Dari sana, aroma karbol itu sudah tidak ada lagi. Tercium aroma alam yang sejuk karena ada beberapa pohon rindang yang tumbuh di sekitar sana. Langit biru jelas terlihat. Jalanan sepi dan terasa sangat damai.
Terdengar suara langkah kaki, lalu berhenti di tengah jalan. Naik ke atas, terlihat kedua tangan yang disimpan masuk ke dalam saku swater putihnya. Sweaternya yang di depannya bertuliskan 'DARK' dengan tulisan kapital dan dengan tinta berwarna hitam menjadi sorot mata orang yang melihatnya. Tapi, itu bukanlah hal yang menarik dari semuanya, karena wajahnya lebih menarik dibanding tempat dan sweater yang dikenakannya.
Wajahnya yang tampan, namun terkesan dingin. Memiliki rahang yang tegas, kulit yang putih cerah, sorot mata yang tajam, hidungnya yang mancung, dan alis matanya yang tebal sesuai dengan selera para wanita. Tatapan matanya selalu menyorot dengan tajam. Membuat panah asmara menembus jantung para wanita yang bertatapan dengannya.
"Tring!"
Suara handphone yang tidak jauh darinya berbunyi. Handphone miliknya berbunyi dari dalam saku sweaternya. Pria dengan warna rambutnya yang hitam itu merogoh sakunya untuk mencari handphone miliknya lalu mengeluarkannya. Tampak handphone dengan harga yang sangat mahal sedang berada di genggamannya.
Matanya menyorot layar handphone itu dengan datar. Tidak ada reaksi, lalu berakhir dengan helaan napas panjang miliknya yang berat.
Dia bernama-
"Kak Noah!"
Ah, Altair Noah Ortiz. Altair yang berarti emas, Noah yang memiliki arti tenang, lalu Ortiz yang merupakan nama keluarganya yang berarti berani, kuat, dan beruntung. Secara keseluruhan yaitu anak emas yang memiliki sifat tenang nan berani, kuat, dan beruntung.
Noah menoleh ke sumber suara yang ternyata berasal dari depannya. Matanya menatap lurus, lalu menangkap sosok seorang wanita yang memiliki warna rambut salmon yang sedang mendekat ke arah dirinya berdiri. Perlahan terlihat dengan jelas warna kedua bola matanya yang royal brown nan indah.
"Riley?"
Suara serak yang membuat para wanita kehilangan kesadaran itu keluar dengan spontan. Tatapan Noah tidak percaya bahwa Riley Taylor berada di sekitar sini, karena sebelumnya dia mengantar ibunya untuk pulang.
Riley kini berada di depan Noah. Berjarak sekitar 1 meter karena Noah tidak suka berdekatan dengan lawan jenis. Riley mengerti itu dan dia melakukan apa yang tidak disukai Noah agar dia tidak membencinya.
"Kenapa kau masih berada di sini?" Rasa penasaran Noah tidak bisa ditahan dan akhirnya tertumpahkan melalui mulutnya yang bergerak seenaknya.
Gadis berambut salmon nan panjangnya sampai sepinggul itu mengerti dengan perasaan Noah yang saat ini meraa cemas dengan keadaan ibunya. Karena itu, dengan singkat dan jelas dia mengatakan yang sesungguhnya kepada Noah agar pria itu tidak tersulut emosi.
"Ibu sudah dijemput oleh kepala pelayan lebih dulu dan menyuruhku untuk menetap di sini," jawab Riley.
Noah menganggukkan kepalanya dan kembali melakukan rutinitasnya; yaitu menatap layar handphone miliknya. Entah apa yang membuatnya sampai tertarik untuk melihat tulisan di layar itu.
Yah, mungkin saja itu berita terkini.
Mata royal brown nya kini mengernyit. Keningnya tampak berkerut karena ada sesuatu yang tidak wajar berada di depannya. Riley yang sedang berhadapan dengan Noah itu kini berada di taman rumah sakit yang tepatnya pintu keluar rumah sakit.
"Kenapa kau berada di luar?"
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Noah. Pria bermanik mata midnight express itu masih saja setia menatap layar handphone nya. Menggeser jari telunjuknya pada layar ke atas lalu ke bawah. Matanya terlihat sangat tertarik menatap layar tersebut yang membuat gadis SMA di depannya menjadi cemberut.
