Chapter 23 - KEANEHAN PART 2

Seperti perkiraanku, air danau ini sangat segar. Rasa lelah yang aku rasakan seakan-akan ikut mengalir bersama dengan aliran air danau ini. Sesekali aku menatap ke arah atas untuk memastikan keberadaan Zero, tapi aku sama sekali tidak melihat pria itu di sana. Entah ke mana dia pergi, tapi aku berharap dia tidak bersembunyi di suatu tempat untuk mengintipku. Meskipun sudah beberapa hari aku menghabiskan hari-hariku bersamanya, namun hingga kini aku masih belum terlalu memahami sifat dan karakternya. Aku belum mengetahui kepribadian Zero sebenarnya. Dia sangat aneh dan misterius.

Aku menatap ke arah kanan, menatap ke arah pakaian yang aku tanggalkan dan aku letakkan di atas sebuah batu. Akan sangat memalukan jika Zero benar-benar mengintip karena saat ini tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhku.

Aku mencoba menenggelamkan kepala untuk lebih menikmati kesegaran air ini. Aku membuka mata untuk menatap pemandangan di dalam air danau yang kuperkirakan pasti sangat indah. Namun tiba-tiba aku yakin melihat sesuatu sedang berenang dengan cepat mendekatiku. Entah apa itu? Dan entah makhluk apa itu? Satu hal yang pasti aku yakin sesuatu itu memang sedang berenang mendekatiku. Aku sangat panik dan mencoba untuk kembali menengadahkan kepala.

"Haah ... Haah ... Haah ..."

Kurasakan napasku yang terengah-engah setelah akhirnya aku kembali bisa mengisi paru-paruku dengan oksigen. Aku menggulirkan mata untuk menatap sekeliling, tidak ada siapa pun di sana. Aku kembali menatap ke arah air danau untuk memastikan sekali lagi makhluk yang bergerak mendekatiku tadi, namun anehnya kini tidak ada apa pun yang bergerak atau pun keluar dari dalam air danau. Sempat aku berpikir untuk segera menyelesaikan aktivitas berendam ini dan segera kembali ke permukaan. Akan tetapi aku mengurungkan niat, rasa penasaran yang muncul ke permukaan membuatku memberanikan diri untuk kembali menenggelamkan kepala ke dalam air.

Meskipun ketakutan menyelimuti, aku membuka kedua mata dan mencoba menatap sekeliling. Tidak ada apa pun di sana, sesuatu yang berenang mendekatiku itu pun sudah lenyap. Mungkinkah tadi hanya halusinasiku saja?

Aku bermaksud untuk kembali menengadahkan kepala ke permukaan air karena pasokan udara serasa hampir tersedot habis, tapi sesuatu kurasakan menyentuh tanganku. Detik itu juga aku merasa sesuatu menarikku ke dalam air sehingga tubuhku tenggelam. Aku meronta-ronta mencoba melepaskan diri, tapi sesuatu yang menarikku dengan paksa itu menyentuhku dengan lembut. Aku pun mencoba menenangkan diri dan menatap sosok yang tengah memegangiku. Kedua mataku membulat sempurna saking terkejutnya ketika seseorang yang sangat aku kenal kini berada tepat di depanku. Rupanya dialah yang memegang dan menarikku dengan paksa ke dalam air.

Di dalam air ini aku tidak mampu mengeluarkan suara untuk mengungkapkan kemarahan dan kekesalan padanya atau sekedar bertanya kenapa dia berada di dalam air? Matanya menatapku dengan tajam, kepanikan mulai menyerangku. Inilah pertama kalinya aku berduaan dengan seorang pria di dalam air dengan kondisiku yang bisa dikatakan sangat memalukan. Tidak mungkin aku bisa tetap tenang ketika seorang pria sedang melihatku tanpa berbusana seperti ini.

Aku kembali berontak dan mencoba untuk naik ke permukaan. Tetapi sekali lagi dia menarik dan menahanku agar tetap berada di dalam air bersamanya. Kemudian ...

Aku merasakan bibirnya menyentuh bibirku. Zero ... Tidak dapat aku bayangkan bagaimana mungkin dia berani melakukan ini padaku?

***

Semuanya tiba-tiba tampak gelap gulita dan kini perlahan aku mencoba membuka kedua mata. Saat ini ... aku masih berada di dalam air, namun anehnya aku bisa bernapas seakan-akan aku sedang berada di permukaan. Entah bagaimana keanehan ini bisa terjadi?

Penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, aku pun terus menatap ke sekeliling. Tiba-tiba aku melihat sebuah titik cahaya berkilauan. Aku pun berenang ke arah titik cahaya itu. Sesampainya di sana sungguh aku tidak pernah melihat keindahan ini, sepertinya sekarang aku sedang berada di dalam sebuah gua dan yang aku lihat sekarang ini adalah dinding-dinding gua yang dipenuhi dengan titik-titik cahaya yang berkilauan. Aku terus melihat ke sekeliling berusaha mencari jalan keluar, namun tiba-tiba aku teringat sesuatu. Tidak ada Zero di sini. Aku yakin hanya sendirian di tempat asing ini. Dan lagi kenapa aku tiba-tiba ada di tempat ini dimana seharusnya aku sedang berendam di air danau?

Zero ... ngomong-ngomong soal pria itu, kejadian tadi kembali terbayang di pikiranku. Aku memegangi bibir, mencoba meyakinkan diri bahwa kejadian tadi bukanlah mimpi belaka. Jantungku berdetak dengan cepat ketika ingatanku membayangkan kejadian tadi. Ini adalah pengalaman pertamaku berciuman dengan seorang pria. Kenapa harus dengan Zero? Tanpa kusadari sebuah senyuman tersungging dari bibirku. Entah kenapa aku merasa senang dan lega karena melakukan itu dengan Zero. Aku ... mungkinkah telah jatuh cinta pada Zero?

Aku segera menggelengkan kepala, bagaimana mungkin pemikiran itu bisa terlintas di benakku. Tidak mungkin aku jatuh cinta pada Zero yang bahkan aku tidak tahu asal-usulnya.

Sejenak aku melupakan pemikiran bodoh ini dan untuk kesekian kalinya menggulirkan mata kembali menatap sekeliling. Setelah dilihat dengan teliti tempat ini tidak salah lagi memang sebuah gua yang berada di dasar air. Aku pun terus berenang dan menelusuri gua ini dan terhenti ketika aku melihat seseorang sedang bersandar pada dinding gua. Dia sedang menunduk, namun meskipun wajahnya tidak dapat terlihat dengan jelas tapi aku tahu betul bahwa orang itu adalah Zero. Melihat Zero jantungku kembali berdetak dengan cepat. Jantungku seakan-akan siap melompat dari rongga dada ketika melihat Zero menyunggingkan seulas senyuman padaku. Dia melambaikan tangan, memberiku isyarat agar menghampirinya. Tanpa keraguan sedikit pun, aku menurutinya dan segera menghampirinya.

Kini jarakku dengan Zero sangat dekat. Menatap Zero dari jarak sedekat ini akhirnya aku menyadari sesuatu. Ada yang aneh dengan Zero, sesuatu yang aneh tetapi aku tidak tahu apa tepatnya.

Di dalam air ini baik aku maupun Zero tidak dapat mengeluarkan suara kami, sehingga kami hanya bisa berkomunikasi dengan isyarat tangan. Dengan jari telunjuknya, Zero menunjuk sesuatu yang tertulis di dinding gua. Aku menatap tulisan yang ditunjuk oleh Zero. Tulisan itu sangat aneh dan aku sama sekali tidak memahami maksud dari tulisan itu. Aku membacanya dengan seksama dan mencoba mengingatnya di kepalaku. Tulisan ini ... Mungkinkah ini ayat hina? Entah kenapa pemikiran itu terlintas di pikiranku, namun rasanya tidak mungkin di dalam sebuah gua di dalam air terdapat ayat hina. Aku rasa tidak mungkin ada orang yang menulisnya di sini. Aku mencoba meyakinkan diri bahwa tulisan ini hanyalah tulisan aneh yang sama sekali tidak memiliki makna apa pun.

Tatapanku kembali tertuju pada Zero, aku semakin yakin bahwa ini memang bukan perasaanku saja, memang ada sesuatu yang aneh pada Zero tetapi aku masih belum menyadarinya. Lalu ...

Tiba-tiba wajah Zero memancarkan cahaya, cahaya yang begitu menyilaukan mata sehingga tanpa aku sadari kedua mataku tertutup dengan sendirinya. Semua kejadian aneh ini, aku masih bingung sebenarnya apa yang sedang menimpaku? Dan pertanyaan yang paling terbesar tengah bercokol di benakku adalah ada apa dengan danau ini karena semua keanehan ini aku alami saat aku berendam di danau?