Chereads / mencintaimu itu takdirku / Chapter 4 - 4. Kedukaan Yang Begitu Nyata

Chapter 4 - 4. Kedukaan Yang Begitu Nyata

Pagi menyambut arel dengan sinar mentari yang menerobos masuk jendela kamarnya, Arel terbangun, dia teringat tadi saat subuh dia tidak melepaskan mukenah nya sehingga terbawa sampai tertidur. ia pun bergegas ke kamar mandi karena ga mau ketinggalan posesi pemakaman. Setelah selesai dirinya pun turun kebawah untuk sarapan bersama mamah dan adik- adiknya.

"Selamat pagi sayang" sapa mamahnya dengan senyumnya

"iya pagi mah" balas arel masih terlihat sembab diwajahnya.

"kak arel" karlin menyapa, adik bungsunya itu mengerti sorot mata kakaknya menampakkan kesedihan begitu dalam

"iya, kenapa lin?" tanya arel tanpa menatap karlin yang siap dengan kalimat yang akan ia keluarkan dari mulutnya.

"karlin turut berduka, atas meninggalnya bang raka, karlin juga sedih sama kayak kak arel, bang raka juga karlin anggap seperti abang bagas dan abang devan, karena bang raka kalau ketemu karlin pasti karlin dibeliin ice cream yang banyak, karlin tadi berdoa buat bang raka semoga ditempatkan ditempat yang baik, seperti orangnya yang baik, aamiin ya allah" ucap karlin tulus meski ditambahi bumbu-bumbu lucu pada kalimatnya.

Arel yang mendengar perkataan lugu sang adik tersenyum kecil.

"terimakasih karlin sayang"

"kak arel..nasya juga tadi sholat subuh doain bang raka semoga di ampuni dosa dosanya dan khusnul khotimah" ujar nasya sambil menyendok lahap nasi goreng kedalam mulutnya.

"iya makasih ya kalian udah doain bang raka" ujar arel bersyulur karena adiknya sangat menyayangk rala seperti halnua bagas dan devan.

"iya kak, sama sama, maaf nasya sama karlin ga bisa ikut mamah sama kak arel ke pemakamannya bang raka, karena kita lagi ujian kak" jelas nasya yang tidak bisa ikut ke pemakaman.

"iya ga papa yang penting doa kalian itu sudah cukup" ujar arel dengan suara lembutnya

....

Sepanjang jalan mendekati kediaman almarhum raka sudah banyak karangan bunga berjajar.

Sementara dikediaman raka galih swanda sudah ramai orang-orang yang bertakziah, bendera kuning pun sudah berada didepan rumah duka. Sementara arel dan mamahnya baru datang dengan mengenakan pakaian serba hitam, sebagai tanda berkabuh, sedang arel mengenakan kacamata hitam, menutupi matanya yang sudah sembab dari penglihatan orang lain. Arel yang melihat sosok wanita paruh baya yang masih menangis haru didepan jenazah sang putra, segera mendekati

"bu,," sapa arel sambil menyentuh pundak wanita itu

"rel... raka rel...raka meninggal.."ujar wanita itu sambil menangis dan memeluk erat arel. Air mata sang ibu yang sudah tak terbendung lagi.

"iya bu, arel turut berduka atas meninggalnya kak raka" ujar arel berusaha tegar

"ibu masih tidak percaya, bisa secepat ini dia pergi" lirih wanita itu sambil menangis

"iya bu tidak tahu ini semua sudah rencana tuhan" balas arel berusaha menguatkan ibu dari raka.  Meskipin hatinya sendiri rapuh. Arel yang tadinya hendak melihat wajah terakhir raka sebelum dikebumikan, mengurungkan niatnya karena menemani dan memberikan kekuatan ibunda raka.

....

Sampailah mereka di pemakaman raka. Arel berdiri disamping mamahnya dan ibu raka, kemudian tidak lama bagas dan papahnya datang berdiri di samping mamahnya,mamahnya yang sadar itu menoleh kemudian tersenyum, berbeda dengan arel dia masih kalut, tidak menyadari bagas abang pertamanya dan papanya sudah berada dipemakaman raka dan masih mengenakan seragam kebesaran mereka masing masing.

Diantara angin yang berhembus pelan arel mengatakan dalam hati

Selamat jalan sayang, kita akan bertemu di jannahnya nanti, adek sayang kakak.

Dan hingga tanah mengubur semua tubuh raka, arel masih terdiam kaku, sapaan mamahnya pun tak ia dengar, kecuali ibu raka.

