"Masih banyak tahapan yang harus kulalui sebelum bisa mencapai puncak klasemen seperti yang saat ini berhasil kau raih."
Ronan mengiyakan. Sebagai seorang senior yang menyayangi juniornya, dia hanya berkata, "Nikmatilah prosesnya."
Roselyn belum tahu apakah dia akan menekuni bidang yang belum dia kuasai sama sekali itu. Dia hanya akan mengikuti arus. Syukur-syukur kalau berhasil. Kalau sampai gagal, berarti itu bukan jalannya.
"Lagi pula aku belum tentu lolos, kok. Untuk apa terlalu banyak berkhayal?" aku Roselyn yang akhirnya memilih untuk kembali realistis.
"Siapa bilang kau belum tentu lolos?"
Tanpa siapapun tahu, diam-diam para dewan juri sudah membahas para kandidat yang lolos sampai tahap tiga besar, dan sepakat bahwa yang paling berpotensi adalah Roselyn.
Ah, sepertinya Ronan pun lupa memberitahu kalian. Jadi, casting kali ini ini bukan bertujuan untuk mencari talent baru yang akan dijadikan sebagai pemain pendamping, atau bahasa kasarnya, figuran. Bukan.
