Kami mendarat dengan mulus, aku ragu dengan sambutan yang seharusnya bukan untukku ini. Semua penduduk kota ini seperti sudah menunggu kedatangan kami dan berteriak 'Komandan Baldric' yang ditujukan padaku, itu bukan namaku.
Benda hitam terbang yang seperti kulihat di medan perang tadi menjemputku dengan satu orang yang mengoprasikan benda tersebut dan membawaku ke bangunan paling besar di kota ini sampai memasuki ruangan seperti aula, disini aku dikawal oleh beberapa orang lalu mereka mengarahkanku ke suatu tempat diatas menaiki lift.
Diatas aku sudah disambut oleh banyak orang dan seseorang yang duduk di kursi besar. Dengan menaikkan kakinya dia mengunyah sesuatu, menurutku ini bukan perilaku sopan santun melihat banyak orang disekitarnya berprilaku formal layaknya sedang rapat.
"Selamat Baldric!! Berkat usahamu ambisi kita untuk menguasai Negara ini sudah seribu langkah lebih maju, HAHAHAHAAA!!" tertawa lantang dihadapanku.
Eh?apa dia tertawa? Kenapa dia tertawa oleh ucapannya sendiri aku heran dengan orang ini."Kau ini siapa?"
"Kurang ajar kau Baldric, jadi sombong karena usaha kecilmu ini!" merasa tersinggung oleh pertanyaanku yang sederhana.
"Mohon maafkan Komandan Baldric , Beliau mabuk perjalanan dan kepalanya sempat terbentur disana," pengawal yang tadi mengantarku seperti melindungiku.
"Baiklah kubiarkan kau istirahat dan bersiap untuk penobatanmu sebagai pimpinan militer baru besok," kata-kata disertai senyuman licik dan penuh kesombongan yang tidak kumengerti.
"Komandan Baldric, biar kuantar ke tempat istirahatmu."
Woahh ruanganku ini lumayan besar juga yaa.. sangat modern seperti aku pergi ke masa depan.
"Dipersilahkan Komandan beristirahat."
"Ya, terimakasih."
Lalu dia pergi.
Sampai disini pun aku belum mendapat informasi apapun selain perang yang disebabkan oleh orang yang bertingkah layaknya raja tadi dengan perkataannya menguasai negara.
Setidaknya seluruh tubuhku ini terasa pegal dan sakit aku memang butuh istirahat mungkin aku bisa menggali informasi dari seseorang disini besok.
ttrrnggg
Perutku bunyi, ah benar juga pagi ini aku memang belum sarapan bahkan waktu pagi tadi seharusnya aku menyantap masakan ibuku. Tapi malah aku entah ada di negri mana sekarang. Bagaimana caraku mendapat makanan disini, semoga saja di ruangan ini ada sesuatu yang bisa kumakan.
"Ah.. benda itu seperti kulkas," pandanganku menatap ke pojok ruangan.
Benda kotak persegi yang mirip dengan kulkas ini bagaimana cara membukanya, biasanya ada pegangan untuk menarik pintunya kalau benar ini kulkas. Aku sempat kebingungan dengan melihat memperhatikan beberapa kali sampai akhirnya ternyata ada semacam tombol.
"Mungkin ini tombol bisa berfungsi." aku menekan tombol yang ada pada benda persegi ini.
ssrrrttzz
Wahh muncul gambar di bagian depan benda ini, ada gambar-gambar makanan yang menggiurkan. Tanpa berlama-lama beberapa menu aku 'klik' dan benda itu terbelah menjadi mirip seperti meja makan.
Lalu aku mengambil kursi yang sudah ada di sebelah benda itu sejak tadi untuk diduduki.
(20 menit)
"Wahh kenyangnyaa.. ini nikmat sekali, rasa yang belum pernah kucoba sebelumnya."
Setelah selesai menyantap makanan tadi aku mengantuk dan tak lama langsung berbaring di kasur.
>>><<
(keesokan harinya)
Dalam keadaan setengah sadar aku meraba sekitarku mencari hp, tapi tidak kutemukan."Dimana hp-ku?"
"Sejuknyaa.. apa ibu memasang AC di kamarku," udara yang menyejukkan.
