Chereads / mencintaimu itu takdirku / Chapter 3 - 3. Kehilangan

Chapter 3 - 3. Kehilangan

Hujan deras mengguyur kota palembang, bahkan kali ini disertai petir, arel yang gelisah menanti kabar dari raka yang tak kunjung datang. tiba-tiba ponselnya berdering, segera ia bangun mengambil ponsel di nakas. nama yang tertera di layar bang Bagas abang pertamanya.

"Hallo assalammualaikum dik" suara dari seberang sana nampak tegas. Suara khas abang arel yang berprofesi sebagai seorang Tentara angkatan darat.

"Waalaikumsalam ada apa bang tumben tlp,? " balas sang adik merasa heran karena abang pertamanya itu tidak menelpon kalau bukan hal penting.

"Kamu itu kalo ngomong dik"ucapan bagas terputus karena langsung dipotong oleh arel.

"Iya ada perlu baru tlp kalo ga perlu ya engga, abang berubah semenjak masuk tentara jadi ga peduli lagi sama kita yang dirumah, jarang tlp. emang dunia tentara itu kasih apa sama abang, sampai-sampai abang udah lupain kita, sedang abang devan aja yang di lagi berlayar miskin signal tapi berusaha sering tlp" celoteh arel panjang lebar, memarahi abang pertamanya. Ya arel sebenarnya cemburu dengan kesibukan bagas yang sampai tidak sempat memperhatikan keluarga.

"Dik tolong jangan ngajak abang berdebat lewat tlp. sekarang abang Cuma mau kasih tau kabar penting" balas bagas dengan suara mengalah.

"Kabar apa" tanya arel judes

" janji sama abang dulu kalau setelah tau ini kamu kuatkan diri" ujar bagas meminta arel untuk berjanji.

"ok" jawabnya singkat, karena masih kesal degan abangnya.

"bus yang raka tumpangi mengalami kecelakaan di tol cipularang, sekarang jenazahnya sedang berada diperjalanan pulang" bagai tersambar petir, dan jelas setelah penjelasaan dari bagas suara petir menyambut kabar duka itu, arel terdiam kaku bibirnya kelu, bergetar. Mulutnya menganga tangan kanannya yang sedang memegang ponsel ikut gemetaran, ia msih diam menunggu abangnya mengatakan prankk tapi 10 menit sudah lewat tak ada kalimat lain selain kalimat tadi yang cukup jelas terdengar.

Arel menarik nafas berat.

"apaaa abang gau usah bercanda, karena pasti ga lucu. abang kasih tau arel. abang pasti disuruh kak raka buat ngerjain arel kan" teriak arel memarahi abangnya. Kali ini arel tidak bisa menahan untuk tidak menangis, cairan bening keluar begitu saja dari kedua matanya

"abang ga bercanda rel, abang sayang arel. abang harap arel bisa menerimanya ya" ujar abangnya lembut.

"ga mungkin bang, abang please bangunin arel dari mimpi buruk ini" sambil tersedu arel meminta abangnya membangunkannya dari mimpi buruk.

"aurellia salsabilla mahardika ini bukan mimpi, inilah kenyataannya. abang mendengar sendiri kabar ini dari berita di televisi dan sudah menyelidikinya, sebelumnya raka memang berniat memberi kamu kejutan, karena itu ia merahasiakan kepulangannya ini kepada siapapun kecuali abang. kemarin sore sebelum menelponmu, raka memberi tahu abang bahwa dia akan pulang ke palembang dan izin sama abang untuk mengajakmu dinner, abang izinkan tetapi nasib berkata lain raka pulang ke tempat yang lebih kekal" jelas bagas pada adiknya yang masih belum bisa percaya. Kejadiannya terjadi begitu cepat.

"huaaaaaaahuaaaaahuaa abang hiks hiks hiks kenapa secepat ini" tangisan arel akhirnya meledak. Airmatanya tumpah ruah membasahi kedua belah pipinya.

"takdir hanya tuhan yang tau dik, kematian tidak bisa dicegah atau dipercepat, maaf..abang tidak bisa menenangkan kamu saat ini, Karena abang belum dapat cuti, dan maaf jika abang jarang mengabari. kegiatan abang disini full dik" ujar bagas berharap adiknya itu dapat memaklumi tentang apa yang dijalani abangnya saat ini.