"nak arel,  pemakaman sudah selesai, ibu tau kesedihan nak arel sebagai kekasih raka, tapi ibu sekarang berusaha tegar melihat nak arel juga berusaha tetap tegar walau berat"

Pernyataan ibunya raka menyadarkan arel dalam lamunannya

"iya bu, arel berusaha untuk itu" jawab arel masih melihat kuburan raka.

Arel masih belum menyadari ada papanya dan bagas yang memandanginya dengan kesedihan. Hingga pandangan arel berubah gelap dan arel pingsan. Bagas yang melihat gerak-gerik arel sedari tadi, dengan tanggap ia menangkap bahu arel sehingga tidak sampai ke tanah.

"rel, arel..." panggil bagas sambil menepuk pipi gadis itu berusaha menyadarkan namun tidak kunjung sadar.

"mah, pah arel pingsan, bawa kerumah sakit atau bagaimana?" tanya bagas pada kedua orang tuanya.

"biar dibawa kerumah saya tidak apa apa pak bu, nak arel pasti kecapean karena terlalu memikirkan" ibu raka menyambung menawarkan tempat untuk arel.

"terimakasih, tapi tidak usah bu, malah nanti jadinya arel merepotkan, lagian masih banyak tamu yang berkunjung kerumah duka, arel biar kami bawa pulang saja, dia Cuma kelelahan" ujar fito sang papa bijaksana

"oh iya baik pak, kalau begitu saya duluan, semoga arel dikuatkan dan diberi kesabaran sepertihalnya saya" ujar ibunya raka sambil tersenyum lembut.

"iya bu aamiin terimakasih "

"bagas kamu yang setir mobil, biar papa yang gendong arel, papa capek nyetir sendiri dari lahat" ujar fito sambil membopong putrinya itu.

"hehe siap pa" ujar bagas tegas sambil hormat.

"mamah sama arel kesini bawa motor, terus motornya gimana" tanya wulan kebingungan.

"nanti biar junior bagas mah yang bawa sampe kerumah"jelas bagas memberi solusi

"oh iya deh kalau begitu"

"apa tadi billa ga sarapan dulu mah?" tanya fito kepada wulan

"tadi sih sarapan pah, Cuma karena kepikiran jadi dia pingsan"

"papa baru tau kalau kepikiran bisa mengakibatkan pingsan, perasaan dikantor papa juga selalu kepikiran sama mamah dirumah, apalagi dirumah tidak ada laki-laki sebagai sosok pelindung, bagas pendidikan secapa karena dia mau ambil perwira, sedang devan berlayar disurabaya, papa khawatir dan kepikiran setiap harinya sama kalian bertiga perempuan semua, tapi papa ga sampe pingsan tuh mah" celoteh lengkap fito diakhiri dengan senyuman mengembang

"kamu tuh ya pah, ga berubah"

"mah, bukannya sebentar lagi ulang tahunnya arel kan?"tanya fito

"iya pah, nanti kita bahas di mobil aja, mumpung arel masih pingsan"

"hem anak pingsan bukannya khawatir malah biasa aja"

"karena mamah tau itu ga bahaya pa, arel Cuma tidur tapi nanti sampe rumah kita bangunin"

"iyaya bu perawat, terimakasih sudah merawat anak- anakku dengan baik"

"ngapain terimakasih itu udah kewajiban mama, mereka juga anakku, aku yang melahirkan pa, bukan anakmu aja,"

"iya sayang mereka anak kita, kan kita udah sama-sama buat. Masih ingat ga? Apa perlu papa ingatkan lagi" ujar fito sambil tertawa pelan. Bagas yang mendengar hanya menggeleng kepala melihat tingkat kkedua orang tuanya yang masih seperti layaknya anak muda. 

"iih papa mulai deh" balas wulan sengit dengan lonjakan sikap suaminya

Masih diperjalanan menuju kediaman fito dan keluarga, dimobil,  wulan bagas dan fito membahas ulang tahun arel.

"bagas, kamu udah tahu sebentar lagi ulang tahun arel"

"iya pa, say inget"

"gimana kalau kita buat pesta, tapi tanpa arel tahu" tawar fito dalam rundingan mereka bertiga didalam mobil.

"apa ga salah pa, arel lagi berduka, hatinya juga lagi kalut, kalau menurut bagas kita ga usah sampai bikin pesta, tapi kita bikin kejutan aja khusus kluarga dirumah gimana?"tanya bagas pada papanya

"mamah setuju bagas, mamah tahu perasaan arel sekarang, dia pasti sedih, dengan kita bikin pesta dia malah merasa kita ga menghormati almahum raka, jadi kita bikin surprise kecil-kecilan saja"

"okok deh papah setuju, orang satu lawan dua" pasrah fito.