Setelah benar-benar aku membuka mata baru kusadari ini bukanlah kamarku. Semua kejadian yang kuingat sampai terakhir itu ternyata bukan hanya mimpi.
Sempat rasa takut yang begitu terasa menyelubungi hati dan pikiranku mengingat kalau aku tak bisa kembali ke dunia asalku dan tak bisa berjumpa dengan orang-orang yang kukenal.
*kkrrriiingg*
Benda disamping tempatku tidur berbunyi awalnya kukira itu alarm seperti biasanya tapi setelah kutekan tombolnya keluar hologram seorang pria berseragam.
"Selamat pagi Komandan Baldric. Syukurlah anda sudah bangun, semuanya sudah mempersiapkan acara penobatan dan 30 menit lagi acaranya dimulai," orang yang ada di hologram bicara padaku.
"Oke, hmm.. kemana aku harus pergi setelah ini?"
"Acara penobatan anda akan berlangsung di Aula Istana sebagaimananya acara formal diselenggarakan."
Setidaknya aku saat ini harus mengikuti alur dan sambil mengumpulkan informasi untuk pulang ke dunia asalku. Aku sepertinya harus memakai pakaian formal untuk acara semacam ini. Mungkin seragamku yang kemarin cocok tapi mengingat seragam yang kukenakan kemarin kotor dan porak-poranda akibat situasi perang aku harus mencari pakaian yang serupa di lemari.
"Semua pakaian tampak sama, apa ruangan ini memang khusus untuk perwira?"

Berjalan melewati lorong-lorong panjang dan banyak orang yang sudah menunggu diluar sana kulihat dari pintu yang terbuat transparant tapi aku tak melihat sosok yang sempat membuatku kesal kemarin duduk di kursi besar.
Seorang berpakaian rapih dan resmi walaupun aku belum pernah melihat model pakaian semacam yang dikenakannya dan orang-orang, dia membimbingku memasuki aula "Silahkan Komandan memasuki Area penobatan."
Acara ini berlangsung dengan suka cita seperti yang biasa terjadi di dunia asalku. Ditengah-tengah pesta setelah penobatanku aku berpikir inilah kesempatanku untuk mendapat informasi tentang dunia ini dan mencari cara kembali.
"Selamat Baldricc!!" perwira wanita yang kutemui di pesawat perang kemarin tersenyum padaku.
"Siapa?" dengan maksudku untuk mengetahui identitasnya.
"Hoi Baldric.. bercandamu ini yaa.. aku ini Alice! Alice loh," wajahnya memerah sambil agak cemberut.
"Apa kamu dengan mereka benar-benar percaya kalau akulah orang yang disebut Komandan Baldric,"
Dia tidak langsung menjawab dan seketika ekspresinya berubah menjadi sedikit serius.
"..Apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Aku tanya, apakah aku kelihatan seperti Komandan Baldric?"
Dia mengajakku berbicara di tempat yang jauh dari keramaian ini dengan menarik lengan bajuku, "Apa kamu serius bertanya?"
"Yaa tentu saja, aku tak mengenal siapa itu Komandan Baldric apalagi kalian"
"Memang belakangan ini tingkah dan perkataanmu selalu aneh"
"Apa kamu tau sesuatu? Ceritakan semuanya, kumohon!"
Sambil aku memohon akhirnya dia mau menceritakan segelanya tentang dunia ini.
"Baiklah, aku setelah melihat ekspresimu ternyata kamu serius jadi kuanggap saja percaya semua ini. Komandan Baldric adalah seorang patriot yang bergabung dengan militer sejak ia masih muda bahkan sudah diatur oleh orangtuanya yang seorang yang sangat berpengaruh disini. Baldric muda adalah seorang yang penuh semangat tinggi."
Aku memotong ceritanya tentang seseorang yang bernama Baldric karena ada hal yang menurutku saat ini lebih utama untuk kuketahui.
"Tunggu dulu.. ini agak terlambat tapi semenjak aku kesini bahkan aku tak tau nama tempat ini, apa ini benar pelanet bumi?"
Walaupun iklim dan penampilannya mirip bumi tapi memang benar kalau kuperhatikan ada beberapa hal yang sangat berbeda dari bumi yang kukenal.
