Reino menunggu kedatangan Ruby dengan sangat gugup. Sebelumnya, ia sudah memanggil Ruby untuk ke ruangannya. Setelah tadi siang ia membeli tas dan hadiah lainnya. Ia sengaja menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya pada Ruby. Tentu saja, saat malam hari. Saat café tutup dan para karyawannya mulai beranjak pulang satu persatu.
Jam di dinding ruangan Reino berdetak sesuai dengan cara kerjanya. Tapi bagi Reino detakannya bagai sebuah palu yang menggedor hatinya. Seperti debaran jantungnya yang makin kencang dan makin lantang, seolah ia bisa mendengarnya sendiri dengan kedua telinganya.
Ceklek …
Suara pintu ruanga Reino terbuka. Seraut waja yang sangat ia tunggu-tunggu menyembul dari celah pintu yang terbuka.
"Masuklah … " perintah Reino dengan sebelumnya diawali suara dehem menetralkan perasaan gugupnya.
Ruby masuk ke ruangan Reino dengan wajah yang ditekuk. Ia bisa menduga bahwa mala mini pasti akan lembur lagi.