Chereads / Cinta Angie / Chapter 49 - Bab 48 : Sekongkol

Chapter 49 - Bab 48 : Sekongkol

Sementara Aaron berkutat dengan hal-hal seputar program pembentukan otot, Sean menelpon Ethan, saudara iparnya, di kantornya.

"Halo bang, disini Bago Go, tolong dengan Adu Du. Bago Go ada urusan yang ingin dibicarakan dengan Adu Du."

"Aku lagi sibuk, Sean. Kamu selalu menelponku saat aku sedang sibuk,"jawab Ethan sambil menggerutu.

"Kamu selalu sibuk, Adu Du. Jadi aku tidak salah menelponmu sekarang." Sean tidak mempedulikan Ethan yang selalu mengomel jika dirinya menelpon saat jam kerja. Karena Ethan memang tidak pernah punya waktu luang untuk mengobrol di siang hari. Selalu sibuk dengan para manusia dingin.

"Dan satu lagi ya Sean, tolong jangan pakai nama itu lagi deh,"jawab Ethan mendengus kesal.

"Adu Du maksudmu? Kenapa tidak boleh? Itu kan nama samaran kita." Sean pura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud saudara iparnya itu.

"Nama samaran kepalamu,"bentak Ethan keras. "Aku ini detektif pembunuhan. Jabatanku sudah tinggi dan kamu memberiku nama samaran... Adu Du?" Suara Ethan semakin mengecil hingga berbisik saat menyebut nama Adu Du.

Sean membungkam mulutnya untuk menutupi suara tertawanya. Kemudian Sean berdehem dan mencoba untuk serius lagi. "Kita ini perlu nama samaran untuk menyamarkan identitas kita agar supaya makhluk bumi itu tidak mengetahui bahwa planet mereka telah diserang."

"Dasar gila,"umpat Ethan kesal. "Kamu lagi nganggur ya?"

"Tidak juga,"jawab Sean santai sambil memutar kursi kerjanya ke kanan dan kiri. "Mejaku penuh dengan kertas-kertas dan tumpukan file."

"Lalu kenapa kamu menelponku? Aku sedang ada kasus penting, Sean. Jangan ganggu aku,"omel Ethan. Beberapa kali Ethan menjawab pertanyaan rekan kerjanya dan Sean dapat mendengar itu. "Aku tu.."

"Eh tunggu sebentar, Adu Du,"panggil Sean yang menyamar sebagai Bago Go, seorang alien yang suka berdagang.

"Sean, kamu tahu, sejak Maddy tahu tentang nama samaran yang kamu buat dengan jeniusnya itu, satu minggu penuh aku dipanggil kepala kotak oleh istriku,"balas Ethan bersungut-sungut.

"Ha.. ha.. ha.." Sean tertawa keras. Sean sudah tidak bisa lagi menahan tawa gelinya saat mengerjai Ethan yang selalu emosi jika dirinya menggunakan nama samaran mereka. "Berarti... berarti... Maddy tahu dong film animasi itu."

"Tentu saja tahu!"bentaknya lagi. Ethan bisa terkena tekanan darah tinggi kalau bicara dengan Sean, saat dia memakai mode alien, seperti sekarang. "Itu kan tontonan favorit anak panti. Dan Maddy selalu menemani mereka menonton film inspirasimu itu."

"Jangan sinis begitu. Bagaimana pun kita ini membutuhkan nama samaran. Polisi juga punya kan." Sean mengambil pulpen di meja dan memutar-mutarnya di jari.

"Nama samaran kita, para polisi lebih keren dibanding buatanmu. Misal kita pakai nama negara.."

"Memang kamu mau traveling?"

"Ck. Atau bisa juga kan batu permata?"

"Ntar kita dikira buronan interpol, penjahat spesial perhiasan."

"Lebih keren jika pakai nama hewan."

"Kamu mau dipanggil anjing, kucing, tikus, gajah, lumba-lumba, kuda laut, ikan pa.."

"Stooop Sean. Aku bisa gila ngomong sama kamu."

"Justru kita ini harus sering ngobrol dan ketemuan, supaya otakmu itu lebih encer. Kamu terlalu banyak keluar masuk ruangan pendingin jenazah, Ethan. Makanya sekarang rada-rada konslet gitu."

"Itu pekerjaanku, Sean."

"Panggil nama samaranku,"perintah Sean serius.

"Terserah apa katamu, Bago Go."

"Nah gitu, sekarang kita masuk pada konferensi meja alien."

"Buruan ngomongnya,"sembur Ethan jengkel. "Kita sudah sepuluh menit ngomong unfaedah."

"Tapi Adu Du, sebelum aku bicara serius, tolong letakkan dulu pekerjaanmu,"perintah Sean dengan nada bos. "Ini masalah krusial."

