Man Se keluar gedung dengan senyum yang merekah. Siang ini dia akan pergi makan siang bersama Min Hyuk. Tapi seseorang terlihat berlarian di belakangnya, perempuan cantik memakai blazer krem.
"Man Se... kamu benar-benar Oh Man Se kan?" tanya perempuan itu.
Man Se yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh. Wajah perempuan itu ceria, pun dengan Man Se yang awalnya agak terkejut.
"Myung En," ujar Man Se.
Mereka berdua tertawa kegirangan lalu saling berpelukan.
"Kamu kerja di sini?" tanya Myung En.
"Aku cuma menggantikan seseorang, bukan kerja tetap sih," jelas Man Se.
"Kau kan anak angkat keluarga Kang, memangnya mereka tak memberimu pekerjaan tetap di sini?" tanya Myung En.
Man Se menggelengkan kepala.
"Aku tak ingin terlalu banyak hutang budi pada mereka," kata Man Se.
"Kamu? Kenapa ada di sini?" selidik Man Se.
Myung En menyunggingkan senyumnya.
"Aku barusan wawancara kerja di sini dan diterima," jawab Myung En.
"Selamat ya," ucap Man Se.
"Setidaknya aku bisa bertemu dengan Oppa Seo Woo setiap hari," lanjut Myung En malu-malu.
Man Se tersenyum mendengar ucapan Myung En. Dia tahu Myung En tertarik pada Seo Woo sejak SMA karena Seo Woo dulu kakak kelas mereka.
Mereka berdua keluar gedung bersama-sama. Sebuah mobil berhenti tepat di depan Man Se. Seseorang membuka jendela mobil. Min Hyuk sudah ada di dalam. Melihat Min Hyuk, Man Se tersenyum, sedangkan Myung En melongo melihat Min Hyuk.
"Ya ampun, itu Kak Min Hyuk?" ujar Myung En takjub.
Man Se tersenyum. Min Hyuk membunyikan klakson mobil.
"Aku pergi dulu ya," pamit Man Se.
Myung En masih melongo terpesona oleh Min Hyuk. Man Se masuk ke dalam mobil dan mereka segera meluncur.
"Ke mana kita?" tanya Man Se.
"Ke pasar dulu, lalu ke apartemenku," jawab Min Hyuk.
Man Se menaikkan alisnya demi mendengar jawaban kakaknya.
"Pasar?" tanya Man Se seakan tak yakin.
"Cari apa?" lanjut Man Se.
Min Hyuk tersenyum melihat Man Se penasaran.
"Aku membuat resep masakan baru, aku ingin mempraktekkannya," jelas Min Hyuk.
"Hebat," puji Man Se.
Mobil mereka meluncur ke sebuah pasar tradisional. Man Se dan Min Hyuk berjalan bersama-sama sambil bergandengan tangan. Ada pancaran kebahagiaan pada diri mereka.
Min Hyuk mulai memilih-milih bahan. Mereka akan masak daging segar hari ini, lalu memilih sayuran organik. Sesekali Min Hyuk menjelaskan mana-mana sayur yang segar dan kualitas daging yang bagus. Sesekali minta pendapat Man Se.
Man Se tahu, Min Hyuk memiliki hobi memasak. Impian Min Hyuk selama ini adalah membuka restoran sendiri, tapi karena dia harus memikul tanggung jawab sebagai pewaris Grup Kang, dia tak bisa sembarangan memutuskan karirnya sendiri.
Akhirnya, selepas kuliah, Min Hyuk harus banyak belajar menjalankan bisnis,dan sekarang dia menjadi CEO. Min Hyuk menjadi sosok mandiri, sukses, dan tangguh seperti di hadapan Man Se sekarang. Man Se tersenyum melihat Min Hyuk begitu semangat hari ini.
Setelah berbelanja, mereka meluncur ke apartemen Min Hyuk. Apartemennya bersebelahan dengan apartemen milik Kang Seo Woo. Setibanya di apartemen mereka langsung ke dapur untuk menyiapkan alat masak, dan makan.
Min Hyuk meminta Man Se membuatkan kopi saja dan duduk manis melihat aksinya memasak. Man Se tersenyum mengerti. Man Se memasangkan celemek pada Min Hyuk, lalu duduk manis sambil minum kopi di meja makan. Dipandanginya lekat-lekat sosok Min Hyuk yang sedang mencuci sayuran dan mulai memotong-motong daging, dia terlihat mempesona. Man Se pikir Min Hyuk memang sosok yang bisa diandalkan dalam segala hal. Merasa dipandangi oleh Man Se, Min Hyuk menoleh dan tersenyum.
"Man Se," panggil Min Hyuk membuat Man Se tergeragap dari lamunannya.
"Minta tolong ambilkan garam dan gula di lemari atas situ," ucap Min Hyuk.
"Aaah, ya," jawab Man Se mengerti lalu mengambilkan barang yang diminta Min Hyuk.
