Warning!
Ini adalah story horor (Fiksi Sejarah) saya yang pertama, sangat sulit dan penuh kekhawatiran membuat dan memutuskan untuk membuat story ini. Saya bukanlah Ahli dalam ilmu Sejarah namun saya memberanikan diri untuk membuat story ini. Banyak Typo yang bertebaran di story ini, Story ini Fiksi! Bukan berdasarkan sejarah/kisah nyata. Bukan pula berdasarkan Biografi atau pun Argumentasi.
•
•
•
Saat kasih ibu tak jua datang, memanggil lara yang selalu bersua.
Mayang Sari
Bogor, 1990
Banyak yang bilang kasih ibu itu sepanjang masa, aku yang salah mengira atau kata mereka yang benar adanya. Aku iri pada mereka yang selalu merasakan kasih sayang orang tua. Ayah selalu berkata ibu itu adalah malaikat yang selalu melindungi anaknya dari segala bentuk bahaya, namun nyatanya kata sayang pun belum pernah terlontar dari mulutnya.
Aku gadis pilu yang sedang melawan jahatnya keadaan dunia, menangis tersedu sedu kala mengingat jahatnya mereka.Â
Mayang Sari nama indah yang ayah beri saat aku lahir kedunia. Ibuku meninggal saat melahirkan aku saat itu. Ayah menangis pilu katanya saat ibu meninggalkan kami berdua, padahal kebahagian baru saja di raih oleh kedua orang tuaku, namun tuhan lebih menyayangi ibuku. Gunjingan orang-orang selalu menghantui pikiranku, kata mereka aku ini gadis gila, gadis sial yang menyebabkan ibuku tiada, tidakkah itu semua takdir bahkan aku pun tak menginginkan dilahirkan begini, namun jalan takdir telah menjadi suratan hidupku. Aku ikhlas menjalaninya. Kata mereka yang tlah tiada aku itu lebih beruntung dari pada mereka yang telah tiada yang memiliki kisah hayat yang begitu meluka.
Hari ini tepat umurku yang ke 18 tahun, tidak ada harapan yang selalu aku panjatkan kala umurku bertambah, karena hatiku sudah sangat sakit setiap harinya. Aku sudah biasa diterpa badai yang selalu melawan pilu kala hati sudah terlalu rapuh.
"Mayang" Suara bisikan itu terus mengangguku, aku sudah biasa mendengar nya. Namun aku sangat kesal jika mereka sengaja mengganggu dan menampakan keadaan terakhir kali mereka yang benar-benar aku tak mau lihat. Aku paling tidak suka pada Ratih, hantu perempuan yang selalu tertawa di atas pohon palm dekat rumahku, wajahnya sangat menyeramkan tubuhnya menyeruakan bau yang sangat busuk. Saat ada tetangga atau orang yang melahirkan di desa tempat aku tinggal maka dia akan tertawa sangat gembira. Harum bayi yang suci membuatnya lapar dan haus. Tanda-tanda datangnya Ratih sesudah maghrib dan waktu sandekala saat itu Ratih datang.
Matahari telah terbenam dan akan digantikan oleh malam, aku tidak pernah suka saat hari telah berganti menjadi malam karena aku akan selalu tersiksa kala malam telah hadir. Maghrib tiba suara adzan menggema akupun membersihkan diri dengan berwudhu, saat aku kecil Ayah telah mengajariku untuk beribadah dan selalu mengingatkanku untuk selalu mengingat pada Allah SWT. Setidaknya batinku akan jauh lebih tenang kala mengingatnya.
Setelah shollat aku membereskan mukena dan sajadah kemudian bersiap siap untuk menyiapkan makan malam untuk Ibu dan Rara, Ibuku saat ini adalah ibu tiriku, dan Rara adalah adik tiri. Aku kira ibu akan menyayangiku seperti dia menyayangi Rara namun perkiraanku Salah, saat umurku 9 tahun ayah menikah lagi dengan ibu Ratna yang sekarang menjadi istri dari ayahku. Perlakukan nya tidak pernah baik terhadapku, saat Ayah pergi untuk bekerja selama berbulan-bulan mereka menyiksa ku setiap harinya. Aku tertekan, ingin sekali membongkar semua perlakukan mereka pada Ayahku namun aku tak cukup berani kala mereka mengancam akan membunuh ayah. Mereka itu kejam, apapun akan mereka lakukan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Itu suara tawa mereka, sepertinya mereka sangat bahagia telah menghambur -hamburkan uang pemberian Ayahku setiap harinya yang jumlahnya sangat besar, bahkan mereka merasa tidak cukup karena itu mereka juga mengambil hak uang yang telah ayah berikan padaku. Mereka sekalu memakai baju yang bagus sedangkan aku hanya menggunakan baju yang lusuh dan koyak, baju yang sedang kupakai sekarangpun penuh dengan tambalan jahitan aku hanya menggunakan baju yang telah lusuh sedangkan Rara, ia sangat tamak dan mengambil semua bajuku yang ayah belikan untuku, miris sekali bukan.
Mereka duduk di meja makan bak seorang ratu, dan aku seperti pelayan mereka. Tatapan tak suka melirik kearah ku siapa lagi jika bukan Rara dia melihat ku dari atas hingga bawah seperti aku adalah manusia yang sangat jijik. Dia kemudian menyunggingkan bibirnya tersenyum meremehkan. "Dasar kampungan!" Aku hanya diam saat Rara mengatakan itu dan langsung melenggang pergi kekamar dengan membawa sekepal nasi dengan satu potong tempe goreng.
