"Ya sudah kalau begitu, makan ubi kukus saja ini dulu. Nanti, kalau umi sudah selesai masaknya, kita sarapan yang sebenarnya.," jawab abah Amir kemudian mengambil satu potong ubi berwarna oren.
Fatih tersenyum dan mengangguk. Untuk mengeluarkan suaranya, dia terlalu sungkan. Namun, karena sudah diperintahkan untuk mengambil oleh abah Amir, maka pria mud aitu pun juga ikut mngambil satu potong. Hanya saja, dia mengambil yang warna ungu.
Abah Amir melirik Ftaih yang mengambil ubi warna ungu. Kemudian, kembali, pria aruh baya itu berfikir ingin untuk kembali menggodanya.
"Kenapa kamu ambil warna ungu? Suka? Itu warna janda," ujarnya sambil terkekeh.
Fatih hanya tersenyum. Dia saat menga,bil tadi, sama sekali tidak berfikir sampai ke situ. Ia memang hanya mengikuti naluri saja. Sebab, ubi jawa yang rasanya paling manis dan kesat tidak terkesan becek itu yang warna ungu.