Chereads / The Miracle of Death / Chapter 6 - Unexpected Power

Chapter 6 - Unexpected Power

Cahaya terang dengan warna merah dan ungu itu muncul dari tubuh si kembar. Kedua anak kecil itu terlihat terkejut akan cahaya yang muncul dari tubuh mereka berdua. Padahal keduanya sedang bermain bersama untuk menghilangkan rasa sesak mereka.

Tapi mereka malah di kejutkan dengan hal yang aneh dan tidak bisa mereka percaya itu. Mereka berdua berdiri dengan kedua manik yang membulat sempurna saat melihat tubuh mereka tiba-tiba saja bersinar. Bahkan para pelayan yang berdiri tidak jauh dari mereka juga terkejut akan hal itu.

Sampai kedua cahaya berbeda warna itu mulai meredup dan hilang bagai tidak pernah ada sama sekali. Si kembar saling bertatapan, masih dengan manik yang membulat sampai mereka berdua terkejut dan terjatuh secara bersamaan. Para pelayan juga terkejut saat melihat perubahan Tuan Muda dan Nona Muda mereka.

Para pelayan itu langsung berlari mendekati si kembar dan membantunya berdiri. Tapi si kembar menolak karena mereka masih mengingat perlakuan mereka dulu.

Kedua anak kembar itu saling mendekat dengan kedua tangan yang menyentuh rambut kembaran mereka. Warna rambut emas yang mereka miliki hilang begitu saja dan di gantikan dengan warna rambut perak. Warna perak yang bercahaya dengan sedikit warna ungu dan merah di antara warna perak itu.

Mereka masih terkejut tidak lama mereka bisa melihat sebuah lambang di dahi sebelah kiri mereka. Terlihat sebuah bentuk lambang keluarga Kekaisaran yang di selimuti warna kekuatan mereka masing-masing.

"Ini benar lambang keluarga Kekaisaran bukan!" kaget Ramon menatap dahi Rimonda yang terukir lambang keluarga mereka.

"Kakak juga ada!" sahut Rimonda menatap tidak percaya akan hal yang mereka lihat sekarang.

"Rambut kakak juga cantik" lanjut Rimonda menatap kagum akan rambut Ramon.

"Punyamu lebih cantik..!" sahut Ramon membuat mereka berdua tertawa bersama mengabaikan para pelayan yang terkejut.

Sekarang tidak akan ada lagi yang berani melawan mereka berdua, karena mereka adalah keturunan Kaisar Pertama. Dengan kekuatan ini juga mereka akan balas dendam membuat orang-orang yang menyakiti mereka dulu hancur.

Tapi mereka tidak mau terlalu fokus pada balas dendam saja, karena mereka harus menjalankan tugas dari sang Dewi. Sang Dewi yang sudah membantu mereka, walau waktu itu mereka masih tidak percaya tapi sang Dewi tidak bohong pada mereka.

Bahkan mereka bisa kembali di Kekaisaran lagi dengan keadaan yang baik-baik saja. Dan juga ada kekuatan besar yang tertanam di tubuh mereka berdua saat ini. Mereka saling berpelukan, mencoba melupakan segala rasa sakit mereka dulu.

Walau mereka berumur sepuluh tahun, tapi mereka jelas tau mana yang salah dan benar. Dan mereka akan merubah segalanya demi bertahan hidup, karena mereka bisa saja akan di bunuh Putra Mahkota lagi. Keduanya langsung duduk dengan kedua tangan yang saling menggenggam satu sama lain.

"Ternyata ini kekuatan yang menjadi legenda itu" ucap Rimonda masih kagum akan perubahan di tubuh mereka.

"Sangat indah" lanjut Rimonda tersenyum lebar membuat Ramon ikut tersenyum.

'Kita tak boleh lengah Monda'

Rimonda mengangguk setelah mendengar telepati Ramon, mereka tetap harus waspada. Karena mereka tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini, bahkan mereka tidak yakin Kaisar akan membantu mereka. Dan mereka juga yakin Putra Mahkota akan melakukan hal lain untuk menyingkirkan mereka berdua.

