Tepat disaat itu juga ia merasa dirinya tidak berdaya. Ia menyerahkan dirinya seperti menyerahkan persembahan kepada seorang dewa, sangat tabah dan patuh.
Entah mengapa kelembutan dari kata-kata itu terdengar sangat berharga baginya. Ketika ia mendengarnya, telinganya seolah-olah merekam kata demi katanya dan segera disimpan di dalam kepalanya sebagai arsip khusus.
Tangannya juga melemah, seolah-olah dia adalah penyihir yang kehilangan kekuatannya, namun ia melakukannya dengan suka rela, jadi tidak ada yang ia sesalkan dari hal itu.
Wwn Qi juga merasakan sentuhan Chun Zhen yang tadinya kasar dan brutal pun menjadi lembut secara bertahap. Itu membuatnya seakan-akan berada dalam ilusi yang menyenangkan, dimana sensasinya jauh lebih bisa ia nikmati dari apa pun.