"Pesan Untukmu"
Aku membenci mereka yang telah merenggut kebahagiaanku, aku membenci mereka yang telah menjajah tanah kelahiranku.
Arini
Bogor, 1920
•
•
•
Setiap saat aku menangis pilu kala dunia menyalahkanku, aku menangis dipojokan lemari sambil terisak mengingat sakitnya batinku.
Seperti Lembayung jiga warnai lara, kala berucap katanya aku akan baik-baik saja. Segenggam filosofi kata yang jadi makna mengukir lara disetiap halaman bait cerita. Diam dan seakan membisu karena enggan untuk berkata, pada rasa sakit yang sedang kuderita .
Aku hanyalah sebuah kata yang menuahkan goresan makna tat kala sedih ataupun tertawa dan dari seracik kertas yang telah lusuh yang terkumpul sehingga menjadi halaman bait cerita
Makna berkata bahwa aku adalah lembaran cerita yang akan menjadi angkara pelipur lara. Dari rasa yang telah menjadi Prahara dan pada pra yang menjemput aksaranya.
Mayang Sari
Bogor, 1990
Mayang menutup buku diary nya. Langkah nya berjalan mengikuti cahaya rembulan. Senyumnya merekah kala matanya tertuju melihat Bulan dan Bintang yang saling berdamai. "Aku ingin seperti mereka, yang selalu damai." Ucap Mayang pada dirinya. Mayang memejamkan matanya merasakan hembusan angin malam di dekat jendela gudang yang terbuka.
"Tuhan, sampaikanlah rindu Mayang pada Ibu diatas sana, jika boleh Mayang ingin berbicara dengannya dan merasakan bagaimana rasanya dipeluk oleh seorang ibu." Air mata mayang terus luruh jatuh membasahi pipinya.
Udara dingin masuk kedalam gudang yang sekarang menjadi kamarnya, rasanya tidak seperti tadi yang terasa damai kini Mayang mulai resah. Mayang mulai merasakan kehadiran mereka. Mayang tidak mau terlalu jauh memikirkan mereka karena itu ia memutuskan untuk tidur saja.
Dengan menggunakan kain yang tipis mayang menyelimuti tubuhnya karena merasa kedinginan, baru saja Mayang akan memejamkan matanya namun suara seseorang yang bersenandung mengganggu Mayang yang akan tertidur. Mayang menyibakan selimut nya dia mencari orang yang bersenandung itu, ternyata suara itu berasal dari luar jendelanya, ternyata dia adalah Arini, hantu wanita Pribumi yang akhir-akhir ini mengganggu Mayang.
Mayang tidak ambil pusing oleh gangguan dari Arini, ia lebih memutuskan untuk memejamkan matanya saja.
"Aku membenci mereka.. " Lagi-lagi Mayang kembali membuka matanya. Suara bisikan tadi cukup jelas di pendengaran Mayang. "Kamu mau apa? Kenapa kamu selalu mengganggu saya?" Mayang bertanya pada sosok Arini yang berdiri di dekat jendelanya, Mayang dapat melihat dengan jelas sosok Arini, Mayang melihat di lehernya terdapat tali yang masih terikat.
Arini melambaikan tangannya pada Mayang seolah mengajaknya pergi kesuatu tempat. Mayang mengikuti saja seakan tubuhnya sedang dikendalikan oleh Arini. Perlahan-lahan tempat yang mayang tempati ini berubah menjadi sebuah gubuk.
Mayang melihat sosok Arini yang cantik sedang bersenandung dipojokan sudut gubuk. Arini tidak seperti wanita Pribumi yang Mayang lihat di penjara waktu itu, Arini tampak memakai baju dress putih yang panjang namun terlihat lebih kotor dan ada noda darah dibajunya.
Suara bising terdengar dari luar, pintu tiba tiba didobrak oleh seseorang dan ternyata pelakunya adalah William. Arini terlonjak kaget dan langsung merengkuh tubuhnya. Wajah Arini terlihat sangat takut melihat William yang tiba-tiba datang.
"Arini ayo cepat kita harus pergi dari sini" Ucapnya sambil mendekat pada Arini.
"Kau mau apa?" Tanya Arini ketakutan.
"Orang-orang sebangsaku mencari dirimu, ayo cepat kita pergi dari sini." William mencoba memegang tangan Arini, namun Arini menepis nya dengan kasar.
"Omong kosong, bukankan kau sebangsa dengan mereka?" Kata Arini sinis. William yang mendengarnya tidak menjawab, ia terus memaksa Arini agar ikut dengannya.
"Apakah perlu saya memukul Kepala mu, agar membuat kamu pingsan, Arini?" Arini yang mendengarnya bertambah Marah pada William. Sedangkan suara tembakan peluru sudah terdengar. Arini mau tidak mau menerima tangan William dan pergi bersama dengannya entah itu kemana.
Aku terus melihat Arini dan William berlari entah kemana itu, William tidak berpakaian seperti tentara Belanda yang lain, ia lebih menutupi dirinya agar tak dikenali dengan orang-orang sebangsanya. Wajahnya juga sengaja ia tutupi oleh kain agar tak terlihat oleh para tentara Belanda.
Para kompeni itu terus mengejar Arini dan William, Arini sudah terlihat lelah kakinya sudah tak kuat untuk berlari lagi."Arini ayo cepat! " Kata William.
"Aku sudah tidak kuat lagi berlari, William." Ucapnya tersenggal-senggal.
"Naiklah ke punggungku" Perintah William, Arini tidak mau iya menggelengkan kepalanya pada William.