Selama itu juga, mereka harus bisa membuat Putra Mahkota turun dalam tahta. Jika semua itu berjalan lancar maka balas dendam mereka sudah terwujud. Jujur saja, mereka tidak pernah berniat melakukan balas dendam seperti ini.

Tapi mereka mau bertahan hidup di Kekaisaran ini, sebelum akhirnya mereka bisa bebas di Istana ini. Dan selama itu mereka harus bersabar dan terus berusaha untuk bertahan.

Mungkin mereka berpikir untuk membuat Putra Mahkota turun tahta, tapi mereka tifak tau siapa yang layak mendapatkan tahta itu. Dan Ramon tentu menyuruh Rimonda untuk menjadi Kaisar di Kekaisaran Veddira. Tapi Rimonda menolak karena di tidak mau terkurung di Istana untuk selamanya.

'Jangan berpikir untuk kabur, kalau kita membuat dia turun tahta salah satu di antara kita harus menduduki tahta itu' batin Ramon menatap Rimonda yang terlihat kesal.

'Kakak saja!' sahut Rimonda membuat Ramon menghela nafas.

'Aku tidak bisa, aku lebih cocok jadi tangan kanan adik cantikku ini' jawab Ramon mengusak kepala Rimonda yang masih kesal.

'Tapi kak, aku ingin bebas' sahut Rimonda menatap Ramon yang terdiam sebentar.

'Monda jika ingin balas dendam maka lakukan hingga akhir' ucap Ramon menatap pada manik ungu milik Rimonda yang bersinar terang.

'Kita tidak bisa lari dari tanggung jawab, kalau kita kabur lalu siapa yang akan ada di tahta itu tentu saja putra mahkota akan menempati tahta jika kita pergi. Percaya sama kakak, kakak akan membuat adik kesayangan kakak ini untuk bisa menempati tahta itu dan menjadi Kaisar wanita pertama di Kekaisaran'

Tidak salah jika Ramon mengatakan itu, karena jika dia menjadi Kaisar pasti Putra Mahkota akan balas dendam. Dan Putra Mahkota akan membunuh dia dan Rimonda tanpa mereka sadari, tapi jika Rimonda yang naik tahta Ramon bisa menjaga Rimonda. Dia akan menjadi tangan kanan Rimonda dan akan selalu pergi dan menjaga Rimonda dengan baik.

Walau mereka sama-sama ingin balas dendam mereka tidak pernah berpikir untuk memiliki tahta Kekaisaran. Tapi sekarang berbeda, karena mereka juga harus melakukan semuanya sampai akhir. Dan Ramon yakin akan hal yang dia katakan saat ini, membuat Ramon mengusak rambut Rimonda lagi.

Mereka melirik perlayan yang ternyata masih menatap mereka berdua tapi tidak berani mendekat karena mereka yang melarang untuk mendekat. Mereka langsung berdiri dengan tangan yang saling bergandengan dan berjalan untuk masuk ke kamar mereka. Karena banyak yang harus mereka rencanakan kali ini, demi mereka bertahan hidup.

Tapi saat keduanya akan pergi terlihat sang Kaisar yang mendekati mereka berdua. Keduanya terkejut dan saling bertatapan untuk memastikan apa yang mereka lihat adalah kenyataan. Dan ternyata hal itu benar, bahwa sang Kaisar menghampiri mereka dengan pengawalnya. Mereka terdiam dengan manik menatap sang Kaisar yang berjongkok menatap mereka berdua.

Apa kali ini Kaisar mengakui kehadiran mereka karena kekuatan mereka. Itulah yang mereka pikiran sampai Yang Mulia Kaisar tersenyum tipis namun masih bisa mereka lihat. Mereka berdua tidak peduli dan hanya menatap Yang Mulia Kaisar dengan tatapan datar.

"Kalian apa baik-baik saja?" ucap Yang Mulia Kaisar menatap lembut kedua anaknya.

Mereka tersenyum ramah menyambut sang Kaisar atau ayah mereka "Salam pada Yang Mulia Kaisar, sang Matahari Kekaisaran" ucap mereka membungkuk sopan.