Chereads / HUNTER: Rebirth of The Darkness Monarch / Chapter 15 - [Misi Utama Telah Terbuka]

Chapter 15 - [Misi Utama Telah Terbuka]

"Kau harus jujur. Apa kau mengalami [Kebangkitan]?"

Dan benar dugaan Noah. Apa yang dipikirkannya kini dia hadapi. Dirinya bangga dengan pikirannya yang cepat tanggap dan bisa dibilang pintar tersebut. Dan dengan tenangnya dia menjawab,

"Tidak. Kau lihat, aku langsung masuk rumah sakit begitu terkena serangan dari monster di kafe itu."

Begitu dia mengatakannya dengan santai dan membuat Riley menganggukkan kepalanya, tiba-tiba seseorang terlintas dalam benaknya.

'Bicara tentang kafe, bagaimana kabar Ethan?' pikirnya.

Namun itu hanya pikiran yang akan membuang waktunya dengan menebak-nebak ketimbang bertanya kepada orang yang berada di dekatnya kini.

"Bagaimana kabar Ethan?"

Riley yang tadinya cemberut dan masih merasa tidak terima dengan jawaban Noah kini menoleh ke arahnya. Wajah cemberutnya langsung berubah 180 derajat menjadi wajah yang penuh dengan kebingungan.

"Ethan? Apa itu pria tinggi berambut panjang itu, kak?"

Mendengar tebakan Riley, Noah menganggukkan kepalanya. Gadis itu tentu saja tidak mengetahui Ethan, karena selama ini dirinya tidak pernah mengenalkan teman-temannya kepada ibu dan Riley.

'Wajar saja dia tidak tahu. Aku tidak pernah membawa teman-temanku ke rumah.'

"Ya. Bagaimana kabarnya setelah monster itu?"

Raut wajah Riley tampak berpikir. Gadis sekolahan itu mungkin sedang memproses apa yang ada di otaknya. Memikirkan kejadian sebelumnya karena banyaknya teman-temannya yang berlalu lalang di dalam pikirannya seenaknya. Entah kenapa gadis itu merasa kesal.

"Ah, ingatanku samar-samar. Kalau tidak salah dia pulang dengan keadaan kakinya yang mungkin ... uh, aku tidak bisa mengingatnya."

Keringat mulai keluar dari kening Riley yang lebar. Berkali-kali dia mengibak poni ratanya yang berwarna salmon itu dan berkali-kali pula dia menarik napas dengan berat. Kepalanya terasa sangat sakit, berdenyut, dan pusing sampai-sampai tubuhnya membungkuk untuk menahan rasa sakit.

Karena sudah tidak sanggup untuk memaksa ingatannya kembali, Riley menyerah dan berkata dengan lesu,

"Kenapa kepalaku terasa sangat sakit."

Noah yang melihat tingkah Riley yang merasa kesakitan itu mengernyitkan matanya. Perasaan cemas pada Riley yang merupakan sepupunya itu timbul begitu dia mengeluh rasa sakit ketika mengingat kejadian sebelumnya.

'Dia tidak bisa memikirkan kejadian sebelumnya,' simpul Noah. Tentu saja pria bermanik mata midnight express itu terkejut bukan main.

Dengan langkahnya yang penuh dengan hati-hati itu, Noah mendekati Riley. Menepuk pundak gadis itu yang terlihat rapuh, lalu menatap matanya. Gadis itu menengadah, menatap manik mata Noah yang baginya penuh dengan kegelapan.

"Sejak kapan kepalamu sakit seperti ini?"

Riley yang wajahnya sudah pucat itu menjawabnya sekuat tenaga. Matanya tidak bisa berlamaan menatap manik mata Noah, karena dia harus menengadah dan itu akan membuat kepala Riley semakin menyakitkan. Dia harus merelakan hal yang sangat jarang itu dengan ikhlas.

'Sayang sekali aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas,' pikirnya.

Disaat kondisi tubuhnya sedang tidak baik, Riley masih sempat mengagumkan ketampanan wajah Noah yang baginya sudah seperti perawakan malaikat.

"Mungkin setelah kejadian [False] yang penuh kabut itu, kak ...," lirih Riley. Dia tidak tahu apa yang baru saja dia katakan. Denyutan kepalanya masih terasa dan untungnya pusing perlahan menghilang. Tetap saja dia masih merasakan sakit meskipun sudah terasa samar-samar.

"Apa kau sudah berobat?"

Noah masih menghujani Riley dengan pertanyaan dan dengan senang hati gadis itu menjawabnya. Wajahnya terlihat cemas hingga aura yang hanya bisa dilihat oleh seseorang yang telah mengalami [Kebangkitan] itu semakin pekat. Untung saja tidak ada [Hunter] di sekitar sana.