Tak lama kemudian masakan ala Chef Min Hyuk selesai. Min Hyuk menghidangkannya di piring dan mereka mulai makan. Man Se tersenyum senang
"Enak," puji Man Se setelah mencicipi makanan yang dihidangkan Min Hyuk.
Min Hyuk tersenyum lebar.
"Lain kali ikut aku, ada yang ingin kutunjukkan padamu," ujar Min Hyuk.
Man Se penasaran.
"Apa itu?" tanya Man Se.
"Kau akan tahu nanti," jawab Min Hyuk membuat Man Se tambah penasaran.
Setelah selesai makan Man Se mencuci piring, sedangkan Min Hyuk berdiri sambil menikmati minuman kaleng di balkon apartemen. Laki-laki itu memandang ke hamparan kota Seoul di siang hari.
Selesai bersih-bersih, Man Se berjalan mendekati Min Hyuk. Dipandanginya lekat-lekat punggung Min Hyuk yang tegap dan bidang itu. Terasa Man Se ingin memeluk sosok laki-laki itu. Min Hyuk menoleh lalu tersenyum. Dipegangnya tangan Man Se.
"Apakah ini mimpi ataukah nyata? Bisa bebas mencintai dan dicintai olehmu. Ataukah hanya fatamorgana yang memberikan ilusi semata?" tanya Man Se.
Min Hyuk tersenyum. Ditatapnya mata Man Se dalam-dalam seakan meminta Man Se melihat sendiri kesungguhan ucapan yang akan disampaikannya.
"Man Se ... ini bukan fatamorgana. Aku berharap kau menjadi istriku, dan ibu bagi anak-anakku kelak. Aku ingin menua bersamamu," jawab Min Hyuk meyakinkan Man Se.
Man Se menatap dalam-dalam wajah Min Hyuk.
"Bagaimana dengan Papa dan Mama? Apakah mereka tahu keputusanmu?" tanya Man Se.
Min Hyuk menghela napas panjang.
"Aku akan memberitahu mereka secepatnya," jawab Min Hyuk menegaskan.
Man Se tersenyum lalu menganggukkan kepala. Tiba-tiba gawai Min Hyuk berdering. Min Hyuk terkejut dan Man Se tersenyum geli. Min Hyuk mengangkat teleponnya.
"Ya, aku segera ke sana."
Hanya itu jawaban Min Hyuk setelah mendengarkan penjelasan orang yang bicara di telepon.
"Siapa?" tanya Man Se.
"Sekretaris Park," jawab Min Hyuk. "Kuantar kau kembali ke kantor ya, aku akan ada meeting dengan seseorang," lanjutnya.
Man Se mengerti lalu melepaskan pegangan tangannya. Min Hyuk memegang pipi Man Se dengan kedua tangannya, lalu mencium kening Man Se. Hari ini Man Se merasa sangat bahagia
***
Di tempat lain, sekretaris Park bersama seseorang, duduk di sebuah kafe. Laki-laki itu berkumis tipis dan mengenakan kacamata. Dia adalah Detektif Ahn yang disewa oleh Min Hyuk untuk menyelidiki kasus kebakaran pabrik. Tak lama mereka menunggu, Min Hyuk datang dan menghampiri. Keduanya berdiri lalu membungkukkan badan memberi hormat. Min Hyuk memberi isyarat agar mereka duduk.
"Bagaimana perkembangannya Tuan Detektif?" tanya Min Hyuk.
Detektif Ahn mengeluarkan pena dari saku dalam bajunya.
"Ketua pemadam kebakaran yang menangani kasus kebakaran sudah bisa saya temukan. Dia berhenti bekerja tak lama setelah kejadian itu. Dia bahkan pindah rumah dan bekerja sebagai penjual ayam goreng dan minuman di pinggiran kota. Saya berhasil meyakinkan dirinya untuk memberi kesaksian nanti dan memberi sejumlah uang kepadanya. Silakan Anda dengarkan sendiri rekaman suaranya di pena ini, Tuan CEO," jelas Detektif Ahn sambil menyodorkan sebuah pulpen yang ternyata juga berfungsi sebagai alat rekam.
Min Hyuk mengangguk-anggukan kepala.
"Bagaimana dengan kepolisian?" tanya Min Hyuk.
"Polisi yang menangani kasus ini juga tiba-tiba dipindahtugaskan ke Pulau Jeju, Tuan CEO. Saya kenal dia, partner saya sudah menemukan tempat tinggalnya," jelas Detektif Ahn.
Min Hyuk tersenyum puas.
"Baik, kebetulan saya ada agenda ke Jeju, kita bisa bersama-sama menemui polisi itu," kata Min Hyuk. Pertemuan mereka selesai.
Jaring setan sudah mendapatkan mangsanya. Setan, bak seekor laba-laba sudah mengintai Min Hyuk dan Man Se yang sudah terjerat di tengah jaring siap dimangsa. Mereka tak terpisahkan karena cinta dalam hati sudah mulai mengakar dan bertunas. Bahaya telah datang. Mereka terlambat menyadari kondisi. Saat mereka sudah melekat erat, gigi taring sang Setan telah menyeringai dan mulai mendekat perlahan