Chereads / Duda Tampan : Mengejar Istri yang Kabur / Chapter 8 - Bab 8 - Ingin bersama bibi Lin Xiao Yi

Chapter 8 - Bab 8 - Ingin bersama bibi Lin Xiao Yi

Garden Villa,

Sekarang sudah pukul sembilan malam. Mei-Yin masih saja mengamuk dengan melemparkan barang-barang yang ada di dekatnya. Gadis kecil itu sejak tadi merengek meminta ayahnya untuk pulang. Namun sayang sekali karena ayahnya baru pergi ke luar kota. Paling cepat besok pagi baru sampai di Hangzhou karena cuaca sedang buruk.

"Nona, tenanglah. Besok pagi tuan akan segera pulang," bujuk Ling Zhi yang sudah kehilangan akal dan akan menangis karena sejak tadi tidak berhasil menenangkan Mei-Yin.

Semua pelayan yang bekerja di rumah itu sudah berusaha keras ikut membujuk tapi tetap tidak berhasil.

Mei-Yin tidak peduli dengan bujukan siapapun karena yang dibutuhkan saat ini adalah orang terdekat dengannya. Ia tadi kesal karena berpisah dengan Lin Xiao Yi.

Gadis kecil itu memang sering mengamuk jika suasana hatinya buruk dan tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Prang …

Mei-Yin kembali menjatuhkan sebuah guci yang terletak di atas meja yang harganya cukup mahal. Kini kamar gadis kecil itu sudah seperti kapal pecah karena serpihan guci dan kaca yang berserakan di lantai.

"Nona, apakah ada lain lagi yang anda inginkan?" bujuk salah satu pelayan senior yang ada di rumah itu yang bernama Wu Yao.

"Bukankah sudah kukatakan sejak tadi jika aku ingin bertemu bibi Lin Xiao Yi," sahut Mei-Yin dengan wajah cemberut dan melipat tangannya di dada.

"Paman Yuwen dan paman Weiheng sedang ke rumahnya. Sekarang Nona tidur dulu karena sudah malam jika bibi Lin Xiao Yi datang, kami akan membangunkan Nona," bujuk Wu Yao sembari berjongkok di depan Mei-Yin.

"Aku tidak akan tidur sebelum ayah kembali atau bibi Lin Xiao Yi datang ke rumah ini!" teriak Mei-Yin yang teguh pada pendiriannya.

Akhirnya para pelayan memilih diam saja di tempat mereka berdiri tanpa ada yang bergerak sama sekali.

Tidak berapa lama kemudian Yuwen dan Weiheng kembali ke Garden Villa. Mereka masuk ke dalam rumah dalam kondisi lesu. Mereka berdua naik ke lantai atas  untuk pergi ke kamar Mei-Yin.

Salah satu di antara mereka segera mengetuk pintu. Hingga Ling Zhi keluar karena tidak ingin membuat Mei-Yin semakin marah.

"Yuwen, bagaimana dengan usaha kalian? Apakah kalian berhasil membujuk Lin Xiao Yi untuk datang ke rumah ini meski hanya semalam saja?" Ling Zhi sangat penasaran dan berharap semoga Lin Xiao Yi mau. Sehingga bisa membuat pelayan di rumah itu sedikit tenang.

Kedua pria itu hanya menggelengkan kepalanya dengan lesu. Sepertinya sebentar lagi harus bersiap-siap terkena omelan bosnya.

"Kenapa kalian tidak bekerja lebih keras lagi? Apakah kalian sudah mengatakan uang yang akan didapatkan olehnya?" Ling Zhi menatap tajam karena mencurigai mereka tidak mengatakannya.

"Kami bukan hanya mengatakannya, tapi kami juga sudah memperlihatkan uang tersebut tapi tetap saja dia tidak mau. Dia bilang tidak menyukai anak kecil. Asal kau tahu saja, dia mengira jika kami hendak menipunya," terang Yuwen panjang lebar agar para pelayan tidak mempertanyakan hal itu.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan? Nona Kecil masih saja mengamuk," ujar Ling Zhi yang merasa sangat resah dan penik lagi.

Prang … 

Terdengar lagi suara entah barang apa yang sudah dilemparkan oleh Mei-Yin ke lantai.

Ling Zhi segera merogoh ponselnya dari dalam saku celana. Ingin menghubungi bosnya sebelum barang-barang yang ada di rumah itu hancur.

"Ada apa?" Sebuah suara seorang pria yang terdengar tegas dan dingin terdengar dari seberang telepon.

"Maafkan kami, Tuan. Kami tidak bisa membujuk nona kecil," ujar Ling Zhi dengan tangan gemetar karena ketakutan.

"Kalian bahkan hanya mengurus anak kecil tapi tidak bisa." Suara pria itu terdengar meninggi.

"Kami juga sudah membujuk wanita itu tapi dia tidak mau," ujar Ling Zhi  yang sudah hampir menangis.

"Kalau begitu bawa Mei-Yin ke rumahnya. Besok setelah pulang biarkan aku yang menjemputnya," tukas pria itu dengan nada perintah.

"Baik, Tuan," sahut Ling Zhi. Tadinya hendak membantah tapi bibirnya terasa berat untuk berucap.