Ruby keluar dari dalam taksi. Ia menahan supir taksi untuk menunggunya sebentar kalau-kalau ia mengurungkan niatnya mendekati ibunya. Kini ia berada di depan rumahnya sendiri. Dari kejauhan ia melihat ibunya tengah duduk santai. Di sampingnya tersedia cangkir dan sepiring kue. Ruby ingin sekali mendekat dan memeluk ibunya. Dalam keadaan terpuruk seperti ini, yang ia butuhkan adalah pelukan dan kasih sayang dari ibunya. Namun tak bisa ia lakukan, karena saat ini ia adalah Reino. Si pria gila yang telah menghinanya habis-habisan dan naasnya adalah bosnya di kedai kopi.
"Sialan, Reino! Hidupku juga jadi susah begini. Aku jadi tak punya waktu bersama ibuku," keluh Ruby.
"Sekarang aku harus bagaimana? Aku takut kalau pulang ke rumah Reino dan malah dia sudah menungguku di sana. Haiissh ā¦ bisa gila aku kalau begini terus."
Ruby mengacak kasar rambut pendeknya. Sesaat kemudian ponselnya berdering.
"Hallo."
" ā¦ "
"Oke. Sebaiknya kita bertemu saja."
