Beberapa hari pun berlalu. Alina sudah memperpanjang masa cutinya. Dan Maya teman dekatnya sekarang sudah berada di rumah sakit bersamanya.
Dan hari ini Alina akan menikah dengan pria asing di rumah sakit tempat neneknya di rawat.
Tentunya karena di laksanakan di dalam bangsal. Yang datang hanya lah seorang penghulu dan beberapa kerabat saja.
Dan semua dilakukan dengan sangat biasa.
Termasuk penampilan Alina saat ini yang hanya mengenakan gaun putih biasa dengan balutan hijab sederhana.
Maya yang membantu merias dirinya, tau Alina yang tidak suka make up berlebihan. Hanya membedakan wajahnya dan memoles sedikit lipstik merah di bibir tipisnya.
"Selesai!" Seru Maya gembira.
Ia tidak akan pernah mengira Alina yang sangat membenci pria akhirnya bertemu dengan jodohnya.
Sedangkan dirinya yang sudah lama menunggu, belum juga datang.
"Nenek lihat cucu anda! Dandanan sederhana seperti ini saja sudah luar biasa. Pria mana yang tidak jatuh hati"
Maya membawanya lebih dekat ke tempat neneknya yang masih berbaring.
Alina hanya mampu tersenyum tipis. Kalau bukan untuk menyenangkan hati neneknya, mana mau ia melakukan semua ini.
Menikah dengan seorang pria? Jenis yang paling ia benci.
Dan bahkan pria asing yang sama sekali tidak ia kenal!
Huh! Semua sungguh Alina lakukan untuk menyenangkan hati neneknya.
"Yah semua pria tentu menyukai keindahan, wanita pun juga begitu. Jika tidak tampan mana mungkin aku menerima perjodohan ini"
Alina mengekspresikan dirinya lebih ceria dan tegas. Neneknya bagaimana pun juga tidak boleh menangkap kesedihan di wajahnya.
Meski bagaimanapun juga Alina sangat merasa tertekan dengan situasinya saat ini.
"Yah, Alin harus berterimakasih pada nenek! Pria yang nenek kenalkan padamu selain tampan dia juga mapan. Cucu nenek pasti bahagia"
Mengepal kan kedua tangannya, Alina memaksakan dirinya untuk tersenyum. Menarik nafasnya, ia menghembuskan perlahan.
"Seperti yang nenek katakan, tidak tau jika tidak mencoba! Ku harap pilihan nenek sungguh yang terbaik"
Erina tersenyum mendengar nya.
Sebenarnya ia agak terkejut dengan keputusan mendadak cucunya beberapa hari yang lalu.
Meskipun sangat ingin melihat cucunya menikah. Erina tidak memaksa nya untuk menerima perjodohan yang ia buat untuknya.
Tapi siapa yang mampu menebak! Cucunya yang sangat membenci pria entah bagaimana begitu cepat berubah pikiran dan menerima perjodohan yang ia atur untuknya.
"Nenek kalau boleh tau kau sungguh menjodohkan Alina dengan seorang CEO tampan?"
Maya yang sudah begitu dekat dengan keluarga kecil Alina, tentu sudah terbiasa memanggil wanita tua itu dengan sebutan 'nenek' sama seperti Alina.
"Itu benar! Dia adalah CEO muda 'Jaya' perusahaan besar yang mengelola bagian kosmetik, pakaian bahkan kuliner. Sangat luar biasa bukan?"
Luar biasa apa? Itu karena kakek Zayyad adalah pemegang saham terbesar di perusahaan.
Ini sedikit tidak jauh berbeda dengan nepotisme. Meskipun itu adalah perusahaan besar keluarga. Tapi tetap saja ia memperoleh posisi itu dengan kuasa nepotisme.
Alina diam-diam memberi kritikan keras untuk Zayyad. Pria angkuh sepertinya itu tidak pantas untuk di puji.
"Apa? Jadi dia adalah Zayyad kafa CEO muda yang terkenal gay itu!"
Maya menyadari apa yang baru saja ia katakan, terus menutup mulutnya. Dalam hati ia merasa sangat menyesal karena sudah mengatakan nya.
Padahal itu hanyalah rumor dan belum tentu benar.
Alina sama sekali tidak tau kepanjangan nama nama kepanjangan Zayyad. Dan bahkan ia sangat terkejut dengan pernyataa Maya, barusan ia mengatakan gay?
"Maya tidak boleh berbicara sembarangan! Itu hanya rumor yang tidak bisa di pertanggungjawab kan kebenaran nya. Buktinya jika kalau benar ia gay, bagaimana mungkin ia menerima di jodohkan dengan cucuku Alina"
Maya tersenyum cengengesan di tempat sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maaf nenek! Mulut ini sangat ceroboh"
Erina tidak terlalu mempermasalahkan nya dan tersenyum. Meski sinar matanya sedikit berubah. Itu tampak seperti menyembunyikan sesuatu dan terlihat tidak sederhana.
