"Kita akan kembali mengulang ritual yang sama, agar jiwa kalian kembali ke raganya masing-masing—yakni raga yang 'seharusnya' kalian masuki malam itu."
Bersamaan dengan mengatupnya kambali mulut si nenek, sekonyong-konyong semilir lembut angin menyentuh tengkuk Ronan dan Roselyn. Keduanya lantas bergidik, antara geli dan ngeri.
Dalam benak Ronan, tiba-tiba tergambar suatu peristiwa tak masuk akal di mana dirinya sedang dihadapkan pada peperangan entah melawan siapa.
Sementara Roselyn, benaknya justru dipenuhi adegan melankolis di mana seorang wanita cantik penuh kharisma tengah menangisi gugurnya empat orang pengawal di medan peperangan.
Baik Ronan maupun Roselyn tidak paham mengapa gambaran tersebut bisa muncul dalam otak mereka. Demi Tuhan, mereka belum pernah menonton film peperangan yang biasanya berupa film kolosal.
Lantas, dari manakah ingatan tersebut bisa hadir?