Langkahnya pelan, suara sepatu yang beradu dengan lantai itu terdengar begitu berisik. Dia hanya sendiri berjalan melewati setiap lorong yang minim cahaya, untung saja dia membawa lilin membuatnya bisa melihat jelas di setiap langkahnya.
Tatapannya fokus ke arah depan, mengabaikan keheningan yang memenuhi dirinya. Suara kakinya yang menggema itu cukup untuk membuatnya tidak sabar. Semakin lama, dia semakin tau bahwa dia sudah dekat.
Sebuah senyuman terukir, tapi sayangan itu bukanlah senyuman yang terlihat manis ataupun tulus namun senyuman miring yang semakin mengerikan di setiap langkahnya. Dia menghembuskan nafas kasar, menatap ke arah satu sel yang di isi oleh satu orang.
Orang itu hanya diam, ikut mengejek tamu tidak di undangnya yang terlihat menyeringai. Dia hanya diam, menunggu sang tamu untuk mengatakan sesuatu padanya. Memangnya apa lagi alasan orang itu mendatanginya yang seorang pengkhianat.
"Sepertinya kau sudah tau"