Sementara itu, di kantor Anton.
Susan, sekretaris Anton, sudah mengompres pipinya yang sedikit bengkak dan bibirnya yang robek, karena tamparan bosnya. Namun wajahnya masih terasa kaku dan sakit akibat cengkraman tangan Anton. Waktu dirinya melewati ruang meeting, Anton dan nona besar Angie sudah tidak nampak lagi batang hidungnya. Mereka sudah pergi.
Susan melamun memandang langit malam dan kelap-kelip lampu yang menghiasi kota, dari dalam jendela taksi yang ditumpanginya. Susan teringat bahwa dirinya sudah lebih dari dua tahun tinggal di kota besar ini.
Susan, seorang perantau dari desa kecil yang merindukan kehidupan yang lebih baik di kota besar. Datang dari keluarga miskin, dia merupakan anak tunggal dari seorang ayah penjudi dan ibu pemabuk. Sepanjang hidupnya, dia harus bekerja keras untuk membayar uang sekolahnya sendiri. Di usia belia, Susan sudah merasakan betapa kerasnya hidup ini.