Chereads / PILIHAN HATI / Chapter 9 - Cerita 9

Chapter 9 - Cerita 9

"tapi kenapa dia sekarang seperti itu?"  tanya dewa masih tak percaya, dia menatap bingung pada paman dan bibinya, sedangkan dua orang itu hanya senyum-senyum saja.

"dia makin cantikkan..katakan saja wha.. nggak usah malu-malu.." kata bibi menggodanya, dan ternyata dewa memang jadi salah tingkah beneran, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"tapi aku.. aku lebih suka dia yang dulu.." kata dewa agak gugup dan tersenyum kecut.

"masa sih.. bibi nggak percaya.. bukankah semua laki-laki lebih suka kalau istrinya jadi lebih cantik.. sekarang nami banyak yang suka loh.." kata bibi masih bercanda, wajah dewa dalam hitungan detik langsung berubah tegang, melihat itu paman langsung menepuk pundak dewa.

"dewa nggak usah kwatir.. bibimu hanya bercanda, nami itu sangat mencintaimu.. dia selalu sadar kalau dia telah menikah, cincin pernikahan kalian selalu dipakainya, dan kalau ada yang mulai lebih dia selalu mengatakan kalau dia sudah menikah.." kata paman berusaha menenangkan dewa, wajah dewa sedikit memerah dia bahagia mendengar perkataan pamannya.

"makanya nak.. jangan terlalu lama meninggalkan istri, kalau dia diambil orang gimana?" kata bibi menambahkan, tapi paman memberi kode kepada bibi untuk diam.

"nami jadi kayak itu mungkin karena selama tinggal dikota dia selalu makan makanan siap saji yang kurang bergizi dan membuat lemak bertumpuk, sedangkan disini dia hanya makan sayur dan buah yang segar, sehingga tubuhnya kembali ke ukuran yang asli.." paman anto berusaha mengalihkan pembicaraan dengan menjelaskan tentang perubahan bentuk ukuran tubuh nami, nami yang dulu seukuran tiga kali tubuh gadis pada umumnya sekarang berubah jadi langsing dan seksi.

" iya benar wha.. nami itu tak pernah diet loh.. bibi melarangnya diet karena itu berbahaya, lagi pula bibi tau kau tak pernah keberatan dengan ukuran tubuhnya kan?.., kau hanya marah karena dia tak mau terbuka padamu.. jadi selama disini kalau bibi punya kesempatan ngobrol berdua dengan nami, bibi selalu menasehatinya untuk berkata jujur pada suami..tapi kamu juga jangan dulu marah sebelum mendengar penjelasannya.." kata bibi nina menasehati, dewa hanya diam dan manggut-manggut.

Ya sudah.. bibi masuk dulu mau menyiapkan makan siang buat kita, kamu ingin bibi buatkan apa?" tanya bibi

"apa saja bisa.. terserah bibi.." dewa tersenyum, dan bibi nina langsung masuk dia mencari nami untuk membantunya memasak.

Sewaktu bertemu dewa tadi nami langsung meninggalkannya dan masuk kedalam rumah, itu bukan karena marah atau takut tapi karena nami merasa malu dari bangun pagi dia belum mandi sudah langsung berkebun, dia malu kalau dewa akan mencium bau busuk dari tubuhnya yang belum mandi dan telah bau keringat, didepan dewa nami selalu ingin tampil sempurna.

Selesai mandi nami diminta bibi nina untuk membantunya memasak menu kesukaan dewa, dengan penuh semangat nami membantu bibi didapur. Sewaktu melewati ruang keluarga disana nami melihat dewa dan paman anto sedang ngobrol tentang proyek baru yang ingin dewa kembangkan yang ada hubungan dengan pertanian, saat nami lewat itu, dengan terang-terangan dewa menatapnya bahkan pandangannya tetap mengikuti nami yang lewat didepannya, paman anto hanya tersenyum melihatnya. Begitu juga saat mereka sedang makan, nami yang terbiasa mencuri pandang melirik dewa, jadi jadi tak berani lagi, karena dewa terus saja menatapnya.

"duduklah, kau tak perlu membantu bibi, ada yang harus aku bicara denganmu.." kata dewa pada nami, dan dia meminta maaf pada bibinya.

"sebelumnya aku minta maaf karena tak hadir diacara wisudamu.. aku tak mau datang karena kau tak memintaku datang kan?" kata dewa memuai pembicaraan setelah tadi mereka saling diam untuk sesaat.

"aku meminta paman untuk mengundangmu datang.." kata nami pelan

"aku nggak mau kalau paman yang bicara, itu acaramu kenapa paman yang harus menyampaikan.." kata dewa kesal.

"tempo hari kau bilang untuk menghubungimu aku harus lewat paman.." kata nami dan langsung tertunduk takut karena dewa menatapnya tajam.

"kalau penting sekali harusnya kau harus berani menantang aturanku.." kata dewa kesal, dia kesal pada nami yang terlalu patuh dan dia juga kesal pada dirinya karena membuat aturan itu.

"maaf.." kata nami pelan.

"itu bukan salahmu, itu salahku.. makanya tadi aku minta maaf.. padahal aku sangat mengharapkan kau menelponku.. tapi sudahlah.." kata dewa, dia teringat hari itu dia uring-uringan sepanjang hari karena panggilan telpon dari orang yang sangat dia harapkan tak kunjung dia terima, mau menelpon duluan dia gengsi maka hari itu semua anakbuahnya yang menjadi pelampiasannya.  

" sudah ah.. sekarang kita bahas masalah kantor, aku perlu bantuanmu.. di kantor aku terlalu sibuk dan tak punya waktu lagi untuk memeriksa pembukuan keuangan kita, aku perlu orang yang bisa memeriksa itu untukku.. harusnya itu juga memang tugasmukan?" kata dewa pura-pura berkata sinis, padalah sebenarnya dia hanya ingin membawa nami pulang, hanya gengsi mengatakan terus terang.

"aku memang lulusan S2 keuangan, tapi aku belum punya pengalaman.." kata nami, dia menatap dewa.

"pulang dari sini kau bisa magang dikantor.. dan belajar dasar-dasar dan sumber keuangan kita.."

"tapi aku takut mereka tak menyukaiku.."

"kalau mereka tak menyukaimu, kau bisa mengatakan aku suamimu dan siapa kamu sebenarnya.."

"justru itu penyebab mereka tak akan menyukaiku.."

"jadi maksudmu kau tak ingin mengakui kalau aku suamimu?" tanya dewa dia sedikit kesal.

"aku sangat ingin mengakuinya, tapi aku takut mereka berpikir aku tak pantas buatmu, bukankah selama ini memang seperti itu?" kata nami agak takut, dewa menatapnya kesal tapi apa yang dikatakan nami itu benar tempo hari dewa sedikit kerepotan karena ada pegawai yang menghina nami dibelakangnya dan kebetulan didengar oleh dewa, sehingga dia harus memecat pegawai itu, dan semakin banyak yang tidak menyukai nami.

"tapi kamu sekarang sudah bedakan..  ah..sudahlah..terserahlah kau saja.. yang penting kau harus pulang dan membantuku bekerja.." kata dewa pasrah, dia tak peduli lagi yang dia inginkan sekarang hanyalah bisa membawa nami pulang.

"terima kasih.." kata nami tersenyum menatap dewa.