Di tengah-tengah Ai Zhiyi memikirkan gambaran masa lalu mengenai kesederhanaan keluarga mereka, tba-tiba suara Ai Zhizhu menyela, membuyarkan segala pemikiran itu, "Ayo, masuklah."
Ai Zhiyi menoleh ke arah kakak tertuanya, menatapnya dengan serius. Entah mengapa, ia enggan menuruti kata-kata saudaranya tersebut dikarenakan ia tahu, bahwa selain karena ia takut menghadapi ayahnya, kenangan di dalam rumah itu akan jauh lebih kejam menyiksa mentalnya hanya dengan bayang-bayang masa lalu.
"Tunggu apa lagi? Ayo cepat masuk," ajak Ai Zhizhu sekali lagi.
Karena mendengar kakak tertuanya mulai sedikit mendesak, Ai Zhiyi pun akhirnya tak dapat mengatakan banyak hal selain setuju meskipun hatinya masih menolak.