Lin Xiao merasa risih ketika Mei-Yin tertidur sambil memeluknya dari belakang. Hingga ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata meski sudah berusaha keras. Padahal besok pagi harus pergi ke restoran untuk bekerja setelah seharian kemarin libur.
Pelan-pelan Lin Xiao Yi memindahkan tangan mungil itu dari pinggangnya. Jika dalam posisi seperti itu terus, dipastikan dirinya tidak akan bisa tidur sampai pagi.
Setelah berhasil, Lin Xiao Yi segera mengambil bantal kemudian melangkahkan kakinya menuju sofa karena di rumah itu hanya ada satu kamar tidur. Membiarkan Mei-Yin hanya tidur bersama Fang Yin.
Diliriknya Fang Yin yang sudah tertidur pulas di samping Mei-Yin dengan suara dengkuran yang terkadang cukup mengganggu. Beruntung sudah terbiasa sehingga Lin Xiao Yi tidak terlalu terpengaruh.
"Akhirnya aku bisa tidur," ujar Lin Xiao Yi sambil merentangkan kedua tangannya dengan mulut yang menguap lebar. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Setidaknya masih ada waktu sekitar 3 jam untuk tertidur.
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
Ketukan pintu dan bunyi bel berulang kali berbunyi tapi Lin Xiao Yi masih menikmati mimpi indahnya. Hingga ketukan pintu itu semakin lama semakin mengusik tidur nyenyaknya.
"Siapa di pagi buta seperti ini yang berkunjung? Selalu saja ada yang mengganggu sejak semalam," gerutu Lin Xiaoย Yi dengan mata terpejam. Ia menggeliat dan berguling tidak menyadari jika tidur di atas sofa.
Bug โฆ
"Aduh," rintih Lin Xiao Yi dengan mata yang perlahan terbuka dan bangkit untuk duduk.
"Kenapa kau ada di sini?" Lin Xiao lantas beringsut mundur ketika melihat Mei-Yin berada di depannya.
"Apa pinggang Bibi sakit?" tanya Mei-Yin dengan ekspresi yang menggemaskan. Matanya yang kecil bergerak dan senyum lebar yang terlukis di bibirnya. Namun di mata Lin Xiao Yi justru terlihat menyebalkan karena dirinya memang tidak suka anak-anak.
"Ya ampun, mimpi buruk apa aku semalam," gumam Lin Xiao Yi sambil memegang kepalanya.
Bel pintu dan ketukan pintu terdengar kembali sehingga Lin Xiao Yi bergegas bangkit untuk turun ke lantai bawah. Diliriknya ranjang, tidak ada Fang Yin di sana. Mungkin sudah ke dapur untuk membuat sarapan.
Mei-Yin terus mengikuti Lin Xiao Yi kemanapun dia melangkah.
"Bisakah kau tidak mengikutiku?" ujar Lin Xiao Yi dengan kesal.
Mei-Yin menurut kemudian duduk di sofa ruang tamu.
Lin Xiao Yi kemudian membuka pintu dengan telapak tangan yang menutupi mulutnya karena menguap. Matanya langsung terbelalak lebar ketika melihat pria yang ada di depannya.
Pria bertubuh kekar, memiliki mata yang berwarna coklat terang, tatanan rambut yang dibelah samping. Hidungnya mancung dengan kontur wajah yang terlihat tegas. Kancing bajunya dibiarkan terbuka satu sehingga Lin Xiao Yi bisa melihat dadanya yang kekar ditumbuhi bulu halus. Tanpa sadar Lin Xiao Yi meneguk salivanya. Namun ketika tatapan mereka terkunci, Lin Xiao Yi dapat melihat sorot matanya yang dingin. Cukup membuat jantungnya berdegup sangat kencang tapi gadis itu segera membuang muka.
"Siapa kau?" tanya Lin Xiao Yi setelah tersadar. Ia merasa tak kenal dengan pria itu.
"Daddy!" seru Mei-Yin yang berlari-lari kecil melangkahkan kakinya menuju pintu.
Pria itu lantas berjongkok untuk menyambut Mei-Yin dengan memeluknya.
"Daddy, sudah pulang?" ucap Mei-Yin dengan wajah sumringah kemudian mencium kedua pipi pria itu secara bergantian.
'Daddy?' batin Lin Xiao Yi. Pikirannya tiba-tiba saja limbung. Belum percaya dengan apa yang diucapkan oleh Mei-Yin.
Pria itu mendesah panjang kemudian berdecak.
"Bukankah kau yang membuat daddy harus pulang lebih awal? Kenapa kau begitu nakal?" gerutu pria itu.
Lin Xiao Yi hanya memandang mereka mengobrol dengan posisi berdiri di ambang pintu.
'Jadi gadis ini yang sudah menolak menjadi pengasuh putriku? sombong sekali dia,' batin pria itu sembari menatap begitu dalam di mata Lin Xiao Yi hingga gadis itu membuang muka.
"Kenalkan namaku Li Zheng Yu, ayah dari putriku Mei-Yin. Maaf jika membuatmu tidak bisa tidur dengan nyaman," ujar pria itu dengan nada datar. Meski kesal tapi dia harus berterima kasih.
Lin Xiao Yi hanya menganggukkan kepalanya tanpa sepatah katapun yang terucap di bibirnya. Ia hanya tidak menyangka jika pria itu adalah ayah dari Mei-Yin.ย
"Sayang, sebaiknya kita pulang," ajak Li Zheng Yu pada putrinya.
Mei-Yin menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat.
"Aku akan pulang jika bersama bibi Lin Xiao Yi," ujar Mei-Yin seraya mengerucutkan bibirnya.
"Maaf aku sibuk. Aku harus bekerja hari ini." Lin Xiao Yi buru-buru masuk ke dalam kemudian menutup pintu tanpa peduli jika ada tamu di luar.
Dirinya tidak ingin terjebak dengan gadis kecil itu lagi. Bahkan hanya semalam saja sudah membuatnya sakit kepala.ย
Lin Xiao Yi melihat jam dinding yang ternyata sudah pukul sembilan pagi. Dia lantas menepuk jidatnya karena sudah terlambat. Bisa-bisa dirinya akan dipecat karena sudah terlalu siang.