"Krusial kepalamu! Jangan ngaco. Cepat katakan. Aku sibuk."

"Jangan mengumpat terus, Adu Du. Kamu ini terlalu banyak bergaul dengan penjahat, makanya ngomongnya kasar melulu,"jawab Sean santai.

"Aku tutup lo ya, kalau ngomongnya melantur terus,"ancam Ethan super kesal.

"Baiklah, sekarang kita serius."

"Aku mendengarkan."

"Panggil dulu nama samaranku."

"Oke, aku tutup sekarang."

"Hei.. hei..."

"Katakan,"desak Ethan tidak sabar.

"Aku bertemu kembaran si kembar."

"Kembaran si kembar? Ngomong yang je.. Tunggu dulu, maksudmu pria yang serupa dengan si kembar, maksudmu?"

"Jadi kamu juga sudah pernah bertemu dengannya?"tanya Sean mulai serius.

"Sekali. Waktu dia dipenjara gara-gara ngebut. Apa kamu juga pernah melihatnya?"

"Saat ini dia sedang berkeliling di tempatku."

"Oya?" Ethan mulai tertarik dengan pembicaraan mereka.

"Sebelumnya aku juga pernah bertemu dengannya saat peristiwa Andrew gegar otak ringan. Aku mengantarkan Angie ke kantornya lalu bertemu dengannya dan sedikit bersitegang."

"Jadi apa yang ingin kamu lakukan?"

"Begini.. aku sudah mengkonfirmasi dengan Angie kalau pria itu memang ayahnya si kembar, mungkin hanya perlu dilakukan tes DNA untuk lebih menyakinkan."

"Benar berarti dugaanku. Wajah itu terlalu mirip satu sama lain. Versi junior dan senior. Menurutmu apa yang bisa kita lakukan?"

"Kita perlu merecoki pikiran Ying dan Yaya,"kata Sean serius dan dirinya mendengar Ethan menghembuskan nafas dengan keras saat mendengar nama samaran untuk istri-istri mereka.

"Kamu ini masa kecil kurang bahagia atau gimana sih? Kita sedang bicara serius, Sean. Hilangkan semua nama tokoh-tokoh itu." Ethan benar-benar pusing tujuh keliling bicara dengan Sean.

"Sebagai seorang detektif, kamu tentu mengerti apa arti sebuah nama samaran."

"Sean, berhenti bercanda."

"Dari tadi aku serius."

"Sean.." Ethan memutar bola matanya saat mendengar jawaban tidak bermutu dari Sean. Salah apa dirinya hingga punya saudara ipar seperti Sean. Jangan sampai pasangan Angie juga termasuk orang yang suka halu.

"Angie pernah bilang bahwa aku tidak boleh membocorkan pertemuanku dengan pria itu pada semua orang. Sedangkan aku sudah gatal ingin bergosip. Kupikir kita bisa berpura-pura bercerita pada istri kita, jika kita tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang mirip dengan si kembar, tanpa menyebut bahwa pria itu memang benar papa si kembar. Bagaimana menurutmu?"

"Ide bagus. Aku sebenarnya juga sudah tidak tahan ingin cerita dengan Maddy, perihal pria itu."

"Oke kita putuskan begitu saja. Malam ini, misi kita adalah bercerita ala kadarnya tentang pria itu dan kita akan lihat seberapa antusias mereka mendengar cerita kita."

"Bagaimana kalau Angie marah? Kamu tahu kan, mereka akan murka jika salah satunya menyimpan rahasia,"bantah Ethan.

"Bilang saja kalau kita tidak sengaja bercerita dan tidak tahan dengan desakan dari istri. Beres kan?"

"Baiklah, aku setuju."

"Aku tidak sabar menunggu nanti malam. Sudah lama aku tidak berbuat usil pada Yaya. Berbuat usil pada istri selalu membawa kenikmatan,"ucap riang Sean yang memberi nama samaran untuk Addy, istrinya adalah Yaya. "Oya sudah lama juga kita tidak berbagi tips bagaimana menyenangkan istri kita. Kita perlu atur waktu untuk kopi darat."

"Menurut apa katamu saja."

"Ada yang lupa. Pria itu terlihat bucin dengan Angie. Kita perlu menambahkan bumbu penyedap rasa untuk cerita kita."

"Bucin? Benarkah?"

"Jika memang benar pria itu adalah jodoh Angie, berarti kita perlu memikirkan nama samaran untuk pria ini. Bagaimana kalau pria itu kita beri nama samaran... Ejo Jo?"

"Ngomong saja sama tembok." Brak.. Ethan membanting telponnya.

Bersambung...