Ayahku bekerja sebagai seorang Arsitek, maka dari itu pekerjaannya berpindah-pindah tak menetap, bahkan ia selalu meninggalkan ku berbulan-bulan keluar kota. Aku hanya berharap semoga Ayah selalu dilindungi oleh Allah SWT.
Tubuhku sudah lelah, ku lentangkan tubuh ini diatas alas yang sangat tipis. Tidak ada matras ataupun kasur untuk menjadi alas nyaman tubuhku, kamar yang aku tempati pun tidak terlalu besar, kadang aku terbangun oleh suara tikus yang sangat berisik. Sudah tidak layak kamar yang aku huni ini untuk menjadi tempat istirahatku karena sebenarnya kamar ini bukanlah kamar melainkan gudang dari rumah ini. Miris sekali aku yang terbuang dari kamarku sendiri, dan itu semua akibat ulah ibu dan adik tiriku.
Aku terbangun karena mendengar suara gemuruh yang sangat berisik, saat aku membuka mata betapa terkejutnya aku saat melihat keberadaanku di tempat buih yang sangat menakutkan. Aku melihat pandangan sekeliling ku dan banyak seorang wanita juga para pria yang berada didalam penjara. Tempat apa ini? Aku bertanya-tanya dalam hatiku, apakah penjara semenakutkan ini? Bahkan aku melihat dengan mata kepalaku segerombol pria berwajah Eropa dengan menggunakan baju seragam sedang menyiksa 1 tahanan yang ada di depan ku. Mereka menyiksa nya dengan sadis bahkan saat orang itu sudah tidak berdaya para tentara itu masih menyiksanya. Aku menangis dan berteriak jangan Pada mereka yang sedang menyiksa tahanan itu namun teriakan ku tidak diindahkan mereka, mereka seolah tuli dan seakan tidak melihatku.
Dan aku baru sadar, Apa aku berada di masa dahulu? Jelas sekali, ini tampak terasa nyata aku benar-benar seperti orang yang terlempar ke masa lalu. Darr...keras nya suara tembakan menggema di pendengaranku aku benar-benar pilu melihat kejadian apa yang sedang aku saksikan ini, bau darah pun sudah menyeruak masuk kedalam indra penciumanku sungguh aku bingung, apa ini mimpi atau benar nyata?
Dari arah kanan para segerombol orang yang memakai baju seragam datang dan membawa paksa seorang wanita, dia memberontak namun karena kekuatannya tak cukup melawan mereka ia tak bisa melawan ataupun kabur. Pintu sel dibuka dan wanita itu dimasukan kedalam sel yang aku tempati saat ini. Wanita itu didorong masuk kedalam sel. Benar-benar bejat! Mereka akan melakukan sesuatu perbuatan yang kotor, namun seseorang meneriaki para tentara tersebut, "Hou op!" (Hentikan!) . Itulah yang aku dengar, Bahasa apa itu? Aku tidak mengerti. Segerombol tentara yang akan melecehkan wanita itu menghentikan aksinya dan berbalik menatap takut pada pria berwajah Eropa dengan menggunakan seragam yang sama dengan mereka, pria itu menatap nyalang pada segerombol tentara didepannya, sepertinya pria itu adalah pemimpinnya.
"Waarom stopte je onze actie?" (mengapa Anda menghentikan aksi kami?) kata salah satu tentara tersebut.
"Kalian tidak boleh menyentuh dia, karena saya yang akan merusaknya." Kali ini aku mengerti ucapan dan bahasanya karena ia menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun logat dan cara berbicara nya tidak dapat terdengar jelas ditelingaku. Wanita itu sudah ketakutan ia menangis dan memeluk tubuhnya dan memaki-maki para tentara tersebut.
"Kami mengerti" Ucap salah satu dari segerombol tentara tersebut. Kemudian mereka pergi dan meninggalkan wanita dan pria itu. Wanita itu ketakutan kala pria itu mendekatinya, tubuhnya ia mundurkan dan akhirnya tepat sampai batas tembok, sungguh aku melihat wanita itu sangat ketakutan. Aku ingin membantu namun tidak bisa. Pria itu semakin mendekati wanita tersebut, benar-benar aku seperti manusia yang tidak berguna kala melihat wanita yang akan dilecehkan dihadapan mata kepalaku.
Ternyata aku salah. Tidak ada yang terjadi, aku ternyata salah mengira, ternyata pria tersebut tidak berniat melecehkan wanita itu, sepertinya dia ingin menyelamatkan wanita itu dari segerombol tentara yang akan berbuat jahat pada wanita itu.
"Sutt... Nee jangan takut, saya tidak akan melukaimu." Ucap laki-laki itu sambil mencoba menenangkan wanita tersebut.
"Kamu bohong! Kamu sama dengan mereka kalian semua penjajah, kalian semua pembunuh!" Ucapan penuh emosi itu terlontar dari mulut wanita itu. Aku memikirkan ucapan wanita itu mengenai penjajah. Jadi apakah mereka adalah bangsa Belanda?
"Nee saya tidak sama seperti mereka."
"Pergi kamu dari hadapan saya, saya benci kalian semua!" Usir wanita itu pada tentara Belanda tersebut. Tentara itupun pergi setelah mengatakan sebuah janji pada wanita tersebut.
"Saya janji, saya akan menajaga kamu." Setelah mengatakan itu Tentara Belanda itupun pergi dan mengunci sel penjara yang sedang aku dan wanita itu tempati.
#TBC
Ada yang mau berpendapat? Silahkan.
Yang telah singgah harap untuk meninggalkan jejak vote + coment nya🙏