"Tok..tok"
Pintu bangsal terbuka.
Muncullah Bakri yang berpenampilan formal seperti biasa. Pria itu tersenyum sopan dan sedikit membungkuk pada mereka.
"Tuan Irsyad dan tuan Zayyad sedang menuju kemari bersama penghulu. Ijab kabul akan di mulai dalam beberapa menit lagi"
"Terus kenapa?"
Ketus Alina sama sekali tidak memedulikan kesopanan. Matanya fokus melihat kuku-kukunya yang putih bersih.
Bakri tidak tahu kenapa Alina bersikap seakan begitu membencinya, hanya mampu meringis.
Apakah mereka punya dendam nenek moyang di masa silam?
"Aku di utus untuk menyampaikan kepada nona untuk bersiap-siap"
"Aku sudah!"
Erina yang melihat gelagat cucunya yang sangat tidak bersahabat, tidak tahu berkata apa.
'Cucunya ini kapan berhenti membenci pria?'
"Terimakasih Bakri! Maafkan cucuku yang sedikit tidak sopan"
"Huh! Dimana nya yang tidak sopan? nenek terlalu berlebih-lebihan"
Ketus Alina dan beranjak pergi ke balkon. Bangsal tempat perawatan neneknya terletak di lantai dua dan memiliki pintu terhubung ke balkon.
Maya yang melihat suasana itu, sangat mengerti Alina.
Ia pun pergi mengikuti Alina ke balkon hanya untuk melihat gadis itu memasang tampang masam di wajahnya.
"Lihat! Kenapa nenek ku akhir-akhir ini terus membela pria-pria asing itu? Bahkan ia tidak bosan-bosannya memuji mereka di depan ku"
Gerutu Alina yang merasa sangat kesal. Tangannya yang terkepal terus meninju besi balkon.
Maya dapat melihat buku jarinya memerah.
"Apakah itu sakit?" Maya ragu-ragu bertanya.
"Tidak! Aku pernah memiliki jauh yang lebih dari ini"
Tatapan Alina meredup. Merenungi buku-buku jarinya yang memerah.
Sedang pikirannya sudah menerawang jauh. Pada hari-hari yang seperti neraka untuknya.
Hari dimana punggung nya di pukul dengan balok sampai menyisakan bekas hingga hari ini. Hari dimana ia di tampar berkali-kali dengan kasar. Hari di mana ia di rantai di dalam gudang yang gelap.
Dan masih banyak hari-hari lainnya yang Alina tak sanggup mengingat nya.
Mendadak ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Itu hangat dan bersahabat.
Matanya yang memanas masih berusaha keras untuk mempertahankan butir-butir jernih yang sudah tergenang di pelupuk mata.
"Tidak perlu mengingat nya lagi!"
Itu adalah Maya yang memeluk Alina dengan erat. Seakan ia sedang menyalurkan semua energi yang ia miliki untuknya.
"Ya, tidak perlu mengingat nya lagi"
Ulang Alina, meski terdengar lirih. Tapi itu kecaman tegas untuk dirinya.
Mengerjapkan matanya berkali-kali, Alina akhirnya berhasil mengeringkan air matanya yang tidak jadi jatuh.
Maya menarik Alina untuk berputar menghadap nya.
"Aku tau kau sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini! Tapi aku yakin satu hal"
Kata Maya lembut. Matanya dengan tenang menatap lurus kearah Alina.
"Apa itu?"
"Kau mengikhlaskan keputusan berat ini untuk menyenangkan hati nenekmu, Allah pasti akan membalas keikhlasan mu itu dengan suatu hal yang sangat indah. Percayalah!"
Alina dapat melihat sorot mata Maya yang serius dan menyakinkan.
Gadis di depannya ini selalu bersikap relijius dan optimis dalam menjalani kehidupan.
Ia pun mengangguk dan tersenyum.
"Em! Terimakasih Maya aku merasa jauh lebih tenang sekarang"
•••
Dear readers ♥️
Alhamdulillah, cerita yang di singkat 'IYD' sekarang sudah official di Webnovel.
Kalian tidak akan menemukan pembaruan bab nya disini, jadi bagi kalian yang penasaran akan kelanjutannya. Silakan mampir dengan mengetikkan judulnya di kolom pencarian dengan judul:
—Ikatan Yang Ditakdirkan—
Dan kalian akan menemukannya. Sudah ada seratus chapter lebih.
Semoga kalian semua sehat selalu...
Salam sayang❤️
_Sifa Azz_