"Cepat Arini!" Ucap William meninggi. Arini langsung saja mengikuti perintahnya. Para kompeni itu terus mengejar mereka, suara peretelan senjata masih terdengar di pendengaran Arini dan William.
"Turunkan aku, aku sudah kuat untuk berlari lagi." William yang mendengarnya menurunkan Arini saat itu juga.
"Lebih baik kita bersembunyi di semak-semak itu" William dan Arini bersembunyi di dalam semak-semak, tidak lama itu para tentara Belanda datang, mereka tau Arini dan William pasti bersembunyi.
"vind ze!" (Temukan mereka!) " Ucap salah satu dari mereka.
Mereka terus mencari Arini dan William, mata tentara Belanda itu sangat jeli dan tajam, sampai akhirnya persembunyian Arini dan William ketahuan. Namun Arini dan William terlebih dahulu berlari dari kejaran mereka, hingga satu tembakan yang seharusnya mengenai Arini malah terkena william, tangan William terluka akibat terkena tembakan senjata dari para tentara Belanda yang mengejar mereka. William sengaja merubah posisi nya untuk melindungi Arini dari tembakan itu.
Arini tercengang kaget, ia khawatir pada William yang terkena tembakan senjata di bagian lengannya. Untung saja didalan hutan ada seseorang yang mau membantu mereka.
"Cepat kesini!" Kata pria paruh baya itu. Arini berjalan sambil memapah tubuh William.
"Cepat masuk ke dalam, masuklah kedalam lubang ini, kakek akan menyembunyikan kalian dari mereka." Pria paruh baya itu menyuruh Arini dan William masuk kedalam sebuah lubang besar didalam rumah nya. Kemudian menutup mereka dengan sebuah penutup dari kayu.
Gemuruh langkah para tentara itu terdengar, dan langsung mengetuk rumah Pria paruh baya itu. Pria paruh baya itu keluar dari rumahanya seakan tidak tau apa-apa.
"Hey pria tua, apakah kau melihat dua orang wanita dan pria berlari?"
"Aku melihat nya. Mereka berlari kearah timur."ucapnya berbohong.
"Kau tidak berbohong?" Ucap salah satu dari tentara itu mengintimidasi kakek tua itu.
"Benar aku melihat mereka berlari kearah Timur." Tentara Belanda itu saling berbisik. "het leek erop dat de oude man niet loog." (Sepertinya Orang tua itu tidak berbohong.) Namun mereka tetap mencari Arini dan William didalam rumah kakek itu, untung saja mereka tidak mencurigai tumpukan kayu yang berada di rumah gubuk itu. Mereka akhirnya pergi dari tempat kakek tua itu.
Pria tua itu menurunkan tumpukan kayu, dan berkata, "sekarang kalian keluarlah." Arini dan William akhirnya keluar dari tempat sesak itu. Arini tidak tega melihat William yang menahan rasa sakitnya.
"Terimakasih kakek." Ucap Arini.
"Sama-sama"
"Apakah kau punya obat untuk menyembuhkan luka William?." Tanya Arini khawatir.
"Itu luka tembak, peluru nya masih ada didalam dan harus dikeluarkan."kata kakek itu. Arini yang mendengarnya semakin khawatir kala melihat William yang sudah pucat pasi.
"Kakek akan mencari seseorang untuk mengeluarkan peluru dalam lengannya, kau tunggu disini."
"Nee, jangan memanggil siapapun, mereka akan mengundang para kompeni itu." Ucap William serak.
"Hey bukankah kau juga sebangsa dengan mereka?" Tanya kakek itu, dia baru menyadari William yang memiliki wajah Eropa.
"Saya memang sebangsa dengan mereka, tapi jangan berpikiran saya sama dengan mereka." William meyakinkan kakek tersebut bahwa dirinya tidak seperti apa yang kakek itu pikirkan dan bayangkan. Kakek itu mengerti kala melihat lengan William yang terluka.
"Apakah orang yang kau maksud dapat dipercaya?"Tanya William.
"Jangan khawatir, dia seorang pemuda yang dapat dipercaya." Kakek itu kemudian keluar mencari pertolongan pada seseorang yang ia yakini dapat menyembuhkan luka William.
Sekarang aku benar-benar seperti sedang menyaksikan sebuah film layar lebar saja. Mayang tidak tega melihat William yang semakin menahan sakitnya.
Arini kembali bertanya "Kenapa kau melakukan ini, William?" Ucap Arini sambil menangis. William yang mendengarnya hanya tersenyum pada Arini.
"Kenapa kau tidak membiarkan aku mati tertembak saja, William?"
"Karena aku sudah berjanji padamu untuk selalu menjagamu." Arini benar-benar tidak mengerti oleh perkataan yang diucapkan William. Untuk apa dia menolong Arini yang jelas musuh mereka, bahkan William bukanlah sebangsa dengan Arini. Arini pun sangat membenci para kompeni itu.
"Kenapa kau malah menyelamatkan ku, padahal kamu bagian dari mereka, kamu bisa saja menangkap aku dan membawa aku lagi pada tempat penyiksaan itu. Apa maksud dari semua ini?"
"Karena aku mencintaimu Arini." Ucap William sambil mendekatkan wajahnya pada Arini dan bibir William menyatu dengan bibir Arini. William pun melepaskan ciumannya pada Arini. Arini masih diam dan meresapi apa yang telah terjadi tadi padanya.
William semakin berteriak menahan sakit, karena darah di lengan William yang terus keluar Arini pun merobek bagian bawah baju gaun putihnya kemudian melapisi luka di lengan William agar mampu menahan darahnya supaya tidak terus keluar.
#TBC
Yang telah singgah harap berkenan meninggalkan vote dan coment nya Makasih🙏😊.