Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Prins Der Duitsternis

🇮🇩Blue6104
--
chs / week
--
NOT RATINGS
6.5k
Views
Synopsis
Jika kematian semua orang di tangan Tuhan, maka kematianmu ada di tanganku.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1

Tap...

Tap...

Tap...

Langkah sepasang kaki memecah keheningan dalam sebuah bangunan kosong yang gelap. Tungkainya terayun dengan tenang menyusuri sebuah lorong panjang yang mempertemukannya dengan sebuah pintu ganda bercat hitam pekat.

"Aku akan membalaskan apa yang terjadi padamu dan orang tua kita dimasa lalu,"

"Aku akan hidup untuk membalas perlakuan mereka terhadap kita,"

"Masuklah dan katakan apa keinginanmu, Cleon Lauda!" Sebuah bisikan dari dalam pintu mengundang sosok pria itu untuk segera masuk kedalam.

Pintu terbuka secara tiba-tiba, keduanya terbuka begitu lebar menampakan sisi kosong dari dalam ruangan itu, gelap seolah tak ada kehidupan.

"Masuklah, maka kemarahanmu akan terbalaskan. Mereka akan mendapatkan balasan sesuai yang kau inginkan Lauda!" bisikan itu lagi-lagi mendenging di telinga pria yang masih berdiri kokoh dihadapan pintu yang terbuka lebar untuknya.

"Mata dibalas mata, maka nyawa dibalas nyawa, Lauda. Tak ada waktu bagimu untuk berfikir. Mereka akan hidup bahagia jika kau masih berdiri disana!" teriakan kencang membangunkan pria itu dari keterdiamannya. pandangannya menajam ke arah ruangan gelap dihadapannya.

sebuah seriang tajam dan mata merah menyala muncul disana menarik pria itu masuk hingga pintu tertutup sempurna dengan gebrakan yang begitu kencang.

"Balaskan dendamku pada mereka, maka nyawaku akan kuberikan padamu."

"Kau benar Lauda, apa yang kau lakukan adalah benar Lauda. Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dengan balasan nyawamu untukku!"

"Prints Temnoty!" bisik sosok menyeramkan bermata merah itu dengan tangan yang menggapai wajah si pria.

"Mulai hari ini, kau terikat denganku!"

***

"Sir Nikk Lauda?" panggil seseorang pada seorang pria tinggi yang baru saja keluar dari pintu kedatangan dengan menggeret kopernya di sisi kiri.

"Yes, I'm!" jawab pria itu dengan senyum simpul yang membuat sang pemanggul tertegun melihat penampilan pria tinggi dihadapannya.

"Ren Carter?" tanya Nikk balik seraya menatap pria yang tak lebih tinggi dihadapannya.

"Ah! Yes, I'm. Welcome to Barcelona sir." Sahut Ren dengan senyum ramahnya.

"Ya, thank you mr. Carter!"

"Just call me Ren, sir. I'm just your household assistant."

"No, I know you are."

Nikk tersenyum seraya memandang ke arah Ren penuh arti kemudian melangkah mendahului Ren keluar dari bandara, membiarkan Ren mengikutinya dari belakang dengan kopernya.

"Bagaimana kabar Mr. Feliaz?" tanya Nikk saat mereka sudah berada dalam perjalanan menuju rumah yang akan Nikk tinggali bersama Ren sang asisten dan beberapa maid disana.

"Seperti yang anda ketahui, beliau mengurus Rumah sakit dengan sangat baik, keluarganya hidup dengan sejahtera." Balas Ren tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

"Kau sudah siap?" tanya Nikk kembali.

"Always sir, I'm waiting your orders." balas Ren dengan semangat.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan Ren,"

"Yes, sir."

"Ah! Anda sudah bisa mulai kerja besok pagi, tuan Feliaz menunggu anda besok untuk perkenalan."

"Ya, terimakasih." balas Nikk dengan anggukan singkat.

"Sir, your eyes..."

"This is the most interesting, isn't it?" tanya Nikk retoris seraya menatap Ren dengan senyuman tajam.

"So adorable sir," balas Ren setuju dengan pendapat Nikk.

Nikk beralih menatap kaca jendela dengan senyuman tipis, kedua matanya yang memiliki warna berbeda bersinar dengan terang, ungu di sebelah kanan dan orange di sebelah kiri. warnanya kemudian berubah menjadi merah, semerah darah dan kembali pada warna semula.

"Lauda, kau mengantarkanku dengan cepat pada makananku!"

"Apapun akan kulakukan demi mereka!"

***

"Jika kematian semua orang ada ditangan Tuhan, maka kematianmu ada ditanganku!"

Crashh...krek...

Brak... Blarr...

"Tak akan kubiarkan kau hidup dengan tenang!"

"Tidak! Cleon tidak! jagan lakukan!"

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan Cleon,"

"Kematianmu, tak akan pernah bisa menggantikan kematian keluargaku, kau tak pantas hidup dengan damai di dunia maupun di akhirat. Kau pantas untuk menderita selamanya!"

mata semerah darah itu semakin mengkilat saat tangan berkuku tajambya berhasil mengoyak tubuh lemah dihadapannya hingga tak bernafas.

