Suatu pagi selepas salat duha sekitar pukul 8 pagi Abah Amir sedang menikmati satu cangkir kopi di bawah sinar matahari yang menunjukkan sinarnya yang masih hangat sambil membolak-balik isi kitap yang biasa beliau kaji. Atau yang biasa di ajarkan kepada murid-muridnya.
"Ini apa kok tadi bikin singkong goreng. Dipindah enak apa enggak," ujar Umi Zaenab sambil meletakkan satu piring nasi goreng yang sudah direbus sebelumnya dengan bumbu. Atau biasa dikenal di luaran sana dengan bahasa marketing singkong keju.
Mungkin karena rasanya yang empuk dan lembut karena dia rebus duluan baru digoreng itulah yang memiliki nama atau sebutan sebagai singkong keju.
Padahal, selama prosesnya sama sekali tidak menggunakan keju sebagai bahan, dan saat matang pun, juga tidak ada kejunya.
Abah Amir mengirim satu piring singkong goreng yang berwarna kuning kecoklatan dan masih mengepulkan asap tipis tersebut menandakan bahwa masih panas dan baru saja selesai digoreng langsung dibawa padanya.