepas.

"Boong Va, dia mah emang suka gitu," ucap Jerry.

"Ngapain mesti malu, kan loe pake baju Jer," ucap Reva, sembari tertawa kecil.

"Nih minum dulu, udah aus kan dari tadi," ucap Karin setibanya dari dapur.

"Wih...seger bener nih, es kelapanya Rin," ucap Randy.

"Seger esnya, ato orang yang bikinnya," ledek Jerry.

"Wah...kayaknya, ada yang bales dendam karna gue cengin dari tadi," sindir Randy.

"Ah Jer loe suka ngaco deh, pasti yang seger es kelapanya lah," sambung Reva.

"Emang, tadi kalian ngomongin apa gitu?," tanya Karin penasaran.

"Udah ah Rin, ga usah di bahas bete gue," ucap Jerry.

"Oke deh, gue ga akan bahas soal kalian, yahudah di minum lagi es kelapanya," ucap Karin, yang berusaha mencairkan suasana, yang sudah tidak nyaman diantara mereka berempat.

Jerry rupanya tertarik, dengan Reva ia pun sering mengantar jemput Reva, dari rumah menuju mall tempat Reva bekerja.

"Ayo naik buruan, ntar telat lagi ke mallnya," ajak Jerry.

"Iya Jer, bener nih gapapa gue nebeng sama loe," ucap Reva sembari menaiki motor trail Jerry.

"Yah gapapa lah, emang ada masalah gitu kalo gue boncengin loe?," tanya Jerry.

"Takutnya pacar loe marah, terus tiba-tiba ngelabrak gue lagi," ucap Reva.

"Hah pacar?, Gue single keles d jamin ga akan ada yang marah sama loe," ucap Jerry.

"Masa sih, cowok kayak loe ga punya pacar," sambung Reva lagi.

"Ih...seriusan, gue single ga punya cewek Va," ucap Jerry.

"Iya deh, percaya...ayo jalan gue bisa telat nih," ucap Reva sembari menepuk bahu Jerry.

"Oke bos, kita cau langsung," ucap Jerry.

"Kok gue seneng banget yah, pas tau Jerry belum punya pacar???," gumam Reva dalam hati.

"Kayaknya Reva, punya feeling sama gue deh," gumam Jerry dalan hati juga.

"Va, pengangan yang kenceng yah...gue mau ngebut nih biar cepet sampe," ucap Jerry.

Dan Reva pun memegang erat pinggang Jerry, dan keduanya pun menikmati sepanjang jalan yang mereka lalui.

Randy mengajak Karin, nonton film lagi hari ini.

"Rin nonton bioskop yuk, bareng gue sekarang," ucap Randy.

" Ga mau ah, ntar film horror lagi," tolak Karin.

"Ga kok, gue beli tiket film drama cinta mau yah," bujuk Randy.

"Gimana yah...kan, gue masih jaga tiket Ran," ucap Karin bimbang.

"Please Rin, cuma dua jam kok nonton ga pake lebih," pinta Randy.

"Yahudah deh, tapi gue bilang temen gue dulu yah, buat gantiin gue selama dua jam," ucap Karin.

"Oke deh, gue tungguin di sini yah," Randy bersemangat.

Lalu Karin pun, menemui salah satu teman penjaga tiket film bioskop memintanya, untuk menganggantikannya selama dua jam.

"Wi, loe tolongin gue yah, gantiin gue bentar soalnya gue ga enak, sama temen ngajakin nonton bareng di dalem," pinta Karin pada Wiwi.

"Yahudah sono, pergi aja biar gue gantiin," ucap Wiwi sembari tersenyum.

"Thanks yah Wi, loe baik banget," ucap Karin.

"Iya sama-sama," ucap Wiwi lagi.

Kemudian Randy dan Karin, pun masuk ke dalam studio bioskop untuk menonton drama cinta.

"Rin nanti kalo nonton, loe jangan bayangin kalo cowok itu gue yah," ucap Randy percaya diri.

"Ih...kepedean banget sih loe, ada juga loe, yang ngebayangin kalo ceweknya itu gue," ucap Karin sembari tertawa.

