Selama saat-saat damai di antara mereka, Qing Hua tiba-tiba teringat bagaimana ia bertemu dengan Chu Weixu dan Ai Zhiyi di jalan untuk pertama kalinya hingga bagaimana mereka menghabiskan waktu di jalanan dengan mengamen untuk segenggam roti daging dan semangkuk sup panas. Semuanya terjadi secara tak terduga seperti takdir untuk apa yang terjadi sekarang.
Mengingat saat-saat itu, Qing Hua tidak bisa menahan senyum, namun hatinya merasakan perasaan yang paling tragis.
Pada usia delapan belas tahun, Qing Hua hanyalah seorang anak yatim piatu yang bekerja sebagai pengamen biasa di jalanan. Ia tidak yakin apakah musisi jalanan amatir seperti dirinya adalah sebuah profesi atau apakah itu cara halus untuk tidak menyebut dirinya sebagai tunawisma? Tidak peduli apa namanya, saat itu, ia hanya membutuhkan uang untuk bertahan hidup dengan mengandalkan apa yang bisa ia lakukan sebagai peruntungan.