"Hei! Apa yang kau baca?! Sampai-sampai kau mengabaikan gadis cantik di depanmu ini!"
Ya, dengan percaya diri yang tinggi dari jiwanya tersebut, Riley berhasil mengatakannya. Meskipun wajahnya berubah menjadi merah padam.
Yang tersangka akhirnya menoleh. Namun, ketika Riley yang tadinya memejamkan kedua matanya kembali membukanya, dia disuguhi wajah yang tidak mengenakkan. Wajah prihatin milik Noah keluar, datar, jijik, bahkan merinding.
"Aku bercanda!" Spontan Riley mengatakannya dengan lantang. Tubuhnya juga tiba-tiba merinding dan kini dia juga merasakan hal yang sama dengan Noah, merinding dan jijik.
Noah menggelengkan kepalanya tidak percaya. Mengusap rambutnya dan mengacaknya dengan kasar. Rambut hitam legam miliknya yang lembut itu menjadi berantakan, akan tetapi hal itulah yang akan menambah poin ketampanannya. Meskipun dia tidak menyadarinya.
"Aku sedang membaca berita. Lebih baik kau membaca berita daripada membuka sosial media yang tidak berguna yang hanya membuang-buang waktumu."
Kata-kata yang menusuk itu tidak berlaku bagi diri Riley. Sepasang mata yang menyaksikan itu menjadi salah tingkah. Melihat wajah Noah yang terlihat frustasi dengan helaan napasnya yang panjang itu membuat degupan jantung gadis itu menjadi tidak karuan.
Dengan cepat dia menepuk kedua pipinya sampai berbunyi dengan keras. Membuat Noah yang tadinya meratapi nasibnya terkejut dengan suara yang keras tersebut.
"Hei, kenapa kau-"
"Ayo kembali ke ruanganmu, kak."
Riley menyela ucapan Noah dan membuat pria tersebut bungkam. Noah memang tidak menyukai omongannya disela, namun untuk saat ini, untuk menghilangkan rasa malunya, Riley harus melakukan hal yang tidak disukai Noah.
"Aku sudah ke luar dari rumah sakit."
Noah mengatakan apa adanya. Dia mengatakan fakta, namun gadis yang bernama Riley Taylor ini malah membeku dengan gaya kakinya yang akan berjalan. Lalu dalam sekejap kepalanya menoleh ke arah Noah. Sungguh terlihat mengerikan.
"Kau serius, kak?"
Tidak lupa dengan panggilan di belakangnya, Riley sudah mati kutu. Dirinya bukan hanya malu dengan perkataan percaya dirinya, namun kini dia dibuat lebih malu dengan tingkah memaksanya.
Noah menganggukkan kepalanya tanpa dosa dan Riley menghela napasnya dengan kasar.
"Bagaimana bisa kau sembuh secepat ini? Kasus seperti ini biasanya hanya terjadi pada orang-orang yang mengalami [Kebangkitan]," ucap Riley.
Noah hanya mengangguk anggukkan kepalanya tanpa minat. Namun, yang disini, yang bertanya sangat minat dengan topik yang dibuatnya.
Riley tentu tidak bisa membaca pikiran orang lain. Karena [Elemen] yang diberikan oleh [System] menurut pemahaman Noah berasal dari alam, seperti Alan yang memiliki [Elemen Kayu] dan Ethan yang memiliki [Elemen Baja].
'[Elemen] milikku ialah [Kegelapan], jika aku mengatakannya kepada Riley, dia pasti akan histeris. Dan lagi, mulutnya yang tidak bisa menjaga rahasia bisa saja membahayakanku,' pikir Noah setelah dia memilih untuk diam berkepanjangan.
'Lagian aku tidak yakin ini bisa dikatakan [Kebangkitan] atau bukan, melihat [Status] ku yang tidak kunjung tampak,' lanjutnya.
"Ini mungkin kebetulan?" jawab Noah seolah dia membalikkan pertanyaan kepada Riley.
Gadis berambut panjang lurus yang ujungnya bergelombang itu tidak ingin menerima jawaban seperti itu. Ia masih berpikir keras dan menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Hingga apa yang sedang dipikirkan oleh Noah barusan keluar dari mulutnya yang kecil dan merah ranum.
"Kau harus jujur. Apa kau mengalami [Kebangkitan]?"