Darah mengalir deras dari kepala sosok tak bernyawa dilantai dingin gedung kosong itu, matanya terbuka lebar, bibirnya mengeluarkan darah, kepalanya pun tak kalah menyedihkan. tubuhnya terkoyak dan memuncratkan darah yang menyedihkan.

"Tak akan kubiarkan kalian hidup tenang bahkan jika aku mati sekalipun. Aku akan menghantui kalian dan membuat kalian mati mengenaskan!"

"Rasanya tak seperti ekspektaskku. jiwanya terlalu menyedihkan, bau darahnya tak menyenangkan. Dia orang baik sepertinya,"

"Sayangnya dia lahir sebagai Feliaz dan hidupnya tak akan bertahan lama."

"Ya, kau benar. tapi setidaknya aku masih memiliki makanan walaupun tak bisa memuaskan nafsuku!"

***

Saat Nikk tiba di lobi rumah sakit semua pasang mata langsung beralih padanya, memperhatikannya dari atas sampai ke bawah kakinya.

sorot mata mereka berhenti pada sepasang mata Nikk yang begitu unik dengan dua warna berbeda. tatapan kagum dan penasaran saling terpancar dari setiap orang yang melihat Nikk melangkah melewati mereka.

Bruk...

Langkah nik terhenti saat seorang anak kecil tak sengaja menubruknya.

"Sowy sir!"

"It's ok. But, don't run, you can fall boy." balas Nikk ramah dengan senyum menawan seraya berjongkok mensejajarkan diri dengan bocah dihadapannya.

"They're try to catch me, so I run," jelas bocah laki-laki itu seraya menunjuk ke arah belakangnya dan menunduk dengan penyesala.

"Good morning sir, thank you for catch him for us!" seorang suster membungku ke arab Nikk dengan nafas terengah seraya menangkap bocah kecil itu.

"Will, kau tidak boleh lari dirumah sakit," tegur sang perawat dengan nafas terengah.

"Apa yang terjadi suster?" tanya Nikk seraya berdiri setelah bocah kecil itu sudah bersmaa sang perawat.

"Dia akan melaksanakan kemoterapi, tapi dia menolak dan kabur dari ruang perawatan." jelas sang perawat masih dengab nafas terengah tapi gak seburuk tadi.

"Hey boy, kenapa kau lari?" tanya Nikk seraya membungkuk dan memegang pundak bocah itu.

"Aku bosan, kemoterapi menyakitkan!" teriak anak itu kemudian menangis.

"Hey! calm down boy. Kami tak akan memaksamu. Look! kemoterapi memang menyakitkan, tapi kau akan cepat sembuh setelah kemoterai, kau bisa bermain lagi, pulang kerumah, tidur bersama ayah dan ibu lagi." jelas Nikk dengan tatapan meyakinkan pada bocah dihadapannya.

"Benarkah?" tanya si bocah tak percaya seraya menengadah menatap suster yang berasa disampingnya.

"Tentu saja, selama Will menjadi anak baik, mau melakukan kemoterapi. Will akan cepat sembuh dan pulang ke rumah, nanti bisa main bola lagi dengan teman-teman." jelas sang perawat mengiyakan pertanyaan bocah kuris itu.

"Tidak bohongkan?"

"Tidak, asalkan Will berjanji untuk melakukan kemoterapi dengan rutin dan jadi anak yang baik," sahut Nikk dengan cepat, mengabaikan tatapan sendu sang perawat padanya.

"Kalau begitu ayo! Will mau kemoterapi suster," ajak Will bersemangat dengan senyum cerah.

"Terimakasih tuan, saya permisi dulu," pamit sang perawat kemudian pergi bersama Will dalam gandengannya.

Nikk hanya menganggu sebagai jawaban disertai senyum tipisnya, kemudian pergi ke arah yang berlawanan dengan sang perawat.

"Hari pertamamu sepertinya sangat berkesan dihadapan semua pengunjung dan pegawai disini," sebuah suara mengintrupsi Nikk yang sedang menunggu pintu lift terbuka.

"Ah! Sir Feliaz, morning sir!" sapa Nikk ramah seraya membungkik singkat pada pria tua disampingnya.

"Morning Nikk, apa kabar?"

"Sehat, seperti yang anda lihat. Anda tak menua sir, tampak selalu muda," puji Nikk dengan senyum ramah seperti sebelumnya.

"Haha, berhenti membual, aku sudah sangat tua sekarang. Ayo, kita langsung ke ruang pertemuan saja, setelah itu kita bicara diruanganku," ajak tuan Feliaz saag pintu lift terbuka.

"Baik pak, silahkan," kata Nikk seraya menggeser tubuhnya dan mempersilahkan Feliaz masuk terlebih dahuli.

Feliaz mengangguk seraya menepuk bahu Nikk pelan dan masuk ke dalam lift diikuti sekertarisnya dan Nikk selanjutnya.

setianya mereka di ruang pertemuan. tuan Feliaz langsung membuka acara pertemuan dan mempersilahkan Nikk untuk memperkenalkan dirinya.

"Selamat pagi semua! Perkenalkan nama saya Nikk Lauda, saya dokter Onkologi yang di transfer dari rumah sakit utama ke sini atas panggilan Sir Feliaz. Mohon bantuannya."