Esok harinya, seperti biasanya, pagi hari mereka bertukar tubuh.
"Kau tidak usah ke café. Di rumah saja, aku sudah mengirimkan pesan melalui ponselku pada Juan bahwa kau terserang demam lagi," ujar Reino.
"Memangnya kenapa kalau aku berangkat ke café hari ini? Maksudku, kau. Kau 'kan pelayan di café itu, apakah nantinya tidak menjadi pergunjingan di antara para karyawan yang lain?" tanya Ruby.
Reino menatap mata Ruby tajam. Yang ditatap maah gelagapan kikuk.
"Apa kau lupa keluh kesahmu kemarin tentang Robi?" sindir Reino.
"O, iya benar! Maafkan aku. Baiklah, mulai sekarang aku akan menuruti perintahmu," ujar Ruby malu.
Semenit berselang, suara bel rumah berbunyi. Ruby hendak membukakan pintu tapi langsung dicegah oleh Reino. "Biar aku saja," ujarnya.
Reino bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati pintu rumahnya. Perlahan ia membuka pintu. Tersembul wajah yang sangat ia tunggu-tunggu.
