Chereads / The Miracle of Death / Chapter 9 - Bad Acting

Chapter 9 - Bad Acting

Langit terlihat cerah dengan suara kicauan burung yang saling bersahutan sejak tadi. Di dalam sebuah ruangan terdapat si kembar yang tengah terduduk dengan pakaian rapi. Sudah tiga hari sejak tawaran Putra Mahkota datang, dan hari ini adalah hari mereka akan masuk ke Akademi Sihir.

Tempat yang akan menjadi awal rencana Putra Mahkota tapi menjadi kekuatan bagi si kembar. Mereka jelas tau apa yang ingin Putra Mahkota lakukan pada meraka. Tapi mereka tidak ambil pusing dan akan merubah segalanya yang di inginkan Putra Mahkota.

Dengan begitu Putra Mahkota tidak akan bisa menganggu mereka lagi. Pintu terbuka menampilkan Kaisar dan Ratu lalu Putra Mahkota yang akan mengantar kepergian mereka berdua. Mereka jelas tidak peduli, semua rasa sakit itu membuat mereka tidak peduli apa pun yang akan mereka bertiga lakukan.

Dan mereka jelas akan keluar dari tempat ini setelah masuk ke Akademi Sihir nanti. Dengan begitu tidak ada alasan mereka harus sering bertemu dengan keluarga mereka.

"Kalian jaga kesehatan" ucap Kaisar menatap si kembar yang mengangguk dengan tatapan datar.

"Belajarlah dengan baik dan jaga etika kalian!" sahut Ratu dengan raut wajah yang tidak suka.

Si kembar tau apa maksud Ratu tapi mereka tidak peduli soal itu, dan tatapan mereka langsung jatuh pada Putra Mahkota yang menatap mereka dengan tatapan sedih. Lihatlah aktingnya yang terlihat sangat buruk itu, apakah dia benar-benar akan menjadi Kaisar setelah ayah mereka.

Tentu saja mereka tidak akan membiarkan hal itu terjadi, karena itulah tujuan mereka balas dendam saat ini. Putra Mahkota langsung berlari dan mendekati si kembar, keduanya di peluk membuat mereka terkejut dengan manik membulat. Apakah Putra Mahkota salah makan pagi tadi, kenapa bisa dia bersikap seperti ini.

Bahkan Kaisar dan Ratu juga terkejut akan tindakan Putra Mahkota sekarang. Tapi mereka hanya bisa terdiam sampai Putra Mahkota melepaskan pelukannya "maaf.., aku terlalu sedih mengingat kita akan tidak bertemu lagi. Walau hubungan kita buruk tapi kakak selalu menganggap kalian adalah adik-adikku" ucap Putra Mahkota membuat Kaisar tersenyum dan menepuk bahu Putra Mahkota satu kali.

"Aku senang kau berpikir seperti itu" sahut Kaisar membuat Ratu mengalihkan pandangannya ke arah mereka.

Sedangkan si kembar malah tertawa dalam hati melihat akting Putra Mahkota yang ternyata ada perkembangan. Apakah dia baru saja menonton cerita jalanan, bahkan mereka yakin hal itu tidak akan mungkin, mengingat kakak mereka itu selalu bersikap angkuh. Tapi mereka malah tersenyum lebar dengan manik menatap Putra Mahkota yang terkejut akan tindakan mereka.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkan kami, tapi kami tidak pantas mendapatkan kebaikan Yang Mulia Putra Mahkota Kerajaan Veddira" jawab Rimonda membuat Ramon tertawa dalam hatinya.

Dan Putra Mahkota malah membeku di tempat dengan pemikiran yang terkejut, sepertinya dia berpikir bahwa mereka akan menatap dia marah atau mendorongnya.

Tapi keduanya malah bersikap sopan dan berpura-pura polos tanpa tau apa yang sudah terjadi. Merasa aneh Putra Mahkota langsung tersenyum dan menggeleng dengan manik yang kebingungan.

"Kalian adalah adik-adikku jadi jangan berpikir seperti itu" ucap Putra Mahkota sedikit bergetar membuat Rimonda dan Ramon hanya bisa menahan tawa mereka.