"Loe cantik, kalo lagi ketawa Rin," puji Randy.

"Ah loe bisa aja, dasar tukang gombal," ucap Karin.

"Gue serius, ga boong kok apalagi gombal," ucap Randy.

"Udah ah, ga usah dibahas filmnya udah mulai tuh," ucap Karin mengalihkan pembicaraan.

Dan mereka pun fokus menonton film drama cinta.

Ibu Karin mengundang, Randy, Jerry dan Reva makan malam di rumahnya Karin pun, sibuk mempersiapkan semuanya untuk membantu ibunya.

"Nak kamu cape yah, bantuin ibu masak?," tanya Ibu.

"Ga kok bu, aku malah seneng, bisa bantuin ibu masak di dapur," jawab Karin sembari tersenyum pada Ibunya.

"Yahudah, coba kamu ulek bahan-bahan untuk bikin sambelnya," ucap Ibu, sembari menunjuk ke arah codet, yang ada di depan Karin.

" Iya bu, aku ulek dulu yah sampe alus, biar rasanya enak," ucap Karin.

"Ah kamu bisa aja nak, tapi emang bener loh kalo bikin sambel diblender, rasanya beda lebih enak yang diulek," ucap Ibu.

"Percaya kok, kan masakan ibu paling enak sedunia," ucap Karin histeris.

"Tuh kan, mulai deh berlebihan muji ibu," ucap Ibu.

"Tapi beneran, kok bu...masakan restoran aja kalah deh, sama masakannya ibunya Karin," ucap Karin sembari tertawa.

"Udah ah, kapan selesainya kalo ngobrol terus," ucap Ibu, sembari melanjutkan memasak lagi.

Malam pukul 19.00 wib, mobil Randy sudah tiba di rumah Karin, lalu ketiganya pun keluar dari mobil.

"Assalamualaikum," ucap ketiganya, sembari mengetuk pintu rumah Karin.

"Waalaikumsalam sebentar," sahut Karin, dari dalam sembari membukakan pintu.

"Eh tamu, yang ditunggu udah dateng, ayo masuk udah ditungguin ibu tuh," sapa Karin, seraya mempersilahkan mereka masuk.

"Nah...berhubung sudah kumpul semua, kita doa dulu sebelum makan coba nak Randy pimpin doanya," ucap Ibu.

"Bismillahirahmanirrahim, allahumma bariklana, fiimaa rozaktana, wakinaa adzabannaar," ucap Randy, yang sedang memimpin doa makan.

"Ayo silahkan dinikmati makanannya, maaf kalo kurang berkenan rasanya," ucap Ibu.

"Wah...enak banget bu masakannya, saya baru ngalamin nih masakan rumah," puji Randy.

"Emang, biasanya kamu beli di luar terus?," tanya Ibu.

"Iya bu, maklumlah ga ada orangtua di rumah, sibuk kerja di luar negeri," jawab Randy.

"Oh maaf yah nak Randy, ibu ga bermaksud," Ibu tak enak pada Randy.

"Iya gapapa kok bu," ucap Randy.

Dan mereka pun, menghabiskan makan malam yang di hidangkan Karin dan ibunya.

Seusai makan malam Randy, ingin membicarakan hal yang penting pada Karin.

"Rin gue mau ngomong serius sama loe," ucap Randy pada Karin.

"Mau ngomong apaan Ran?," tanya Karin tegang.

"Sebenernya...gue ke sini sekalian, mau ngelamar loe buat jadi istri gue loe bersedia ga, jadi pendamping hidup gue?," tanya Randy terbata-bata.

"Gue...mau kok, jadi pendamping hidup loe Ran," jawab Karin malu-malu.

"Ibu mah setuju-setuju aja, kalo Karin bahagia," sambung Ibu.

"Wih...ini mah namanya, Twenty one in love kayak kita iya ga beb," ucap Jerry.

"Iya beb, so sweet banget sih, aku mau digituin kayak Karin," ucap Reva.

"Tenang aja, ntar kita juga nyusul beb," ucap Jerry.

Dan suasana pun, berakhir dengan tawa kebahagiaan dari kelimanya.