"Karena bayi yang aku kandung bukanlah milikmu, Aaron."
Hening... Hanya suara detik jam dinding diatas televisi, yang terdengar nyaring. Juga suara jangkrik yang saling bersahut-sahutan dengan suara kodok diluar kamar, karena kamar rawat Lisa berada di dekat taman rumah sakit.
Aaron menatap Lisa dengan tatapan yang tidak bisa dibaca. Berbagai emosi tiba-tiba berkelebat di raut wajah Aaron. Bukan emosi cemburu antara pria dan wanita, tetapi emosi antar pria dengan pria, yaitu harga diri yang terluka. Aaron berdiri dan mendorong kursi yang didudukinya dengan kasar. Aaron berjalan mondar-mandir gelisah di sekitar ranjang Lisa berbaring. Tangannya mengusap kasar dagu dan tangan yang lain berada di pinggang.
"Brengsek,"umpat Aaron geram.