"Kami akan mencoba menemui kakak saat ada waktu" jawab Ramon membuat Rimonda tersenyum lebar.

"Maaf, keretanya sudah siap" sahut seorang pelayan yang menunduk di depan pintu ruang tunggu.

Mereka berdua langsung berjalan keluar mengabaikan mereka bertiga yang mengikuti dari belakang. Sampainya di depan kereta kuda yang akan mengantar mereka, Kaisar memeluk keduanya membuat mereka tersenyum lebar. Memangnya cuma Putra Mahkota yang bisa akting mereka tentu saja bisa bahkan lebih hebat dari dirinya.

Bahkan setelah kejadian di ruang tunggu tadi, Putra Mahkota terlihat gelisah di sebelah sang Ratu. Rasanya mereka ingin tertawa keras melihat hal itu, tapi mereka perlu menjaga etika mereka sebagai anak Kaisar "kami pamit ayah, bunda dan kakak" bagaikan sebuah perpisahan yang masih mereka tersenyum lebar sebelum masuk ke dalam kereta kuda.

Tidak lama kereta kuda itu berjalan meninggalkan Kekaisaran yang menjadi tempat mereka berdua tinggal selama sepuluh tahun ini. Sekarang mereka bisa bebas, dan akan membuat rencana yang pasti lebih baik lagi.

Jika Putra Mahkota berpikir ini adalah tindakan yang bagus dengan mengirim mereka pergi, jelas ini adalah tindakan yang salah. Jika mereka pergi ke Akademi jelas mereka akan mendapatkan bantuan dari para Profesor di sana.

Dan mereka akan menjadi lebih kuat lagi, sampai membuat Putra Mahkota tidak bisa menyentuh seujung pakaian mereka. Memikirkan hal itu sudah membuat meraka semakin senang saja, dan selama perjalanan mereka berdua hanya duduk santai menatap ke arah luar.

"Apakah sekarang kau puas?" tanya Ramon menatap Rimonda yang mengangguk senang.

"Bukankah dengan begini dia yang akan kesusahan" ucap Rimonda membuat Ramon menatapnya dalam diam.

"Bukankah kakak berniat membuatku naik tahta, jadi mari lakukan itu dengan baik" lanjut Rimonda menatap Ramon yang sepertinya sedikit goyah saat ini.

"Iya kakak paham!" sahut Ramon membuat Rimonda tersenyum lebar.

Mereka memang hanya fokus pada balas dendam mereka sekarang sampai melupakan tugas yang di berikan sang Dewi pada mereka. Tapi mereka bukannya lupa mereka hanya ingin fokus pada hal yang ada di depan mereka dulu sekarang.

Apalagi tugas sang Dewi masih tidak bisa mereka lakukan sekarang. Tentu ada alasan mereka menunda tugas dari sang Dewi dan mereka akan melakukan hal itu nanti. Tugasnya memang tidak terlalu sulit tapi mereka yang masih berumur sepuluh tahun dan tidak bisa melakukan hal itu.

Mereka butuh tahta dan pengikut yang akan membuat mereka semakin kuat. Dan di akademi nanti mereka akan mencari pengikut yang bisa membawa mereka pada tujuan awal mereka. Awal mereka terlihat buruk karena memanfaatkan orang lain, tapi bukankah itu yang namanya kehidupan.

Semuanya harus saling menguntungkan dengan begitu maka mereka bisa menjadi teman baik. Tidak ada yang namanya cuma-cuma di dunia ini, jadi mereka akan melakukan ini secara perlahan namun pasti. Kereta mereka sampai membuat mereka langsung kagum dengan bangunan mewah Sekolah ini.

Ternyata semuanya berpihak pada mereka, dan mereka tidak akan pernah menyia-nyiakan hal yang mereka dapatkan saat ini. Pintu terbuka membuat keduanya berniat turun, di sana mereka disambut ramah oleh seorang Profesor yang akan membimbing mereka.

"Pangeran Ramon Teon Veddira dan Putri Rimonda Teona Veddira telah sampai" nama mereka yang terucap membuat mereka turun.

"Selamat datang Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Putri" salam Profesor itu membuat keduanya tersenyum lebar.