"bang aku mau bertemu dengan raka besok, walaupun dia sudah dalam keadaan terbujur kaku" ucap arel sambil menghapus kasar air matanya

"Iya besok kamu ijin kuliah?"tanya abangnya memastikan.

"Besok arel memang tidak ada perkuliahan bang" lirih arel masih dalam sendu tangisnya yang pelan.

"Oh yaudah yang tegar dik, kita yang masih hidup hanya bisa mengirim doa" nasihat sang abang bahwa memang doalah yang dibutuhkan pada orang yang tekah meninggal.

"Iya bang, arel berusaha tegar" jawb arel menahan sesak didadanya. Dalam hatinya ia masih tak percaya bahkan tak sanggup untuk menjalani. Bagaimana kehidupan dapat berjalan tanpa adanya raka disisinya. Apa yang dapat dirinya lakukan, bahkan membayangkannya saja arel tidak bisa. Hidup memang harus tetap berjalan meski sudah ditinggalkan dengan orang yang kita sayang karena tuhan yang menciptakan memiliki skenario untul mereka dan hubungan mereka.

"Adik abang bukan wanita lemah, jadilah arel yang tetap ceria meski tidak ada raka didunia ini, ingat janji kamu sama abang tadi dik" ucapan bagas yang lembut membuat sang adik berusaha tegar.

"Iya bang insyaallah. Arel ingat dan akan berusaha menepati, walaupun itu berat" gumam arel hampir tidak terdengar.

"Yasudah abang ada jamdan, abang tutup tlpnya, salam sama mama papa nasya dan karin assalammualaikum"pamit bagas untuk kemudian menutup tlpnya.

"waalaikumsalam" jawab arel setelah tlp nya mati. .

Arel tertunduk lesu, bahkan sama sekali tak menghiraukan ponsel bergetar yang masih ia pegang. Seseorang yang selalu mengisi hari harinya selam 4 tahun belakangan ini, harus meregang nyawa saat harapan terakhirnya bertemu sang pujaan hati di kota palembang dimana tempat kisah cintanya dimulai. kehilangan bukanlah suatu hal yang mudah apalagi saat dua insan dibersamakan selama 4 tahun lamanya, di dalam hubungan pasti ada bentrok, atau perdebatan yang masih dianggap wajar, tetapi tidak bagi hubungan arel dan raka, meski mereka mempunyai kepribadian yang berbeda, arel yang selalu egois dan keras tetapi raka yang lembut dan menerima, sehingga keduanya tak pernah ada yg menyakiti ataupun tersakiti. Airmatanya terus mengalir hingga ketukan pintu diabaikan oleh arel yang masih terbenam dengan tangisnya. Namun sang pengetuk pintu membuka dengan pelan dan munculah mamanya yang ada dibalik pintu tersebut terkejut melihat kondisi putrinya yang berantakan.

"arel sayang,, kamu kenapa? Apa ada masalah sama raka?" mamanya belum tahu kabar kepergian raka, bertanya mengerutkan keningnya.

"huaahuaa raka nyakitin arel mah" arel menangis kencang dan jatuh kedalam kepelukan mamanya.

"nyakitin gimana sayang, selama ini dia ga pernah nyakitin arel kan? Dan yang mamah lihat 4 tahun kalian bersama raka ga pernah buat arel nangis kan, kecuali nangis karena bahagia" ujar sang mama dengan lembutnya.

"raka ninggalin arel mah" ucapan arel menggantung.

"apa arel melakukan kesalahan, raka ga mungkin main tinggal tanpa alasan. mama kenal raka" ujar wanita paruh baya itu yang masi terlihat cantik seraya mengekap putrinya dalam pelukan.

"Kenyatannya begitu mah, raka pergi tanpa bertemu arel dulu" ujar arel dengan wajah cemberut tapi sudah basah dengan air mata.

"Mungkin ada sesuatu hal yang membuat dia begitu, kamu jangan nangis sayang," ujar sang mama menenangkan.

"Mah raka pergi untuk selama lamanya" teriak arel dengan tangisan yang keras ia sama sekali tidak bisa menahan ini semua.