Kembali Rayan memeluk istrinya. Ia mencoba mengembalikan ingatannya ke belakang. Kembali ke masa ramaja dulu. Entah apa yang ada dalam benaknya kala itu. dia menolak mendapatkan beasiswa kuliah hingga S1 di Chairo hanya demi mengejar cita-citanya untuk menjadi tantara. Padahal, dia dulu juga tahu apa resiko terbesarnya, dan seperti aoa kerasnya saat berlatih. Tapi, entahlah. Dulu, dia masih sendiri, dan belum memiliki pendampin ghidup. Tapi, untuk dambaan haati, dari sejak mondok dia memang telah jatuh cinta saat pandangan pertama kepada Arsyla yang kini telah menjadi istri, sekaligus ibu dari anak-anaknya.
Namun, apakah sekarang Rayan menyesal dengan keputusannya dulu? Tidak. Sama sekali tidak. Justru sebaliknya. Begitu dia masuk akademi militer dan lulus tes, malah semakin dia bangga dan merasa bahwa keputusannya tidaklah salah.