"Bumi? Apa itu.. planet ini bernama Alix berada di galaksi Brunhilde urutan ke 4 yang terdiri dari 8 planet dengan Magnilda sebagai pusatnya"
"Yang kamu sebut Magnilda itu apa maksudnya matahari? Maksudku.. apa fungsinya menerangi?" aku bertanya padanya.

"Yaa betul, kamu tahu.. di Alix ini sumber daya begitu melimpah kami orang-orang Marlis sebenarnya bukan asli penduduk Alix melainkan dari planet tetangga Rudelle. Kami pindah karena suatu alasan yaitu planet kami yang sudah kehabisan sumber daya alam, akibatnya kami mengungsi ke planet terdekat."
"Perang. Bagaimana tentang perang? Kalian penjajah disini?" aku menanyainya masalah perang yang terjadi.
"Awalnya pemimpin kami adalah Raja Roch seorang yang bijaksana dan bernegosiasi dengan pribumi disini orang-orang Selig, dan menawarkan kesepakatan memberikan teknologi kami pada mereka, tetapi anak lelaki dari isterinya yang ke-2 adalah kakakmu Onminus.. eh maksudku kakaknya Baldric tak terima kesepakatan tersebut dia adalah seorang Jendral pada awalnya sekarang menjadi penerus."
"Dia kakaknya Baldric?"
Orang yang sombong dan menyebalkan harus menjadi kakaknya Baldric berarti terpaksa aku harus berperan sebagai adiknya untuk sementara di dunia ini,
"Ya, Baldric adalah anak dari istri Raja yang ke-3 saat ini sedang diluar kota ini memimpin sebuah kota lain yang damai. Raja wafat karena insiden kerusuhan di tempat orang Selig, sebenarnya dugaanku adalah Onminus dalangnya tapi aku tak berani bertindak gegabah dia sekarang menjadi penerus dengan kepemimpinannya yang diluar norma kebaikan Bangsa Marlis."
"Jadi kemungkinan ini adalah akar dari sebab peperangan serta perselisihan dengan bangsa Selig."
Dengan begini aku sudah dapat menyimpulkan bahwa peperangan yang hampir membuatku terbunuh kemarin adalah ulah dari Onminus yang pecundang bahkan aku tak melihatnya kemarin di medan perang.
Lalu setelah informasi yang kukumpulkan saat ini lumayan cukup untuk permulaan, butuh waktu untuk memahami semuanya. Aku memintanya melanjutkan cerita tentang Komandan Baldric.
"Maaf tadi memotong ceritamu tentang Baldric, bisa dilanjutkan?"
"Y-ya tentu saja. Komandan Baldric adalah pemimpin baris depan militer sekaligus agen khusus yang meneliti dan mengumpulkan informasi tentang penduduk asli pribumi, dia telah menjalin kontrak dan bersahabat dengan orang Selig. Dia adalah rekanku dan kuberharap lebih dari itu."
Aku merasa kasihan dia mengatakan hal semacam itu pada orang yang jiwanya sudah bukan orang itu lagi, walau kubilang muka asliku dengan Baldric tidak memiliki perbedaan kecuali dia memiliki tubuh yang terlatih.
"Bagaimana aku bisa kembali ke dunia asalku?"
"Yang kutahu orang Selig memiliki kemampuan sihir dan itulah yang membedakan kami orang Marlis dengan mereka. Baldric dekat dengan para pemimpin Selig yang mungkin saja ada kaitannya dengan jiwamu yang mendiami tubuh Baldric. Aku mau tanya, apa wajah aslimu disana setampan Baldric?"
"Hah? Setelah melihat banyaknya cermin kurasa wajah kami tidak memiliki perbedaan tapi postur tubuh kami yang berbeda mungkin karena Baldric tergabung ke militer sedangkan disana aku hanya seorang lelaki yang baru lulus SMA dan sedang mencari kerja."
"Apa SMA itu nama sebuah akademi atau gelar?" dengan rasa penasarannya yang tinggi menanyakan tentang SMA.
"Hh.. ya itu sebuah gelar," menurutku ini memang sebuah gelar untuk orang sepertiku.
"Waahh.. ternyata kamu orang yang terhormat," rasa kagum yang terpancar di wajahnya. "Baiklah aku tak meragukanmu, kubantu kamu mencari cara kembali," dengan tatapan yang serius dia mengatakan akan siap membantuku.