Petikkan gitar terdengar dari kamar Zoya, ia sedang asyik bernyanyi di balkon kamarnya.
"Hah…akhirnya gue bisa juga nyanyiin lagunya," Zoya berkata sembari menghela napas.
"Non permisi, bibi mau nganterin kiriman bunga sama surat," ucap bi Sari pada Zoya.
"Dari siapa bi?," tanya Zoya perlahan sembari menerima sebuket bunga dan surat.
"Dari Gibran sih nama pengirimnya, temen non kali," jawab bi Sari.
"Gibran? Perasaan saya ga punya temen yang namanya itu deh bi," ucap Zoya keheranan.
"Mungkin fansnya non Zoya kali, kan non penyanyi terkenal," sambung bi Sari lagi.
"Ga mungkin ah bi, orang saya Cuma penyanyi freelance doank," ucap Zoya yang tertawa lepas.
"Kan siapa tau non, non Zoya kan cantik pasti banyak yang naksir," tandas bi Sari.
"Ah…si bibi bisa aja deh, jangan berlebihan gitu ah ntar saya terbang nih," ucap Zoya dengan nada bercanda.
"Kayak burung aja non, yahudah bibi ke belakang dulu yah non," pamit bi Sari sambil menutup pintu kamar dari luar.
"Makasih yah bi," ucap Zoya kemudian.
Zoya pun penasaran dengan surat yang terselip di buket bunga itu, ia segera membaca isi surat itu.
Dear Zoya
Salam kenal sebelumnya, maaf kalo udah bikin kamu kaget dan bingung. Saya Gibran salah satu dari sekian fans kamu, hanya ingin mengenal lebih dekat sosok Zoya seperti apa dan sebuket bunga itu tanda perkenalan saya sama kamu jangan salah paham yah.
From Gibran
"Oh my God! Hari gini masih ada cowok yang mau kenalan masih pake surat segala, padahal apa susahnya sih tinggal nemuin gue pas perform," gerutu Zoya.
Zoya bergegas pergi menuju kafe yang cukup jauh dari komplek rumahnya, untuk menyelesaikan pekerjaannya sebagai penyayi.
Sepanjang perjalanan Zoya masih memikirkan cowok yang bernama Gibran, yang tadi pagi mengirimkannya sebuket bunga dan surat.
"Semoga fans gue itu bukan psikopat yah," ucap Zoya di hati sembari fokus mengemudikan motornya dengan pandangan mata ke depan.
Seorang pria dengan setelan jas hitam, berdiri di depan kafe Olivia sembari menyunggikan senyum pada Zoya
"Selamat malem cantik," sapa pria itu.
"Malem juga, lo siapa yah?" tanya Zoya spontan.
"Masa sih lo ga inget, kita pernah nyayi bareng di festival musik pop," jawab pria itu santai.
"Duet bareng sama gue, kapan? Gue ga inget tuh," sambung Zoya.
"Pas bulan desember taun kemaren, masa udah lupa sih…" ucap pria itu bersemangat.
"Aduh…sorry banget gue lupa, soalnya banyak banget musisi yang tampil di sana," ucap Zoya sembari meringis.
"Oke fine gapapa, gue ngerti kok tapi sekarang lo ikut gue ke dalem," ucap pria itu sambil menarik tangan Zoya.
"Eh lo mau ngapain hah? Pake narik-narik tangan gue segala," ucap Zoya kesal dengan sikap pria itu.
"Udah lo ikut aja, ntar juga lo bakal tau kita mau ngapain di dalem," sambung pria itu.
"Awas yah lo, mau macem-macem gue…ntar gue teriak nih," ancam Zoya.
"Gue Cuma mau satu macem aja kok sama lo," ucap pria itu seraya tersenyum penuh arti.
"Ya Tuhan…semoga dia ga berbuat aneh-aneh sama aku," ucap Zoya pelan.
"Nah…sekarang lo duduk di sini bareng gue, dan kita nyanyi bareng oke," ucap pria itu saat mereka sampai di stage musik kafe Olivia.
"Lo siapa berani-berani duduk di sini bareng gue? Plus mau duet sama gue," ucap Zoya ketus.
"Gue tamu undangan buat ngisi nyanyi di kafe ini," jawabnya singkat.
"Hah…emang lo udah dapet izin dari yang punya kafe ini?" ucap Zoya terkejut.
"Udahlah…kan pemilik kafe ini sahabat gue Zoy," sambung pria itu lagi.
Mereka berdua pun menyanyikan lagu dari hivi yang berjudul "Siapkah kau tuk jatuh cinta lagi" dengan petikan gitar klasik yang dimainkan pria itu, nampaknya mereka larut dalam suasana.
"Eh lo mau kemana? Kan baru satu lagu kita perform," tanya pria itu.
"Gue mau ke toilet dulu, kepo banget sih jadi orang," jawab Zoya ketus.
"Galak bener mbak, ntar cepet tua loh," ucap pria itu sembari tertawa.
Setiap harinya Zoya mendapatkan sebuket bunga dan surat dengan pengirim yang sama, Gibran salah satu fansnya.
Zoya pun memutuskan untuk menemuin Gibran, setelah tiga bulan dan menginjak di bulan desember dan tak disangka Gibran adalah pria yang berduet dengannya di kafe Olivia tiga bulan lalu.
Mereka pun akhirnya saling mengenal satu sama lain, dan keduanya merasakan kenyaman di hati masing-masing saat sedang bersama. Zoya dan Gibran pun memutuskan untuk menjalin kasih sebagai pasangan.