Perlahan rasa sakit pada kepala Riley menghilang dan wajah pucatnya tadi sudah mulai kembali normal. Riley yang tadinya membungkuk menahan sakit kini sudah bisa berdiri dengan tegak lagi.

Melihat perubahan aura wajah Riley, Noah yang pertanyaannya tadi belum dijawab Riley kembali menambahkan satu pertanyaan lagi. Dia yakin bahwa Riley akan menjawab pertanyaannya satu persatu.

"Apa sakit kepalamu sudah membaik?"

Riley menjawab pertanyaan terakhir lebih dulu dengan menganggukkan kepalanya. Lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembusnya dengan lembut. Berusaha untuk mengembalikan staminanya yang sempat menghilang karena rasa sakit yang dahsyat terjadi dalam sekejap.

"Sudah. Aku sudah berobat, tapi dokter mengatakan bahwa aku tidak memiliki penyakit apapun. Dia mengatakan bahwa aku hanya disuruh banyak beristirahat karena kelelahan selama sekolah," jawab Riley panjang lebar.

Akan tetapi, Noah yang telah mengalami [Penalty] bahkan bermacam pengalaman yang diberikan oleh [System] itu merasa tidak percaya. Keningnya mengernyit karena tidak habis pikir. Giginya dia gertakkan, seolah perawakan wajah bak malaikat itu tidak terima dengan keadaan dunia yang semakin kacau ini.

'Apa ini ada hubungannya dengan [False]?' pikirnya.

Ingin rasanya dia merutuki apa yang sudah terjadi. Noah tidak berdaya dan hanya bisa menyaksikan apa yang terjadi di depannya. Kenapa? Karena dia masih lemah dan dirinya masih menunggu [Status] yang entah bagaiamana caranya dia harus mendapatkannya secepat mungkin.

'Sampai saat ini aku masih tidak berdaya untuk melindungi orang-orang terdekatku,' lanjutnya berpikir seolah dirinya yang paling lemah.

Tangannya mengepal dengan erat hingga pergelangan tangannya menjadi gemetar. Giginya digertakkan, menampakkan taringnya yang terlihat lebih tajam dari taring-taring manusia pada umumnya. Sorot matanya yang dingin yang dia tujukan entah kemana, setidaknya dia menatap jalanan yang kosong. Wajahnya terlihat sangat dingin sebelum pemberitahuan kembali menyeru dalam benaknya.

[TRING!]

Noah terkejut, namun wajahnya masih terlihat tenang. Jendela melayang yang menampilkan beberapa kalimat di dalamnya muncul di depan mata Noah. Radiasi biru membuatnya mengernyit sampai matanya sudah terbiasa untuk melihatnya. Jendela melayang yang hanya bisa dilihat oleh dirinya sendiri.

Sedangkan Riley yang menyaksikan sikap Noah yang aneh itu hanya bisa kebingungan sambil mengurut kepalanya yang denyutnya masih terasa pada dirinya. Tidak sanggup untuk bertanya dan memilih untuk tidak peduli dengan Noah yang selama ini dia kagumi.

[Misi Utama telah terbuka.

Kalahkan [Hantu Kabut] di [Dungeon Tipe D] terdekat

Berakhir dalam [3 hari]

Reward:

+10 poin kekuatan

+1 Penawar Mortality Rest

+Shade Dagger]

Pemilik bola mata yang berwarna midnight express yang seperti malam itu membulatkan matanya. Tampak terkejut dengan apa yang baru saja ia baca. Otaknya mulai bekerja dengan keras dan bahkan lebih banyak pertanyaan dari yang sebelumnya.

'[Penawar Mortality Rest]?'

Satu kalimat yang merupakan benda itu berhasil membuatnya tertarik. Ketika tangannya akan bergerak menuju jendela melayang itu, dia terhenti begitu mengingat bahwa Riley tidak mengetahui bahwa dirinya juga mengalami [Kebangkitan].

'Jika aku menekannya, maka Riley akan mengira bahwa aku mengalami [Kebangkitan]. Aku tidak ingin ada yang mengetahui [Kebangkitan] ini,' pikir Noah.

Begitu dia memikirkan tentang [Penawar Mortality Rest], pria yang memiliki nama Altair Noah Ortiz itu mengusap wajahnya dengan frustasi. Sejenak melupakan Riley; karena gadis itu sudah pulih. Helaan napas panjang kembali keluar dari mulutnya.

"Kenapa harus aku ...," gumamnya yang terdengar seperti lelah dengan apa yang selama ini terjadi padanya.